A - 016

502 26 0
                                    

Terlihat Tuan Hardiswara sedang berbincang dengan seorang pria berkemeja abu-abu. Melihat kedatangan putrinya, Tuan Hardiswara bersuara, "Agatha? Ternyata kau tahu?"

Agatha mengernyit.

Pria berkemeja abu-abu itu menoleh pada Agatha. Kedua mata Agatha membulat saat pandangan mereka bertemu.

Rowena tampaknya juga terkejut. Ia menoleh pada Agatha. Pria itu tersenyum kemudian beranjak dari tempat duduknya menghampiri Agatha yang gemetar.

"Apa kabar, Agatha?" Pria itu memeluk Agatha yang masih membeku.

Rowena mengedipkan matanya berkali-kali melihat itu.

"Apa kau merindukanku?" Bisik pria itu di telinga Agatha.

"Lepaskan aku," ucap Agatha lirih.

"Duduklah, Rowena juga, kemarilah, Nak," kata Tuan Hardiswara.

Mereka bertiga pun duduk.

"Rowena, kau datang karena aku menelepon?" Tiba-tiba Agriawan muncul.

Agatha yang awalnya datang ke mansion berniat menegur Agriawan pun menjadi diam dengan banyak hal terbesit dalam kepalanya.

"Kita bicara di luar saja," kata Rowena pada Agriawan.

Keduanya pun pergi keluar dari ruangan meninggalkan Tuan Hardiswara, Agatha, dan pria misterius itu.

"Kenapa kalian tidak saling menyapa? Agatha." Tuan Hardiswara menegur putrinya.

Agatha menoleh pada ayahnya kemudian ia melirik ke arah pria itu.

"Ergara bilang, kalian teman semasa kuliah di Sydney," kata Tuan Hardiswara.

"Kami sangat akrab, bahkan kami sempat berpacaran," ucap pria bernama Ergara itu.

Tidak punya malu, batin Agatha. Ia pun bersuara, "Tentu saja aku mengenalnya. Sedang apa kau di sini?"

Tuan Hardiswara melirik putrinya yang bertanya agak kasar pada Erga.

"Aku merindukanmu," jawab Erga dengan polosnya.

Agatha melirik pada ayahnya, ia khawatir ayahnya akan berpikiran yang bukan-bukan setelah mendengar ucapan Erga.

"Apa yang kau bicarakan? Hubungan kita sudah berakhir," gerutu Agatha.

"Kalau begitu, ayo kita mulai lagi dari awal," kata Erga tanpa beban.

Agatha ingin sekali mencekik pria di depannya, tapi ia tidak mungkin melakukannya di depan ayahnya.

Sementara itu, Rowena dan Agriawan berbicara di depan rumah. Keduanya duduk di kursi.

"Katanya pria itu tinggal dan kuliah di Sydney. Dia bilang, dia juga temannya Agatha. Apa kau juga mengenalnya?" Tanya Agriawan.

Rowena mengangguk. "Iya."

Agriawan tampaknya senang berbicara dengan Rowena. Sementara Rowena tidak terlalu menanggapi, karena ia khawatir pada Agatha.

Kenapa dia di sini? Apa dia ingin mengganggu Agatha? Batin Rowena.

Setelah menemani ayahnya berbicara dengan Erga, Agatha pamit pulang bersama Rowena.

"Hati-hati di jalan," kata Agriawan sambil melambaikan tangannya.

Selama dalam perjalanan, Agatha tidak berbicara sedikit pun. Ia tampak menatap kosong.

Rowena merasa khawatir pada Agatha. Ia mengusap rambut gadis itu. "Agatha, kau baik-baik saja?"

Agatha menjawab, "Ayah bekerja sama dengan perusahaan milik ayahnya Erga. Aku tidak tahu ayahnya Erga ternyata orang Indonesia."

"Apa yang kau cemaskan? Kalau begitu, artinya Erga hanya berhubungan dengan ayahmu mengenai perusahaan mereka," ucap Rowena.

"Tapi, mulai sekarang Erga akan tinggal di Indonesia dan mengambil alih perusahaan ayahnya, karena ayahnya sudah lengser," kata Agatha. "Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi, itulah sebabnya aku pergi dari Australia. Seandainya tidak ada orang gila itu, mungkin aku sudah melanjutkan S2 di Sydney bersamamu."

Rowena terlihat sedih. "Semoga saja dia tidak melakukan hal buruk. Ini negaramu, dia harus berpikir dua kali jika tidak ingin terkena masalah."

🌠🌠🌠

11.57 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang