"Dia nggak akan muncul meski lo kepung. Satu-satunya cara adalah biarin gue kembali."
Mendengar ucapan Jeongwoo, Pak Jihoon berpandangan dengan Mashiho ajudannya. Melepaskan Jeongwoo agar kembali ke dalam organisasinya adalah hal yang membuatnya seperti memakan buah simalakama. Ia tidak ingin percaya begitu saja pada teroris jenius ini. Tapi jika ia melewatkan satu kesempatan saja, Everclear akan sulit diburu ke depannya.
"Apa jaminan yang bisa lo kasih buat Interpol? Densus 88?"
"Jaminannya nyawa gue Komandan! Lo pikir setelah dua hari tanpa kontak dan tiba-tiba muncul di depannya dia bakal percaya gitu aja? Nggak akan."
Nyawa? Haruto merasa sedikit terganggu dengan jaminan yang Jeongwoo ajukan, ah, yang Cruel ajukan.
"Mohon ijin Ndan, gue nggak setuju" Haruto angkat bicara. Wajahnya yang nampak lelah berusaha terlihat kuat.
"Alasannya?" tanya Pak Jihoon bingung.
"Apa bedanya divonis mati sama pengadilan dengan dibunuh sama Everclear? Kenapa harus nyawa yang lo pertaruhin? Lo pikir nyawa lo sebegitu berharganya buat Interpol?"
"Kalo gue udah nggak ada nyawanya, informasi juga nggak bakalan lo dapet, Ipda Haruto" balas Jeongwoo santai.
"Tapi tetep aja, ngebiarin lo kembali adalah sama dengan menelan pil pahit yang kita nggak tau apa yang nantinya bakalan terjadi di tubuh kita kan?"
"Lo nggak rela gue ninggalin lo, Haru?"
Ketakutannya akan kehilangan Jeongwoo terbaca oleh Pak Jihoon dan teman-temannya yang lain.
"Apa ada solusi untuk menjembatani perbedaan pandangan ini?" Pak Jihoon berusaha menetralkan suasana, ia tahu bagaimana harus membuat keputusan agar tidak merugikan Interpol.
"Lo bisa pasang chip pelacak di tubuh gue, kalo lo takut gue bakalan mengkhianati perjanjian ini. Meskipun ada kemungkinan gue bakal mencabutnya dan menanamnya di dalam tanah biar dianggep udah mati, kalian punya tawaran yang bagus buat bikin gue kembali." pandangan sinis Jeongwoo terus bertahan di dalam sikapnya yang sok dan menyebalkan. Dia memang benar-benar tidak takut pada mati saat Cruel menguasai tubuhnya.
"Tawaran? Apa?" sergah Pak Jihoon curiga, ia takut Jeongwoo akan meminta tuntutan lain yang makin menyulitkan Interpol.
"Dia. Jaga dia baik-baik, dan gue bakalan kembali dan rutin ngirim informasi." Jeongwoo menunjuk Haruto yang terkesiap dan kaget luar biasa. Dengan cara begitu, secara tidak langsung Jeongwoo a.k.a Cruel telah mengumumkan hubungan dekat mereka ke seluruh anggota Interpol yang ada di dalam ruangan.
Jeongwoo justru terkikik saat melihat ekspresi Haruto yang melotot ke arahnya.
"Asal lo pastiin dia nggak tergores, gue bakalan seret Everclear ke sini."
"Apa sekarang Cruel lemah karena permasalahan pribadi?"
"Itulah maksud gue Komandan Jihoon. Sial banget gue ada dia di sini." keluh Jeongwoo bersungut sambil berkacak pinggang.
"Kenapa gue?" Haruto tidak terima mendengar Jeongeoo menjadikannya alasan kelemahannya.
"Apa perlu gue kasih tau ke semua orang betapa Jeongwoo sangat mencintai lo?"
Pak Jihoon menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Kasus yang sedang ia tangani memang teramat pelik dan menguras banyak energi. Apalagi saat menyadari, terorisme yang melanda negeri ini cukup mengakar kuat dan sulit dibasmi. Setidaknya ia bisa bernafas lega karena perakit bom paling diburu dan ditakuti ada di pihaknya.
"Kapan lo bisa menjalankan misi ini?" tanya Pak Jihoon akhirnya.
"Kapanpun. Asal surat kekebalan hukum gue segera diterbitkan dan seluruh Interpol tau misi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurricane || jeongharu ✓ End
Fiksi PenggemarEnd✓ Blinded by the fact Gimana sih rasanya punya pacar jenius yang ternyata kerjaannya mengguncang dunia? BxB Jeongharu! Jeongwoo dom! Haruto sub!