A - 003

857 50 2
                                    

Agatha sudah mengganti pakaiannya dengan piyama. Ia bercermin dan mengoleskan krim malam ke wajahnya.

"Sewaktu aku masih kecil, aku ingin cepat dewasa. Setelah aku dewasa, aku ingin kembali lagi menjadi anak kecil. Semakin aku dewasa, level permainan dalam kehidupan ternyata semakin sulit. Tahu begini, seharusnya aku menikmati masa kecilku waktu itu," keluh Agatha.

Setelah itu, ia duduk di tempat tidur lalu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. "Halo? Bagaimana dengan surat-surat apartemen baruku? Apa sudah selesai? Aku ingin segera pindah dan tinggal di apartemen baruku."

"..."

"Baiklah, jika sudah selesai, hubungi aku segera."

"..."

Agatha menutup panggilannya. Ia merebahkan tubuhnya. Tangannya bergerak mengambil remote AC. Ia mematikan AC karena malam itu terasa sangat dingin.

Keesokan harinya, Agatha tampak sibuk di ruangannya. Ia memeriksa jenis-jenis model pakaian yang akan diproduksi.

Pintu ruangannya diketuk.

Agatha menoleh ke pintu yang sedikit terbuka itu. Ternyata dua managernya yang datang. Dari tanda pengenalmu, manager yang satu bernama Arya dan yang satunya Fandi.

"Hmm, masuk," kata Agatha.

Keduanya pun masuk. Masing-masing membawa jaket berbulu yang beda model dan warna.

"Sampelnya sudah datang?" Tanya Agatha.

"Sudah, Nona."

Agatha memeriksanya dengan teliti. Dimulai dari jahitan, bahannya, dan modelnya. Ia membalikkan bagian dalam jaket tersebut. Jaket pertama selesai diperiksa, giliran jaket kedua.

Gadis itu menunjuk bagian ketiak dari jaket tersebut. "Lihatlah, ada bekas goresan yang membuat bahannya tertarik dan agak melar di bagian dalamnya. Pasti penjahitnya memiliki kuku panjang yang mungkin tidak sengaja tersangkut. Seharusnya pihak pabrik garment lebih memerhatikannya."

Kedua manager muda itu saling lirik.

"Yang ini bagus, tapi yang satunya tidak boleh diambil, ganti yang baru," kata Agatha.

"Baik, Nona." Setelah mendapatkan jawaban, Arya dan Fandi pun pergi.

Agatha melanjutkan pekerjaannya. Ia melingkari beberapa tanggal di kalendernya. "Ah, apa mereka bisa diandalkan? Belum lagi pakaian renang yang kemarin."

Ponselnya berdering. Agatha melihat nama Julian di layar. Ia pun mengangkatnya. "Bagaimana? Apa aku sudah bisa pindah ke apartemen baruku?"

"Tidak sekarang, Agatha. Lusa kau baru bisa pindah ke sana. Pihak apartemen masih mengurus surat dan membersihkan rumah barumu," jawab pria dari seberang sana.

"Membersihkan apanya? Bukankah itu rumah baru?" Tanya Agatha.

"Iya, tapi debu dan kotoran selalu ada di mana pun, bersabarlah," kata Julian.

Agatha menghela napas panjang. "Nanti aku hubungi lagi, ya. Sekarang aku sedang di kantor."

"Baiklah."

Agatha mengakhiri panggilannya setelah mendapatkan jawaban dari Julian. Ia kembali meneruskan pekerjaannya.

"Lebih baik malam ini aku menginap di hotel saja," gumam Agatha.

Malam yang indah. Bulan Purnama menerangi langit. Bintang bertaburan membuat langit malam terlihat lebih bersinar.

Di sebuah restoran mewah, seorang pria kaukasia tampan berjas hitam itu duduk di kursi sambil mengotak-atik ponselnya.

Agatha memasuki restoran. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Menyadari ada seseorang yang datang, pria itu menoleh pada Agatha. Ia melambaikan tangannya.

Pandangan Agatha tertuju padanya. Gadis itu pun menghampirinya lalu duduk berhadapan dengan pria itu.

"Kau pasti lama menunggu. Maafkan aku, Julian. Malam ini jalanan macet," kata Agatha.

"Tidak apa-apa, sebenarnya aku juga baru datang," ucap pria itu yang ternyata adalah Julian.

🌠🌠🌠

12.55 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang