A - 041

285 13 0
                                    

Erga tersenyum senang, karena Agatha bersamanya. Meski pun gadis itu tidak menunjukkan kekhawatiran, tapi Dokter menjelaskan semuanya.

"Apa kau sudah memberitahu teman-temanku tentang kondisiku sekarang?" Tanya Erga memulai pembicaraan.

"Aku sudah memberitahu mereka lewat aplikasi chat di ponselmu, tapi tidak ada respon apa pun. Selain itu, tadi aku tidak melihat mereka di kampus," jawab Agatha.

Erga tampak berpikir.

"Apa mereka benar-benar temanmu?" Tanya Agatha sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke jendela. Ia melihat pemandangan kota Sydney di sore hari dari jendela.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Erga tidak tersinggung atau marah. Ia menjawab, "Mereka mungkin sibuk, bukankah ada banyak ujian bulan ini?"

Agatha mengangguk. "Mungkin saja, tapi teman mereka sedang mengalami kecelakaan. Jika sahabatku mengalami kecelakaan, aku akan meninggalkan kelas untuk melihat keadaannya."

Erga mendengarkan.

"Kita bisa mengikuti ujian, tes, atau presentasi ribuan kali. Tapi, nyawa seseorang hanya satu. Hanya satu kesempatan yang dimiliki seseorang untuk hidup," jelas Agatha.

"Itulah sebabnya kau datang ke mari?" Tanya Erga.

Agatha berbalik menatap Erga. "Karena aku melihat tabrakan itu secara langsung. Aku benar-benar syok."

Terlihat kejujuran dan ketulusan di wajah Agatha. Erga tersenyum. "Aku tidak tahu kau sebaik itu."

Agatha melirik sinis pada Erga. "Lalu kau pikir aku ini bagaimana? Jahat?"

"Tidak, aku pikir kau dingin dan tidak peduli," sanggah Erga.

Keesokan paginya, Erga bangun dan melihat ada kado kecil di meja. Ia mengambilnya dan membukanya ternyata isinya ponsel baru. Pria itu tersenyum.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia membelikanku ponsel baru? Aku bisa membeli ponsel sendiri," gumam Erga. Tapi ekspresi senangnya tidak bisa ia sembunyikan.

Agatha membelikannya hadiah ulang tahun berupa ponsel baru karena ponsel Erga yang sebelumnya retak layarnya akibat kecelakaan kemarin. Ia sengaja meletakkan kado tersebut saat Erga tertidur. Gadis itu tidak pandai berbasa-basi apalagi ia tidak terlalu mengenal Erga. Tapi, ia merasa bersalah karena Erga mengalami kecelakaan sewaktu menjemputnya. Padahal itu bukan kesalahannya.

Apalagi kecelakaan itu bertepatan dengan hari ulang tahun Erga. Tentu Agatha sangat cemas dan tidak bisa berhenti memikirkan keadaan pria itu.

Meski pun Agatha tidak memberikan hadiahnya secara langsung, hal tersebut cukup membuat Erga terharu.

"Saat dia datang sore ini, aku akan berterima kasih padanya," ucap Erga.

Sore harinya, bukan Agatha yang datang, tapi Zeek dan Ben.

"Kalian tahu aku mengalami kecelakaan, kalian juga membaca chat dariku. Kenapa kalian tidak datang? Padahal sudah tertera jelas alamatnya," kata Erga yang terlihat kesal.

"Maafkan kami, kami kira kau mengirimkan pesan iseng. Kau 'kan memang suka menjahili teman," kata Ben.

"Aku tidak masuk kelas selama 6 hari, apa kalian masih berpikir jika aku iseng berpura-pura mengalami kecelakaan?" Gerutu Erga.

Ben melirik Zeek yang sedari tadi tidak mengatakan apa-apa.

"Kalian sengaja tidak ingin menjengukku?" Tanya Erga sambil menatap kesal pada Zeek.

"Bukankah ada gadis itu di sini? Aku tidak ingin bertemu dengannya," ucap Zeek dingin.

Erga tidak mengira dengan jawaban Zeek. "Berkat dia aku masih hidup dan berada di sini, kenapa kau mengatakan itu?"

"Jalang itu yang mempermalukanku di depan kampus waktu itu. Kau pikir aku akan memaafkannya?"

🌠🌠🌠

05.26 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang