A - 064

244 9 0
                                    

Agatha tiba di Jakarta dengan selamat. Ia pulang ke rumahnya. Beberapa bulan kemudian, Agatha membangun Agatha Style. Ia merangkak dan memulai dari awal sekali. Ia tidak mendapatkan dukungan dari siapa pun.

Meski pun istilahnya Tuan Hardiswara membantunya, tapi ayahnya itu tidak menunjukkan antusiasnya saat putrinya mendirikan perusahaan. Ia berpikir jika Agatha hanya ingin mencoba. Padahal Agatha sudah mempersiapkan segalanya dengan penuh perhitungan.

Saat Agatha Style resmi dibangun, tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Setelah perusahaan milik Agatha itu sukses besar, Agatha mengembalikan uang yang diberikan oleh ayahnya sebagai biaya pembangunan gedung Agatha Style. Sebenarnya Tuan Hardiswara tidak mempermasalahkan uang tersebut. Tapi, Agatha bersikeras ingin mengembalikannya.

Dengan begitu, perusahaan Agatha Style dianggap sebagai perusahaan yang dibangun sendiri oleh Agatha.

Selama di Jakarta, Agatha pernah beberapa kali pindah apartemen untuk menghindari keluarganya sendiri. Ia merasa kurang nyaman tinggal serumah dengan mereka.

Meski pun Agatha dan Rowena terpisah oleh jarak, keduanya masih berkomunikasi. Mereka saling memberikan kabar dan saling menceritakan masalah masing-masing.

Di sana Agatha baru terbuka pada Rowena mengenai apa yang dilakukan Erga padanya. Rowena sangat marah tentunya mendengar cerita sahabatnya itu.

Namun, sekarang yang terpenting adalah keduanya sama-sama bahagia dan ingin berubah.

** End Flashback **

Agatha menunduk dalam. Ia berbalik menatap Erga dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca. "Aku benar-benar sudah lelah, Erga."

Erga menghampiri Agatha. Ia memeluk gadis itu dengan lembut. "Aku juga."

"Berikan aku waktu untuk bernapas sejenak, rasanya sesak di sini." Agatha memukuli dadanya sendiri sambil menangis histeris.

Erga menahan tangan Agatha agar berhenti menyakiti dirinya sendiri. Tangisan Agatha pecah. Ia melelapkan wajahnya ke dada bidang Erga.

"Tidak ada yang memperhatikanku, tidak ada yang peduli padaku, tidak ada yang menyayangiku, bahkan keluargaku. Hanya Rowena yang aku punya... itulah sebabnya aku hanya bisa berbagi cerita dengannya. Dia satu-satunya orang yang peduli padaku," tangis Agatha.

Erga tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak ingin membuat Agatha semakin lelah dengannya.

"Aku mau pulang," ucap Agatha.

Erga mengantarnya pulang, karena suasana hati Agatha yang tidak bagus, Erga memutuskan untuk mampir dan memastikan jika Agatha baik-baik saja.

Pria itu juga memasak untuk Agatha. Sementara gadis itu hanya duduk melamun sambil tangan menekuk wajahnya.

"Maafkan aku," ucap Erga.

Agatha menghela napas berat. "Sekarang kau akan meminta maaf dan besoknya kau membuat kesalahan yang baru."

"Aku tidak mungkin melakukan kesalahan yang sama, karena masih banyak kesalahan lain yang belum dicoba," celetuk Erga.

Agatha mendesah frustasi.

Erga tertawa kecil. "Apa yang membuat mood-mu bagus?"

"Pergi dari sini," usir Agatha.

"Kau mengusirku?" Erga menujuk dadanya.

Agatha mengangguk. "Itu satu-satunya cara agar mood-ku kembali membaik."

"Baiklah." Erga beranjak dari tempat duduknya lalu pergi.

"Erga," panggil Agatha.

Langkah Erga terhenti. Ia menoleh. "Apa lagi?"

"Jangan pergi."

Erga melihat kekhawatiran yang terpancar di wajah Agatha. Pria itu hanya mengangguk. Ia kembali duduk. Mereka pun menyantap makan malam bersama.

Keesokan harinya, Erga terbangun. Ia mendapati dirinya tidur di kamar asing. Sesaat kemudian pria itu ingat kalau dirinya sedang berada di apartemen Agatha. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi.

🌠🌠🌠

20.28 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang