A - 067

243 10 0
                                    

Rowena mencoba menelepon Agatha, tapi tidak diangkat.

"Apa dia baik-baik saja?"

Karena khawatir, Rowena pergi ke Agatha Style. Ia menyetir sendiri mobilnya. Ternyata Agatha tidak datang ke kantor pagi ini.

Rowena semakin khawatir. Ia pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen tempat tinggal Agatha.

Sesampainya di apartemen Agatha, Rowena menekan bel. Tak lama kemudian, Agatha membukakan pintu.

"Kau tidak pergi ke kantor? Apa kau sakit?" Tanya Rowena cemas.

"Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit malas hari ini," jawab Agatha lemas.

Rowena melirik ke dalam. "Apa aku boleh masuk?"

Agatha mempersilakan Rowena masuk. Gadis itu duduk di sofa, begitu pun dengan tuan rumah.

"Kau terlihat murung," ucap Rowena setengah bertanya.

"Mood-ku sedikit berantakan," ujar Agatha.

"Apa ada hal yang mengganggu pikiranmu? Ceritakanlah padaku, jangan memendamnya sendiri," bujuk Rowena.

Belum sempat Agatha menjawab, Erga keluar dari salah satu kamar sambil membenarkan jasnya. Kedua mata Rowena terbelalak melihat keberadaan pria itu. Tampaknya pria itu juga sedikit terkejut melihat kedatangan Rowena. Ia menoleh pada Agatha.

Rowena melirik Agatha dan Erga bergantian. "Sedang apa kau di sini? Kau melukai Agatha?"

Erga tidak menjawab Rowena. Pria itu berlalu pergi. "Agatha, aku pergi."

Rowena menatap Agatha lalu menunjukkan gestur seolah bertanya, 'Apa yang terjadi?'

Setelah keluar dari rumah Agatha, Erga tampak berjalan gontai. Baru beberapa langkah, Rowena memanggilnya.

"Erga, tunggu!"

Langkah Erga terhenti. Ia menoleh pada Rowena yang bergegas menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan pada Agatha? Kau melukainya lagi? Tidak cukupkah kau menerornya selama dia tinggal di Australia? Apa kau masih belum puas?!" Bentak Rowena.

Erga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Apakah kau berpikir aku baru saja melukainya? Agatha tidak masalah aku menginap di rumahnya semalam."

"Menginap?" Rowena tampak semakin kesal.

"Iya, orang tua Agatha menjodohkanku dengannya. Semalam kami mengadakan pesta. Sepertinya Agatha dan aku terlalu mabuk. Kami tidak sengaja melakukannya." Erga tersenyum.

Rowena mencerna ucapan Erga. Ia menggeleng. "Tidak mungkin."

"Sudahlah, Rowena. Sudah jelas aku pemenangnya. Agatha lebih memilihku dibandingkan dirimu. Meski pun dia tidak mencintaiku, dia akan tetap menjadi milikku. Jangan mengganggu kami lagi. Kami akan segera melangsungkan pernikahan," jelas Erga kemudian berlalu.

Rowena meraih tangan Erga. "Kau tidak bisa memaksanya, kau tidak bisa memilikinya!"

Erga menepis tangan Rowena lalu melanjutkan langkahnya sambil bergumam pelan, "Aku tidak mengira aku mengatakan ini padanya. Sungguh gila aku merebut gadis dari seorang gadis."

Rowena masih membeku di tempat.

Erga memasuki mobilnya. Ia menghela napas berat.

** Flashback **

"Dalam waktu satu bulan, aku akan membuatmu mencintaiku. Jika aku tidak bisa, aku akan pergi dari hidupmu," ucap Erga penuh keyakinan.

Agatha mencerna ucapan Erga.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Erga beranjak dari tempat duduknya berniat pergi, tapi Agatha meraih tangan pria itu.

"Ekspor sebentar lagi," ucap Agatha.

"Ekspor? Memangnya kenapa? Aku tidak punya perusahaan ekspor," ujar Erga.

Agatha menatap Erga. "Selain ekspor gaun, aku juga baru mendirikan perusahaan baru, Agatha Pearl."

Erga mengernyit. "Jadi?"

"Duduklah," gerutu Agatha.

Erga kembali duduk. Ia menatap bingung pada Agatha.

"Bagaimana jika kita bertunangan?"

🌠🌠🌠

13.56 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang