BAB 4

65.3K 4K 121
                                    

Happy Reading!

"Siapa namamu?"

Selir Min segera menunduk dihadapan kaisar. "Ampuni hamba yang mulia, saya selir Min puteri perda__"

"Lupakan saja! Sekarang lepaskan pakaianmu!" Titah kaisar Qin dingin membuat selir Min dengan tangan gemetar melepas pakainnya.

Kaisar Qin melirik selir di depannya tubuh yang kurus dan tangan yang gemetar. Benar-benar terlihat sangat lemah.

"Su_sudah yang mulia." Ucap selir Min yang kini tak tertutupi kain apapun.

Kaisar Qin menghela napas lalu meletakkan kuas yang ia gunakan untuk menulis. "Berbaring di sana!" Titahnya datar lalu berdiri sembari melepas jubah kekaisaran yang ia pakai.

Setelah selir Min berbaring di atas tempat tidur, kaisar Qin perlahan mendekat. Ia memperhatikan tubuh selirnya yang putih mulus lalu perlahan membuka kedua kakinya.

"Tutup matamu!"

"A_apa?" kaget selir Min membuat kaisar Qin menatap selirnya itu tajam.

"Aku memintamu untuk menutup mata dan jangan membukanya sebelum aku selesai." Titah kaisar Qin dingin membuat selir Min menurut. Ia menutup kedua matanya.

Sesaat setelah menutup mata, selir Min dapat merasakan sesuatu yang besar menggesek bagian bawah miliknya.

"Engh_" Desah selir Min membuat kaisar Qin langsung menghentak pinggulnya hingga seluruh senjatanya terbenam masuk.

"Arghhh sakitttt.."Teriak selir Min kesakitan kemudian dapat ia rasakan sesuatu yang besar bergerak keluar masuk di dalam tubuhnya. Semakin lama semakin cepat dan dalam.

"Akh akhh akhhh.." desah selir Min. Awalnya memang sakit namun lama-kelamaan semuanya berubah menjadi nikmat. Kedua tangannya bergerak mencengkram bantal di kepalanya akibat hentakan-hentakan yang ia terima.

"Jangan buka matamu atau aku akan membunuhmu saat ini juga!" Geram kaisar Qin saat ia melihat pergerakan pada kelopak mata selirnya.

"Iyaa ahhh shhh akhhh akhh" Desah selir Min tak karuan saat kaisar Qin menaikkan tempo hujamannya. Dan selang beberapa detik tubuh Selir Min bergetar hebat dan menyemburkan cairan yang cukup banyak membuat kaisar Qin menarik miliknya.

Kaisar Qin segera memakai jubah kekaisarannya lalu berkata. "Pergi dari sini!"

Selir Min membuka matanya. Dapat ia lihat jika sang kaisar sudah berpakaian rapi. "Ta_tapi yang mulia."

Brakk

Kaisar Qin melempar sebuah pot ke dinding.

"Pergi!" Titahnya tajam membuat selir Min dengan tubuh yang lemas memakai pakainnya kembali lalu dengan langkah tertatih keluar dari ruang pribadi kaisar.

"Apa yang mulia ingin hamba memanggil selir yang lain?" tanya kasim Ji yang langsung masuk begitu selir Min keluar.

Kaisar Qin menggeleng lalu berkata. "Tidak. Hasilnya akan sama saja." ucapnya lalu menghela napas.

Kasim Ji menatap kaisar prihatin. Sebagai pemimpin negeri ini, kaisar Qin dituntut untuk memberikan keturunan namun hingga saat ini tidak ada satupun selir yang berhasil membuat kaisar Qin mencapai pelepasannya.

Tidak ada perasaan senang atau nikmat saat bersenggama. Kaisar Qin seolah mati rasa dan enggan bersentuhan dengan wanita. Padahal sudah ada ratusan selir yang tidur dengannya namun tidak ada satupun yang berhasil memunculkan sisi liarnya sebagai seorang pria.

"Aku mungkin memang tidak ditakdirkan untuk memiliki keturunan." Ucap kaisar Qin membuat kasim Ji menggeleng.

"Tidak yang mulia. Tolong jangan katakan itu. Hamba yakin suatu saat yang mulia akan bertemu dengan wanita yang tepat. Wanita terbaik yang akan melahirkan keturunan kaisar dan menjadi permaisuri di kekaisaran ini." ucap kasim Ji membuat kaisar Qin tersenyum tipis. Entah sudah berapa kali ia mendengar kalimat itu dari mulut kasim Ji. Namun untungnya kalimat itu masih mampu membuatnya menunggu.

"Baiklah_ temani aku ke Danau Utara." ajak kaisar yang diangguki oleh kasim Ji.

Kaisar berjalan menuju Danau Utara. Danau itu adalah tempat favorit sang ibu yang kini menjadi tempat favoritnya. Kata para pelayan, saat ibu suri mengandung beliau sangat suka duduk di tepi danau sembari menatap indahnya pemandangan bunga yang berjejer menghiasi tepi danau.

"Tidak. Bagaimana bisa ide sialan itu muncul di kepalaku? Mana mungkin aku mau tidur dengan kaisar sipenjahat kelamin itu."

"Bera__"

"Sttt!" Kaisar segera menghalangi kasim Ji yang ingin meneriaki seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari tepi danau.

"Tapi jika tidak mengandung anak kaisar, aku pasti akan mati."

Kaisar mengernyit. Mengandung anak kaisar? Bukankah itu berarti gadis itu adalah salah satu selirnya.

"Tapi_ jika harus bercinta dengan kaisar__huaa aku tidak mau. Aku terlalu suci untuk disentuh oleh kaisar."

Kasim Ji melotot lalu menatap ke arah kaisar, sedang Kaisar menahan napasnya. Biasanya dia yang menolak selir sekarang ia yang malah ditolak oleh selirnya.

"Tidak. Tidak. Ayo pikirkan cara lain. Pasti ada cara agar aku tidak mati dan juga tidak harus melahirkan keturunan kaisar."

Kaisar Qin mengernyit. Mati? Kenapa harus mati? Ia tidak pernah mengatakan akan menghukum mati selirnya yang tidak berhasil memberi dirinya keturunan.

"Ah! Sudahlah_aku pusing. Besok saja aku pikirkan lagi. Lagipula masih ada waktu beberapa bulan sebelum sipemeran utama muncul."

Kaisar Qin langsung menatap kasim Ji begitu gadis yang ia ketahui sebagai salah satu selirnya itu pergi.

"Kau tahu gadis tadi?" tanya kaisar Qin membuat kasim Ji menganggung.

"Dia adalah selir Qia yang mulia. Selir yang baru di kirim oleh Provinsi Timur beberapa hari yang lalu."

Kaisar Qin mengangguk mengerti. Namun beberapa kalimat yang tadi ia dengar mau tak mau kini memenuhi pikirannya.

"Yang mulia_ sebenarnya selir Qia lah yang terpilih untuk menemani anda satu minggu ke depan. Namun menurut kabar selir Qia jatuh pingsan hingga sore hari yang membuat ibu suri menunjuk selir Min sebagai pengganti." ucap kasim Ji membuat kaisar Qin diam beberapa saat lalu berkata.

"Pingsan?"

Kasim Ji mengangguk. "Dari desas desus yang beredar selir Qia terlalu senang karena ditunjuk untuk menemani anda selama satu minggu hingga pingsan."

Kaisar Qin tersenyum sinis. Terlalu senang? Sepertinya tidak. Selir Qia memang sengaja menghindar.

"Kasim Ji_"

"Ya, yang mulia?"

"Aku ingin kau melakukan sesuatu!"

"Apa itu, yang mulia?"

"Buat selir Qia memenangkan pertandingan bakat minggu depan."

Kasim Ji melotot kaget namun tidak berani membantah. "Baik yang mulia. Akan hamba laksanakan."

-Bersambung-

Kiara's Transmigration (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang