A - 026

375 15 0
                                    

Agatha sedang berada di ruang kerjanya di rumahnya. Ia tampak serius melihat para model yang mengenakan produk dari Agatha Fashion. "Sepertinya jika aku menambah warna pastel, lengkap sudah."

Terdengar suara bel berbunyi. Agatha meneguk kopinya kemudian gadis itu keluar dari ruang kerjanya menuju ke pintu utama. Sebelum membuka pintu, ia mengintip dulu lewat lubang pintu memastikan yang datang bukan Erga seperti waktu itu.

Ternyata Julian yang datang. Pria itu membawa beberapa kantong belanjaan milik Agatha yang tadi tertinggal di bagasi mobil Julian. Gadis itu pun membukakan pintu.

"Bagaimana bisa kau melupakan barang belanjaanmu dan kau tidak ingat kalau kau datang ke restoran bersamaku?" Tanya Julian.

"Bagaimana denganmu? Kau juga lupa, kan? Bukankah kau yang membawa mobilmu?" Agatha balik bertanya.

"Iya juga, sih." Julian tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Agatha membantu Julian membawa belanjaannya ke dapur. "Bagaimana dengan Rowena? Kau membantunya membeli kebutuhan bulanannya?"

Julian mengangguk. Pria itu memperhatikan Agatha yang sedang memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam lemari es.

"Kau sengaja membiarkanku bersama Rowena?" Tanya Julian.

Sesaat Agatha menghentikan aktivitasnya kemudian ia melanjutkan menyimpan telur ke kulkas. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Aku pikir kau sengaja menjodohkanku dengan Rowena agar kau punya alasan untuk menolakku lagi," kata Julian.

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu," sanggah Agatha.

"Jangan berbohong padaku, kita sudah saling mengenal selama 20 tahun," ucap Julian.

Agatha menghela napas panjang kemudian menoleh pada Julian. "Itu prasangka burukmu saja."

"Jika kau tidak ingin aku mendekatimu, aku akan menjauh. Tapi, jangan mendekatkanku dengan gadis lain. Itu tidak akan membuatku melupakanmu," kata Julian.

Agatha membatin, kau bilang, kau tahu aku. Sudah 20 tahun kau berteman denganku. Tapi, tampaknya kau tidak mengenalku dengan baik. Jika kau benar-benar tahu segalanya tentangku, seharusnya kau tahu kalau aku tidak bisa mencintaimu.

"Rowena gadis baik," kata Agatha.

Julian membulatkan matanya. "Jadi, kau memang berniat menjodohkanku dengannya?"

"Tidak, aku...."

Terdengar suara bel berbunyi.

"Ada yang datang," ucap Julian dengan pandangan tertuju ke pintu.

"Aku membuka pintu dulu, ya." Agatha berlalu tanpa menunggu jawaban dari Julian.

Pria itu menggantikan Agatha memasukkan makanan dalam ke lemari es.

Pintu dibuka Agatha. Dua orang kurir pengantar yang datang. Ia membawa kandang jinjing hewan di tangan kanannya. "Selamat malam, Nona."

"Iya, selamat malam?" Agatha tampak kebingungan.

"Kami dari Toko Hewan Kesayangan. Ini hewan peliharaan yang dipesan untukmu, Nona." Kurir meminta tanda tangan Agatha sebagai tanda terima.

"Uh? Sepertinya kau salah orang, Tuan. Aku tidak membeli hewan peliharaan," ucap Agatha.

"Tapi, di sini tertera namamu, Nona. Bahkan pengirimnya sudah mengirimkan pembayaran," kata kurir satunya.

"Siapa yang mengirimnya?" Tanya Agatha.

"Tuan Ergara Restu Xavier."

Pria gila itu, gerutu Agatha dalam hati.

Karena sudah terlanjur, Agatha pun terpaksa menandatangani tanda terima dari hewan peliharaan yang dikirim langsung dari toko tersebut.

"Terima kasih," ucap Agatha. Gadis itu menutup pintunya setelah kedua kurir itu pergi.

"Wah, kau membeli hewan peliharaan? Apa di apartemen ini boleh memelihara hewan?" Tanya Julian yang melihat Agatha membawa kandang jinjing hewan.

"Sebenarnya tidak apa-apa, tapi aku tidak membelinya. Erga yang mengirimkannya untukku," ucap Agatha.

"Erga?"

🌠🌠🌠

18.08 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang