17

1.9K 268 24
                                    

"Jadi dia nggak bakalan tau soal rumah lo?" Haruto menyibak tirai jendela di kamar Jeongwoo. Rumahnya yang telah lama ditinggalkannya itu telah dibebaskan dari atribut garis polisi.

"Dia nggak tau gue punya rumah di sini. Justru bahaya kalo kita ke rumah lo." jawab Jeongwoo merebahkan tubuhnya pelan-pelan.

"Oke deh. Tapi mungkin gue harus minta tolong Soobin buat ngambilin baju-baju gue."

"Nanti gue yang ambil."

Haruto menoleh cepat saat mendengar ucapan Jeongwoo, lelaki yang baru saja berbaring itu menatapnya tajam dengan seringai khas Cruel.

"Oh, ya Tuhan. Sekali aja, biarin badan Jeongwoo istirahat dong." keluh Haruto menghembuskan nafasnya kasar.

"Lohh? Salah gue apa? Kenapa tiba-tiba lo begitu?"

"Gue pikir lo udah nggak bakalan balik lagi setelah tragedi pingsan boongan itu."

"Kenapa? Lo lebih seneng ada Jeongwoo?"

Haruto menggeleng pelan, "gue pergi kalo gitu." katanya.

Cruel memejamkan matanya rapat-rapat, ia tahu Haruto adalah satu-satunya hal berharga dalam hidupnya. Ia tidak ingin kehilangan Haruto, bahkan jika yang merebutnya itu adalah kepribadian baik Jeongwoo.

"Jadi, kalo gue nggak pergi dari tubuh Jeongwoo, lo yang bakalan pergi dari gue?" gumam Cruel tanpa membuka matanya.

"Gue cuma nggak pengen lo ngebawa Jeongwoo dalam masalah lagi."

"Lo pikir selama ini, Cruel yang ngebuat masalah? Kenapa selalu peran jahat dan kuat yang disalahin? Lo liat mantan lo yang tubuhnya gue pake ini! Dia lemah dan nggak bisa nolak ajakan orang, sekarang lo nyalahin gue atas semua yang udah terjadi?" Cruel marah, jelas kilat kemurkaan membara di mata tajamnya.

Haruto tersentak kaget saat Cruel tiba-tiba berbalik ke arahnya dan memegang kedua pundaknya erat-erat. Sorot mata tajam itu menyimpan luka begitu dalam dari masa lalu. Luka kehilangan yang membuatnya ada dalam tubuh Jeongwoo, luka menganga yang timbul menjadi sosok kuat dan jahat bernama Cruel.

"Dan lo bisa bebas merusak dunianya Jeongwoo."

"Apa lo nggak paham juga? Dia yang udah ngerusak dunia gue!!" sentak Cruel habis kesabaran. Ia berjalan ke lemari pakaian dan mengenakan kemejanya. Secepat kilat diraihnya kunci mobil di atas nakas. Haruto mengejarnya sampai ke pintu dan menahan lengannya namun ia mengibaskannya.

"Kalo lo nggak milih gue, jangan coba sentuh gue. Karna dengan menyentuh gue lo sedang berusaha memanggil Jeongwoo kembali!"

"Siapa bilang? Gue lebih butuh lo dari pada Jeongwoo, saat ini. Dengan kondisi gue terancam oleh Everclear, gue lebih butuh Cruel dari pada Jeongwoo."

"Dan setelah Everclear ditangkap lo bisa balik lagi ke Jeongwoo?"

"Gue udah pernah bilang, kan? Gue mencintai kalian, dua-duanya. Jangan minta gue memilih karena kalian itu satu paket!" Haruto sudah hampir putus asa membujuk Cruel agar mengerti maksudnya. Ia meraba lengan Cruel dan memeluknya begitu saja. Cruel tidak melawan, ia hanya diam tanpa membalas Haruto dengan pelukan.

Haruto memeluk pinggang Cruel dan menyusupkan wajahnya di dada bidangnya. Matanya terpejam, dihirupnya aroma khas maskulin lelaki yang tak pernah berhenti memiliki hatinya itu. Suka atau tidak, dia kini seperti sedang berpacaran dengan dua lelaki yang sama tampannya namun berbeda perlakuannya. Ia tidak punya pilihan lain selain menerima Cruel dan memilihnya saat ia datang, pun kembali memilih Jeongwoo saat ia kembali.

"Apa ini artinya lo udah memilih?" tanya Cruel setelah berdiam cukup lama.

"Lo belom tidur?"

"Kalo gue tidur, mungkin gue bakalan ngilang, dan itu artinya Jeongwoo bakalan kembali."

Hurricane || jeongharu ✓ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang