BOUGHHH!!!
Jeongwoo terpental ke belakang, pukulan kuat melayang persis disamping tulang hidungnya. Bogeman Junghwan tidak main-main, jangan lupakan tubuh anak itu sangat kuat.
Jeongwoo setengah duduk di lantai, tangan kanannya digunakan untuk menopang tubuhnya dan tangan kirinya meraba bekas bogeman yang dilayangkan Junghwan, hidung dan tulang pipinya terasa berat, matanya sedikit buram. Tidak ingin membuang banyak waktu, Junghwan berjalan penuh nafsu ke arah Jeongwoo dan mencengkram kerah baju yang dikenakan Jeongwoo menariknya hingga kembali pada posisi berdiri. Jeongwoo tertawa jenaka dengan darah yang mulai berlomba keluar dari hidungnya.
"Lo sadar gak sih sama apa yang lo lakuin, ha?!!!" Junghwan berseru tepat didepan wajah Jeongwoo, sedangkan Jeongwoo masih seperti tadi, menertawakan Junghwan atau nasibnya. Entahlah.
"Kita lagi-lagi dibuat kelimpungan karena lo, brengsek!" maki Junghwan lagi, cengkraman tangan Junghwan mengendur.
"Bisa apa lo semua tanpa gue?" Jeongwoo bertanya, mengusap darah menggunakan sapu tangan tipis di saku celananya. Sapu tangan tipis itu pemberian Haruto.
Ya. Jeongwoo tidak pulang ke rumahnya setelah mengaku dihadapan kekasih hatinya tadi, dia lebih memilih pergi ke markas kecil mereka yang berada di rumah susun karena Jeongwoo sudah memprediksi rumahnya sebentar lagi akan dikepung oleh aparat.
•••
Tiga hari setelahnya, Haruto dan Asahi mendapat tugas lapangan, kenapa bukan Doyoung, Isa atau Soobin? Karena Doyoung belum bisa menerima kenyataan bahwa lelaki yang disukainya merupakan bagian dari kelompok teroris yang merupakan buronan internasional. Status Cruel dan kelompoknya naik menjadi buruan yang harus ditangkap. Red notices diedarkan. Haruto tak lagi yakin Jeongwoo masih bertahan di Indonesia sementara geraknya pasti terbatas dan ada polisi yang mencarinya di mana-mana. Rumahnya sudah dijaga ketat dan dipasangi police line.
Sama dengan Jeongwoo, apartemen tempat Junghwan juga digeledah, pintunya dipasangi police line
"Doyy, udah dong jangan kayak orang puasa gak segera berbuka gini dong." bujuk Isa mengguncang pelan bahu lesu Doyoung.
"Lo bayangin jadi gue Saaaaa, satu bulan lebih lo haha hihi sama terroris apa gak stress lo sekarang?" ujar Doyoung.
"Lo mending cuma sebulan, Haruto udah tiga tahun jadi pacarnya, untuk gak diledakin dia." ucap Soobin mencoba mencairkan suasana.
"Soobin lo kaum mendang-mending diem aja deh." Isa memukul belakang kepala Soobin.
Mereka berlima berada di kantin kantor, Doyoung yang sedih dan Haruto duduk merenung.
"Kira-kira kenapa ya mereka ngelakuin itu?" tanya Haruto, pandangan matanya tidak beralih dari ujung sepatu pantofel mengkilat yang dikenakannya.
"Suspek kita jenius kan. Pasti mereka pingin dunia tau mereka siapa, menunjukkan eksistensi mereka di dunia ini." Soobin menjelaskan karena awal Junghwan bergabung Soobin juga sering berinteraksi dengan Junghwan jadi membantunya sedikit paham dengan Junghwan.
"Gue pamit ke keluar deh, lagipula ini juga waktu siaga gue. Ayo Sahi!" Haruto beranjak meninggalkan tiga temannya dan Asahi yang tergopoh mengikutinya.
•••
Asahi dan Haruto pergi ke tempat disekitar rumah Jeongwoo, barangkali mereka menemukan jejak Jeongwoo disana.
Keduanya berada di kedai kopi dan memilih tempat dibagian luar agar lebih mudah mengawasi.
"Gue ke kamar mandi dulu ya, jangan ngelamun aja lo, lagi siaga nih." pesan Asahi sebelum meninggalkan Haruto untuk urusannya ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurricane || jeongharu ✓ End
FanfictionEnd✓ Blinded by the fact Gimana sih rasanya punya pacar jenius yang ternyata kerjaannya mengguncang dunia? BxB Jeongharu! Jeongwoo dom! Haruto sub!