A - 047

243 12 0
                                    

Semua mahasiswi yang tinggal di asrama tampak berkumpul di ruang tengah, tak terkecuali Agatha dan Rowena. Seorang wanita paruh baya berkacamata tampak berdiri di tengah-tengah mereka. Tak lain wanita itu adalah Ibu pengawas dan pengurus asrama.

"Ada pengumuman yang mendadak untuk kalian semua. Dalam waktu dekat, asrama ini akan direnovasi mengingat beberapa fasilitas ruangan yang sudah mulai rusak dimakan usia, dan juga lantai yang retak, serta atap bocor," jelas wanita itu.

Semua mahasiswi terkejut mendengar berita dadakan itu. Mereka mulai berisik karena berdiskusi.

Melihat semua mahasiswi mulai berisik, Ibu asrama kembali bersuara, "Harap tenang, semuanya. Kami tidak akan membuat kalian kehilangan tempat tinggal. Bagi kalian yang rumah orang tuanya dekat, dimohon untuk tinggal di rumah tanpa mengubah sistem beasiswa yang kalian miliki.

Bagi kalian yang merupakan mahasiswi asal luar negeri atau yang rumahnya jauh di luar kota, kami menyediakan rumah sementara dengan jumlah kamar yang terbatas. Bagi yang ingin menyewa hotel atau tinggal di apartemen, kami tidak melarang, hanya saja biayanya tidak murah. Kami tidak bisa membayar dengan beasiswa yang kalian miliki."

Agatha menghela napas berat.

"Kalian diberi waktu 1 minggu untuk membereskan barang-barang kalian. Oh, ya, Denise, tolong data semua mahasiswi berdasarkan tempat tinggal mereka," kata Ibu asrama.

Setelah mendapatkan penjelasan, mereka pun bubar. Agatha memilih tinggal di apartemen di Sydney. Ya, meski pun Agatha punya beasiswa full, Tuan Hardiswara memberinya black card. Untuk pertama kalinya ia menggunakan uang tersebut setelah sekian lama tinggal di Sydney dan membiayai segala kebutuhannya dengan beasiswa istimewa yang ia dapatkan.

Sementara Rowena tinggal di rumah ibunya yang jaraknya lebih dekat ke kampus ketimbang rumah ayahnya yang jaraknya sangat jauh dari kampus.

Hari ini terlihat beberapa pria pekerja mengangkut barang-barang Agatha dari asrama ke dalam mobil pick up. Agatha hanya memiliki sedikit barang sejak tinggal di Sydney.

Saat ia akan menaiki mobilnya, salah seorang mahasiswi memanggilnya, "Agatha, tunggu!"

Agatha menoleh. Ia melihat boneka beruang di tangan mahasiswi itu.

"Agatha, bonekamu ketinggalan," kata perempuan itu.

"Untukmu saja," kata Agatha.

Perempuan itu tertawa kecil. "Aku sudah besar, Agatha. Aku tidak bermain boneka."

Agatha pun membawa boneka tersebut bersama barang-barang lain ke apartemen barunya. Gadis itu menghela napas berat. Selain harus membereskan semua barangnya, besok ia ada presentasi. Tenaganya akan terkuras habis untuk hari ini.

"Besok saja, aku mau tidur." Agatha merebahkan tubuhnya ke ranjang. Ia menatap langit-langit kamar untuk sesaat kemudian mengambil ponselnya.

"Rowena sedang apa, ya?" Agatha mencoba menelepon nomor sahabatnya itu. Namun, tidak diangkat.

"Mungkin dia sibuk membereskan barang-barangnya," gumam Agatha sambil berlalu ke dapur. Ia memasak mie instan.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Agatha mengambil benda persegi itu dan melihat nama Rowena di layar. Gadis itu segera mengangkatnya. "Rowena?"

"Maaf, barusan aku sedang memindahkan barang-barangku ke kamar," ucap Rowena dari seberang sana.

"Oh, aku juga baru selesai membereskan rumah baruku, hanya saja belum terlalu rapi. Aku meletakkannya di sembarang tempat. Besok aku akan membereskannya setelah pulang dari kampus," ujar Agatha.

"Begitukah? Kau pasti kesulitan. Apa kau tidak meminta bantuan pada pengurus apartemen?" Tanya Rowena.

"Mereka tadi membantuku memasukkan barang-barang ke rumah, sisanya akan aku urus."

Tanpa Agatha sadari, salah satu mata dari boneka beruang di sofa menyala berwarna merah dan berkedip. Sepertinya ada kamera tersembunyi di dalam mata boneka tersebut.

🌠🌠🌠

15.26 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang