A - 075

238 10 0
                                    

"Jadi, kau mau apa?" Tanya Agatha.

Agriawan tersenyum manis.

Agatha mengalihkan pandangannya. "Sudah kuduga, kau pasti punya alasan kenapa ingin menemuiku. Untuk pertama kalinya seumur hidup kau datang ke kamarku."

"Apakah Rowena akan datang ke pertunanganmu?" Tanya Agriawan.

Agatha melipat kedua tangannya di depan dada. "Memangnya kenapa? Tentu saja dia hadir."

"Baguslah, aku harap setelah pernikahanmu dan pernikahan Fio selesai, aku bisa menikahinya. Aku juga mau menikah seperti adik-adikku," ucap Agriawan antusias.

Agatha tampak berpikir.

"Iya, kan, iya?" Agriawan ingin mendapatkan jawaban dari Agatha.

Agatha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Agriawan berlalu dengan ekspresi senang.

Senyuman Agatha memudar. "Yang benar saja."

Sementara itu, Nyonya Hardiswara sedang berada di taman belakang bersama Erga.

"Aku tidak mengira kau benar-benar berhasil membuat Agatha berubah pikiran. Apa kau melakukannya?" Tanya Nyonya Hardiswara.

Erga tampak berpikir. Apa dia masih berpikir jika aku melakukan apa yang dia katakan waktu itu?

"Hm?" Nyonya Hardiswara meminta jawaban.

"Aku tidak melakukannya. Aku benar-benar tidak bisa melukainya, karena aku mencintainya," kata Erga pelan.

"Benarkah? Lalu... bagaimana caramu meyakinkannya?" Tanya Nyonya Hardiswara.

"Dia memberikanku kesempatan ketiga," ucap Erga sambil tersenyum tipis.

"Kesempatan ketiga?" Tanya Nyonya Hardiswara.

Erga mengangguk. "Dua kesempatan sebelumnya telah aku sia-siakan. Waktu itu aku belum dewasa, aku ingin Agatha menjadi milikku sepenuhnya. Semua hal aku lakukan untuk mendapatkannya sampai-sampai Agatha takut padaku. Putrimu sangat baik hati, Ibu. Dia memberikan pria brengsek ini kesempatan untuk mendampinginya."

Nyonya Hardiswara mencerna ucapan Erga.

Setelah Erga pamit pulang, Nyonya Hardiswara memasuki kamar Agatha. Gadis itu tampaknya sudah tertidur. Wanita paruh baya itu menyelimuti tubuh Agatha lalu mematikan AC. Remot-nya disimpan di atas nakas.

Sesaat Nyonya Hardiswara menatap putrinya. Ia tersenyum sendu kemudian mengusap rambut Agatha dengan lembut. Setelah itu, ia pergi.

Perlahan Agatha membuka kedua matanya. Gadis itu menyentuh rambutnya.

Keesokan harinya, Agatha mengundang Erga ke perusahaannya. Berita hubungan mereka semakin tersebar. Pandangan semua karyawan tertuju pada pasangan itu yang kini berjalan di koridor menuju ruangan Agatha.

"Apa yang kalian lihat? Kerjakan tugas kalian," suruh Agatha.

Mendengar perintah Agatha, mereka segera kembali memusatkan pandangan ke komputer dan fokus bekerja.

Erga tersenyum. "Aku rasa kau terlalu kasar pada mereka."

"Mereka tahu sifatku. Aku orangnya moody-an. Jadi, mereka juga tahu sifat baikku, tidak hanya sifat burukku," ucap Agatha.

"Kau cemburu karena mereka menatapku?" Tanya Erga.

"Jangan konyol," gerutu Agatha sambil mempercepat langkahnya.

Erga tersenyum.

Di ruangan Agatha, Erga mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Wah, ruanganmu nyaman sekali."

"Sepertinya ruanganmu di Xavier Blue lebih luas dan lebih nyaman," kata Agatha yang sibuk membuka majalah wanita di mana para model itu mengenakan pakaian dari Agatha Style.

Erga beranjak dari tempat duduknya kemudian ia berjalan ke dekat Agatha. Tampaknya Erga penasaran dengan apa yang dilihat oleh Agatha sampai seserius itu.

"Bagaimana rasanya melihat perempuan cantik?" Tanya Erga.

Agatha menoleh pada Erga tanpa memberikan jawaban.

"Aku membuatmu tersinggung, ya?" Tanya Erga.

"Tidak, aku hanya tidak mau menjawab pertanyaanmu. Ganti pertanyaannya," ucap Agatha.

"Apa kau merasa nyaman bersamaku? Aku ingin kau menjawab dengan jujur."

🌠🌠🌠

13.23 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang