A - 005

772 45 0
                                    

Julian membawa Agatha ke sebuah pabrik garment. Saat memasuki pabrik bertingkat 3 itu, suara berisik mesin jahit menyambut. Aroma minyak mesin juga langsung tercium. Bagi beberapa orang yang tidak terbiasa dengan aroma minyak mesin, mungkin akan pusing dan mual.

Beberapa mesin berbaris ke belakang. Terlihat beberapa orang yang sibuk di mesin jahit mereka. Yang lainnya berdiri memotong kain di meja samping mesin, ada juga yang memberi tanda di kain.

Ada beberapa pria yang memperbaiki mesin. Ada juga orang-orang yang baru belajar menjahit di ruangan yang berbeda.

"Ini pertama kalinya kau datang ke pabrik garment, ya?" Tanya Julian.

Agatha tidak bisa mendengar jelas ucapan Julian karena suara mesin. "Hah?"

"Kau baru pertama kali datang ke pabrik garment, ya?" Julian mengulangi pertanyaannya.

"Iya, aku tidak pernah masuk ke pabrik garment sebelumnya," jawab Agatha.

Keduanya melihat ke sekeliling. Ada saja yang menarik perhatian mereka.

"Di mana pemiliknya?" Tanya Agatha pada Julian.

"Hah?" Julian mendekatkan telinganya ke bibir Agatha, karena ia juga tidak mendengar jelas ucapan gadis itu.

"Pemiliknya di mana?" Tanya Agatha dengan suara yang lebih keras.

"Aduh." Julian mengusap telinganya. "Biasanya dia di mengawasi kinerja para penjahit."

"Memangnya kau belum membuat janji untuk bertemu dengannya?" Tanya Agatha setengah berteriak.

"Dia di sana," kata Julian dengan pandangan tertuju pada wanita paruh baya yang sedang menjahit di salah satu mesin.

"Dia pemilik pabrik garment ini?" Tanya Agatha yang tampaknya tidak yakin.

"Iya, jangan menilai penampilannya. Mungkin dia baru bangun tidur dan langsung teringat dengan target produksi. Dia langsung duduk membantu," jelas Julian.

"Begitukah?"

Setelah bertemu dengan tamunya, pemilik pabrik garment mempersilakan mereka memasuki ruangan kantornya yang sunyi jauh dari kebisingan mesin jahit.

"Maaf membuat kalian menunggu, sebenarnya kami sedang mengejar target sebanyak 150 gaun per setengah jam. Jadi, aku sedikit mengkhawatirkan tanggal ekspor," kata wanita pemilik pabrik garment.

Agatha tampak terkejut. "Sebanyak 150 gaun per setengah jam? Itu... itu banyak sekali."

"Kami tidak ingin mengecewakan perusahaan fashion yang mempercayai kami sejak dulu," kata wanita paruh baya itu.

"Wah." Agatha menoleh pada Julian yang juga melirik ke arahnya.

Setelah Agatha membahas mengenai jaket musim dingin dengan pemilik pabrik garment, akhirnya mereka setuju untuk bekerja sama.

Dalam perjalanan, Julian yang menyetir mendengarkan Agatha yang tampaknya berada dalam suasana hati yang bagus.

"Saranmu memang membantuku, terima kasih, Julian. Aku bisa tenang jika jaket-jaket itu bisa dibuat secepatnya dengan bantuan 2 pabrik garment," kata Agatha sambil tersenyum senang.

Julian juga tersenyum.

"Mereka sangat bekerja keras. Bayangkan satu jam mereka bisa menghasilkan 300 gaun," kata Agatha lagi.

"Kau bisa tidur nyenyak sekarang?" Goda Julian.

"Sepertinya tidak hanya tidur nyenyak, aku bisa tidur lebih lama," celetuk Agatha.

Julian tertawa.

Mereka pun sampai di apartemen.

"Kau mau mampir ke rumahku dulu?" Tanya Agatha.

"Lain kali saja. Oh, ya, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," kata Julian.

"Katakanlah," kata Agatha.

"Hari Rabu nanti akan ada acara reuni di restoran dekat perusahaanku. Anak-anak alumni kelas kita akan hadir semua. Apa kau juga akan hadir?" Tanya Julian.

Agatha tampak berpikir. "Baiklah, aku akan datang."

"Kau mau datang bersamaku?" Tanya Julian.

"Iya, jemput aku saja, ya," kata Agatha.

Julian tersenyum. "Baiklah, selamat malam."

"Iya, selamat malam." Agatha menunggu di tepi jalan sampai mobil Julian melaju pergi.

🌠🌠🌠

16.54 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang