A - 007

661 34 0
                                    

Di dalam mobil, Julian tampak fokus menyetir, sementara Agatha hanya diam sambil menatap jalanan yang dilalui oleh mobil mereka.

Julian menoleh sesaat pada Agatha. "Maafkan aku... gara-gara aku mengajakmu ke acara reunian, kau jadi bad mood, ya?"

Agatha melirik sekilas pada Julian. "Tidak, kok. Mereka memang pantas mendapatkannya. Aku hanya akan bicara baik pada orang baik, dan bicara buruk pada orang yang bersikap buruk padaku."

"Aku juga pernah menyatakan perasaanku padamu waktu itu, tapi kau masih mau berteman baik denganku sampai saat ini," kata Julian.

"Masa SMA memang membuat siapa saja bisa jatuh cinta. Perasaan itu tidak akan bertahan lama seiring berjalannya waktu, karena itu hanya cinta monyet," ujar Agatha.

Julian tidak memberikan tanggapan.

Agatha menoleh padanya. "Kau pria baik, siapa pun akan nyaman berteman denganmu."

"Begitukah?" Tanya Julian.

Agatha tersenyum lalu mengangguk.

Keesokan harinya, Agatha tampak serius di ruangannya. Ia tengah menggambar sketsa kombinasi gaun dan jas yang cantik di tabletnya.

"Oh, aku harus memanggil Manager Arya." Agatha memiringkan kepalanya melihat lewat celah pintu yang sedikit terbuka. "Olivia?"

Wanita berpakaian rapi dan berkacamata memasuki ruangan. "Iya, Nona Hardiswara?"

"Tolong panggil Pak Manager Arya," suruh Agatha.

"Oh, baik, Nona." Olivia segera pergi melaksanakan perintah bosnya.

Tak lama kemudian, Arya datang. "Nona memanggilku?"

Agatha mengangguk. "Kemarilah."

Arya berdiri di samping Agatha yang duduk. Ia melihat tablet di meja. "Wah, gaun dan jas ini tampak cantik dan serasi, Nona."

"Baguskan?" Tanya Agatha senang.

"Iya, Nona." Arya mengangguk.

"Tolong buatkan aku jas dan gaun ini, aku sudah mempersiapkan bahannya. Dalam waktu 1 minggu, gaun ini akan selesai, kan?" Kata Agatha.

"Jangankan satu minggu, Nona, satu hari pun gaun ini akan selesai," ucap Arya.

"Baguslah, aku percayakan padamu. Ukurannya sudah aku cantumkan," kata Agatha.

Arya mengangguk.

Setelah pekerjaannya selesai, Agatha pulang ke rumahnya. Di rumah, ia melihat ponselnya menganggur di meja. Gadis itu pun mematikan mode pesawatnya.

"Rasanya menyenangkan hidup tanpa HP," kata Agatha kemudian pergi ke dapur dan mengambil 2 kotak susu lalu kembali ke ruang tamu. Gadis itu menyalakan TV sambil meminum susu.

Beberapa kali ia memindahkan channel-nya. Karena tidak ada acara yang menarik, ia pun memilih mematikan TV-nya.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Agatha menghabiskan susunya lalu bergumam, "Malapetaka datang."

Saat melihat siapa yang meneleponnya. Nama Agriawan tertera di layar. Dengan malas, Agatha mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

"Selama 1 minggu lebih kau mematikan ponselmu? Apa kau sudah gila?!" Bentakan kakaknya yang pertama kali ia dengar.

"Kupingku sakit mendengar suaramu. Jika kau sudah selesai, aku akan mematikan panggilannya," kata Agatha yang menanggapi kemarahan kakaknya dengan santai.

"Kau pindah ke mana, Agatha?! Jangan membuat orang cemas! Saat tidak ada orang di rumah, kau mengangkut barang-barangmu dan pergi begitu saja," gerutu Agriawan dari seberang sana.

"Berjanjilah, jika aku memberitahukan alamatku, kau tidak akan datang," ucap Agatha.

"Hei, kau mau hidup sendirian? Mentang-mentang sekarang kau punya perusahaan sendiri?!"

Agatha beranjak dari sofa lalu membuang dua kotak susu yang sudah habis itu ke wadah sampah. "Hei, sudah 4 tahun aku membangun perusahaanku sendiri sampai-sampai aku menganggapnya rumah pertamaku. Mansion Hardiswara adalah rumah keduaku, karena aku lebih sering berada di perusahaanku ketimbang di mansion."

🌠🌠🌠

18.35 | 1 Agustus 2021
By Ucu Irna Marhamah

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang