12

1.9K 278 6
                                    

Di sinilah Haruto sekarang, sebagai tim lapangan ia ditugaskan memburu Jeongwoo bahkan melintasi samudra dan menjelajah negeri orang. Setiap anggota interpol yang ditugaskan baik di teknis maupun di lapangan selalu dibekali kemampuan bertahan hidup yang mumpuni, tak ada yang terjun ke lapangan tanpa kemampuan bela diri dan menggunakan senjata.

"Berdasarkan informasi dari data lo, mereka bakalan ngincar Madrid, kan? Setelah ini kita ke Spanyol." Asahi mendatangi Haruto dan memberinya sepotong roti isi.

"Kenapa kita nggak fokus di sini aja dan nunggu Jeongwoo? Bukankah akan lebih baik kalo kita tangkap dia di sini sebelum dia bikin ulah lagi di negara yang lain?"

"Inget Haruto! Target kita sekarang bukan cuma Cruel. Tapi juga Everclear ketua organisasi mereka. Setelah ada data itu dari lo, kita punya bukti buat nangkap pengusaha kaya itu. Dulu kenapa Interpol cuma diem adalah karena kita susah banget cari kelemahannya dia. Sekarang, dia susah ditemukan, dan dialah otak semua peledakan di dunia. Lo masih mau ngejar Jeongwoo?"

"Gue pikir kalo nggak ada Jeongwoo, organisasi terorisme itu nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Jeongwoo itu kayak tuas mereka, Sa. Sekali kita ambil tuasnya, bakalan hancur mereka." ujar Haruto berapi-api.

"Gue liat kayaknya bukan organisasi mereka yang hancur Haruto. Tapi lo! Tanpa Jeongwoo lo berantakan dan nggak punya gairah hidup. Gimana jadinya kalo nanti Jeongwoo ditangkap dan dihukum mati? Apa lo sanggup menerimanya? Lo pasti akan lebih hancur. Bisa kita fokus sama Everclear aja?"

Haruto menggeleng lemah, "Cruel udah kayak racun buat tubuh gue, Sa. Lo tau gimana kisah cinta gue sama dia. Lama kelamaan bisa beneran mati gue gegara racunnya Jeongwoo." katanya.

Asahi sangat paham dilema apa yang tengah dihadapi Haruto. Ia tak pernah mengeluh pada orang lain selain padanya. Di depan anggota Interpol lainnya, Haruto sangat profesional. Ia tak menutupi fakta sekecil apapun tentang Jeongwoo. Bagaimana latar belakangnya, apa kebiasaannya, bahkan perangainya ketika marah, sudah Haruto ungkapkan di depan forum. Anggota Interpol yang lain tahu hubungan Jeongwoo dan Haruto sebatas sepasang kekasih.

"Kenapa lo pengen nangkap Jeongwoo, sedangkan kita bisa aja bekuk dia bareng Junghwan?" tanya Asahi dengan nada yang lebih pelan. Selama ini nama itu tidak pernah disebut di dalam forum, hanya Cruel yang selalu memenuhi pembahasan beserta kolaborasinya dengan Everclear.

"Karna gue nggak mau dia diburu dan ditembak mati, Sa. Gue pengen liat senyumnya tiap hari meski dia dipenjara."

"Kalo dia ketangkap, bukan nggak mungkin dia juga bakalan dapet vonis hukuman mati."

"Selama ini apa Jeongwoo-Cruel pernah menargetkan Indonesia sebagai lokasi teror? Enggak kan?"

"Tapi hukum internasional bisa aja diberlakukan, To. Itulah kenapa interpol yang harus bergerak, bukan lagi Densus 88." terang Asahi yang sebenarnya juga sedikit mencemaskan Jeongwoo.

"Apa bakalan seberat itu hukum yang bakal diberlakukan buat Jeongwoo, Sa?"

"Dia sama pentingnya dengan Everclear, To. Itulah kenapa target kita jadi dua-duanya."

Haruto menggumam tak jelas, ia ingin menangis, merindukan Jeongwoo ternyata semenyakitkan ini baginya. "Rasanya gue pengen nglepasin kasus ini aja dan jadi polisi biasa." ucapnya menghela nafas.

"Lo terlalu keren untuk kembali ke habitat lo, To."

"Lo kata gue hewan?"

"Makanya, udahan galaunya. Sekarang gue tanya, lo siapa?"

Haruto mengerutkan dahinya, "Haruto." jawabnya santai.

"Apa kerjaan lo?"

"Gue? Interpol."

Hurricane || jeongharu ✓ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang