A - 025

406 18 0
                                    

Langit menjadi gelap menandakan malam telah tiba. Bintang-bintang di langit mulai bermunculan menghiasi malam.

"Erga itu seperti apa? Bagaimana bisa Agatha berpacaran dengan pria itu? Padahal dari dulu Agatha tidak pernah sembarangan memilih pria, maksudku para pria yang menyukainya akan kesulitan mendekati Agatha, karena Agatha selalu menolak mereka," tanya Julian yang sedang menyetir.

Rowena yang berada di sampingnya menoleh pada Julian. "Mereka tidak berpacaran, hubungan mereka sudah lama berakhir sejak 4 tahun yang lalu."

"Iya, aku tahu. Maksudku, dulu Agatha pernah berpacaran dengan Erga, kan? Itu artinya dia pernah menyukai Erga," jelas Julian.

"Mungkin Agatha sudah lelah dan menyerah. Erga selalu mendekatinya dan melakukan berbagai cara agar Agatha menjadi pacarnya," ujar Rowena.

"Memangnya hanya dia yang berusaha?" Gumam Julian pelan.

Rowena mendengarnya. "Tapi, meski pun mereka pernah berpacaran, tetap saja Agatha lebih menyukaimu ketimbang Erga."

Julian tidak mengira Rowena mendengarnya bergumam. Ia menoleh pada gadis itu. "Dari mana kau menyimpulkan kalau Agatha lebih menyukaiku daripada Erga?"

"Jelas dia lebih menyayangimu, kau sahabatnya. Sementara Erga, dia mantan pacarnya," ucap Rowena.

Julian mencerna ucapan Rowena.

"Apakah kau pernah mendengar peribahasa, 'Pacar dan sahabat itu sama pentingnya dalam hidupmu, tapi hubungan percintaan akan ada akhirnya jika kau tidak bisa mempertahankannya. Pacarmu akan kau sebut mantan pacar, sementara sahabatmu tetap menjadi seseorang yang selalu ada di sisimu. Meski pun sering bertengkar, yang namanya sahabat tidak akan ada kata putus dan tidak ada istilah mantan sahabat.'," jelas Rowena.

"Aku suka peribahasa itu. Tapi, bagaimana jika sahabatmu malah menjadi musuhmu? Dia akan disebut mantan sahabatmu juga, kan?" Tanya Julian.

"Berarti dia bukan sahabatmu, tapi dia temanmu yang berubah menjadi musuhmu. Seharusnya dari awal kau bisa membedakan teman dan sahabat," kata Rowena.

"Benar juga, ya."

"Coba kau hitung, berapa lama kau berteman dengan Agatha?" Tanya Rowena.

"Sudah 20 tahun lebih kami berteman," jawab Julian.

Rowena mengangguk. "Itulah yang namanya persahabatan. Mungkin kalian pernah bertengkar selama 20 tahun berteman, tapi kalian tetap saling berkomunikasi, saling bertemu, dan saling menyapa satu sama lain selama 20 tahun. Persahabatan kalian sangat kuat."

Julian mengangguk mengerti. "Bagaimana denganmu? Kau memanggilnya dengan panggilan Aggy. Tampaknya kalian begitu dekat?"

Rowena tersenyum. "Dia manis seperti bayi, kalau tidak salah bahasa Koreanya bayi itu Aggy, kurang lebih pengucapannya seperti itu. Karena dia manis seperti bayi, aku memanggilnya Aggy, kebetulan namanya juga Agatha."

Julian tampak berpikir. "Apakah dia semanis itu?"

Rowena tertawa. "Dia tipe gadis tomboy yang imut, kau tidak tahu? Sewaktu berkuliah dulu, dia selalu memakai pakaian serba hitam, berjalan gontai dengan headset di telinganya. Dia jauh berbeda dengan sekarang. Sekarang dia lebih sering memakai gaun dan jas, mungkin karena dia pimpinan perusahaan fashion. Dulu dia tidak seperti itu. Agatha tidak pernah memakai rok sama sekali."

"Iya juga, sih. Setelah dipikir-pikir dia memang agak galak dan berkepribadian unik. Mungkin karena sewaktu SMA dia memakai seragam dan rok, aku tidak pernah berpikir dia tomboy," kata Julian.

"Dia pasti sangat manis sewaktu SMA," kata Rowena setengah bertanya.

"Ya, dia memang manis. Hanya saja dia agak galak dan bar-bar," celetuk Julian.

Rowena tertawa kecil.

🌠🌠🌠

11.35 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang