BAB 12

53.8K 3.7K 109
                                    

Happy Reading!

Kiara duduk di atas tempat tidur sedang kaisar tengah sibuk menulis. Entah apa yang ia tulis, Kiara tidak mau tahu dan enggan mencari tahu. Namun satu hal yang pasti, malam ini dirinya pasti akan diterkam habis-habisan. Bukan malam ini saja tapi mungkin malam-malam berikutnya juga.

"Yang mulia_" Kasim Ji masuk dan menghadap. Kemudian mempersilahkan seorang pelayan meletakkan sebuah minuman di atas meja.

"Ibu suri mengirim tonik ini untuk selir Qia." Ucap Kasim Ji membuat Kiara menghela napas. Jadi targetnya sekarang dirinya. Bukan kaisar lagi yang harus meminum tonik pencegah kesuburan, tapi dirinya.

"Baiklah. Kau boleh pergi!" Titah kaisar lalu menatap selir Qia saat kasim Ji dan pelayan tadi keluar.

"Aku akan meminumnya."Ucap Kiara cepat. Lagipula tidak hamil sama dengan menunda nasib buruk para selir.

Kaisar Qin mengambil gelas berisi tonik itu lalu melangkah menuju selir Qia.

"Apa ibu suri tidak mengirim sesuatu untuk anda, kaisar?" tanya Kiara sembari meminum tonik yang rasanya ternyata tidak begitu pahit.

Kaisar menggeleng. "Karena dirimu, aku tidak membutuhkan minuman apapun lagi." Ucap Kaisar lalu mengambil gelas kosong dari tangan selirnya.

'Gawat-gawat. Jika tonik yang dikirim oleh ibu suri adalah pencegah kehamilan maka aku__ hahhh' Kiara melotot kaget. Ia membuang tonik itu sedang kaisar tidak lagi meminum tonik dari ibu suri.

"Ada apa selir Qia?" Tanya kaisar saat selirnya tiba-tiba melotot sembari memengang perutnya.

'Apa aku akan hamil?' Batin Kiara ketakutan. 'Kalau begitu aku harus mencari cara agar para selir aman dan tidak menemui nasib buruk'

"Selir Qia!" panggil kaisar saat selirnya melamun.

"Yang mulia_" Kiara tiba-tiba menggenggam telapak tangan kaisar lalu membawa ke perutnya.

"Jika aku hamil__" Kiara menggantung ucapannya lalu menatap wajah kaisar yang nampaknya sangat penasaran atas apa yang akan ia katakan.

"Katakan saja, selir Qia!" ucap kaisar lalu melirik tangannya yang ada di perut selirnya.

Kiara menguatkan tekadnya. "Jika aku hamil, aku ingin yang mulia mengabulkan satu permintaan ku." ucap Kiara membuat kaisar diam lalu tersenyum. Ia perlahan menggerakkan tangannya di perut selir Qia. Mengelus perut itu dengan tatapan sayang.

"Apapun itu selir Qia. Kau hanya harus mengatakannya. Jika itu adalah sebuah permata, saat kau meminta satu aku akan memberi dua. Jika itu__"

"Psttt!" Kiara langsung menghentikan perkataan kaisar dengan jarinya yang mendarat di bibir kaisar.

"Bukan permata kaisar, tapi sesuatu yang lain. Sesuatu yang sangat aku inginkan." ucap Kiara lalu tersenyum tipis.

"Katakan!"

"Aku ingin kaisar mengembalikan semua selir yang ada di aula selir ke keluarganya masing-masing." Ucap Kiara membuat tubuh Kaisar menegang.

"Itu tidak mungkin, selir Qia." ucap kaisar lalu berdiri. "Mengembalikan para selir sama saja menghina keluarga mereka. Akan lebih mudah jika mereka dimasukkan ke dalam penjara dan__"

"Tidak kaisar. Tolong berjanjilah! Apapun yang terjadi jangan pernah mengirim selir ke penjara." pinta Kiara membuat kaisar menghela napas lalu kembali duduk dan menarik selir Qia kepelukannya.

"Jangan terlalu baik, selir Qia. Kau bahkan tidak tahu ada berapa selir di luar sana yang ingin membunuhmu." ucap Kaisar membuat Kiara diam.

'Membunuhku? Tapi kenapa? Akukan berniat baik dan ingin merubah nasib menggenaskan para selir.' Batin Kiara.

Cupp

"Jangan berpikir terlalu banyak!" ucap kaisar setelah ia mengecup bibir selirnya.

Kiara mengangguk lalu menyamankan posisinya dipelukan kaisar.

"Mau berjalan-jalan?" Tawar kaisar membuat Kiara melepas pelukannya lalu mengangguk.

"Pakai dua lapis mantel, atau kau akan kedinginan." Ucap kaisar membuat Kiara menurut. Di luar memang sangat dingin.

Kiara tersenyum saat kaisar menggenggam jemarinya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Danau Utara diikuti oleh beberapa prajurit yang berjalan jauh di belakang.

"Rasanya lebih hangat saat bersamamu, selir Qia." ucap kaisar sembari mengeratkan genggaman tangannya.

Kiara tersenyum lalu menarik lengan kaisar menuju tepi danau. "Aku selalu ingin melakukan ini." Ucap Kiara lalu berdiri di depan tubuh kaisar.

Dengan senyum manis, Kiara menarik kedua lengan kaisar agar memeluknya dari belakang. Sedang tubuhnya sepenuhnya ia sandarkan ke pelukan hangat kaisar.

"Lalu bergoyang ke kanan dan ke kiri." Ucap Kiara sembari menggoyangkan tubuhnya membuat kaisar mau tak mau juga mengikuti gerakan selirnya.

Kaisar mencium rambut selirnya lalu berpindah ke lekukan leher.

"Kaisar_" Panggil Kiara membuat Kaisar Qin bergumam.

"Hm?"

Kiara berbalik lalu memeluk tubuh kaisar Qin. "Apa kita harus kembali sekarang?" Tanya Kiara membuat kaisar Qin menggeleng.

"Apa kau tidak ingin menikmati pemandangan Danau Utara lebih lama?" Tanya kaisar membuat Kiara tertawa.

"Aku ingin tapi_ sepertinya kaisar tidak." Balas Kiara membuat kaisar mengernyit.

Kiara tersenyum lalu menaikkan kakinya untuk menggesek sesuatu yang sedari tadi terus menusuk bokongnya meski ia sudah berpakain cukup tebal.

Kaisar menegang. "Selir Qia_"

Kiara tertawa. "Ayo kembali!" Ajak Kiara membuat kaisar menggeleng.

"Sebelum kembali, aku ingin mengatakan sesuatu." ucap kaisar membuat Kiara diam lalu mengangguk.

"Aku akan mengabulkan permintaanmu. Tapi hanya jika kau mengandung pewarisku." ucap kaisar membuat Kiara tersenyum. Kalau begini ia akan semangat untuk hamil. Bukankah masalah selesai. Ia hamil, kerajaan punya penerus dan para selir dapat menghindari nasib buruknya.

"Terima kasih, kaisar." Ucap Kiara lalu_

Cupp

Kiara memalingkan wajahnya setelah berhasil mengecup bibir kaisar meski ia harus melompat kecil.

Kaisar tersenyum tipis. 'Bahkan jika kau memintaku untuk membunuh mereka semua, aku akan melakukannya' Batin kaisar.

-Bersambung-

Kiara's Transmigration (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang