[36] Gangguan Lain

364 42 0
                                    

Saya tidak mengerti apa yang mereka bicarakan sehingga Lucc terlihat begitu dekat dengan Zane. Pria itu pun sampai tertawa sekeras itu di perpustakaan.
"Apa yang kalian bicarakan?"

"Sudah selesai?" Zane balik bertanya.

"Ya."

"Lucc sangat lucu. Aku menyukai anak ini." Zane mengacak rambut Lucc hingga membuat anak itu kesal. Ia sampai berdecak karena kesal akan tindakan Zane padanya.

"Lucc! Apa ini hasil belajar etiket mu?"

"Mana mungkin, ibu pasti salah dengar." Apa dia berdalih? Rasanya tadi Lucc benar-benar berdecak.

"Ibu, bagaimana jika kita ke tempat festival?" sepertinya dia benar-benar ingin pergi. Mengingat ini akhir pekan, pasti ada festival.

"Boleh."

Matanya sudah berbinar sejak tadi. Lucc melihat ada banyak sekali pertunjukan, mainan, topeng, dan stand ramalan. Lucc menarikku berkeliling.
"Lucc ingin beli sesuatu?"

"Apa disini ada pai almond?" Sepertinya Lucc benar-benar menyukainya. Jika saja saya tidak memiliki tubuh seperti ini, mungkin Lucc bisa makan pai setiap ia menginginkannya. Saya bisa membuatnya.

"Ada." Saya mengajaknya membeli pai almond. Matanya berbinar polos. Ia tidak sabar mencoba pai itu, namun saat ia sudah mencobanya, wajahnya berubah murung seperti akan hujan.

"Ada apa? Kenapa wajahmu seperti ini?"

"Tidak seenak buatan ibu. Waktu itu pai buatan ibu yang terenak yang pernah Lucc makan." saya tidak bisa membuatnya. Lucc tidak mungkin bisa memakannya lagi.

"Nanti buatkan lagi, ya?" Matanya sangat jernih dan cantik. Tatapan anak sepolos ini tidak mungkin bisa ditolak, tapi untuk saat ini saya tidak bisa mengatakan iya untuk keinginannya. Saya hanya bisa tersenyum menanggapi keinginannya.

"Tidak mau permen apel?" Saya menunjukkan toko permen disana. Ia terdiam lalu tampak menyadari sesuatu.

"Permen apel yang manis." ia terlihat membayangkan sesuatu di kepalanya sambil terkekeh pelan. Saya penasaran, apa itu?

"Ayah benar-benar beruntung. Mencari kesempatan dalam kesempitan."

Apa yang baru saja Lucc katakan? Apa dia kembali mengingat kejadian waktu itu saat saya bersama Carlix?

-
-
-

Eirine melirik Count Ares Velik yang kini berdiri di hadapannya. Kehadirannya ini juga berkat bantuan Junn. Pria ini tegas dan keras sehingga sering disebut sebagai figur sempurna seorang pahlawan yang pemberani.

Ia menyerahkan berkas laporan penyelidikannya.
"Penggelapan dana pembangunan, memperjual-belikan budak dan makhluk magis, serta bersih-bersih (dalam artian menyingkirkan orang lain)."

Eirine tersenyum melihat apa yang didapatkan oleh Count Ares.
"Kotor sekali."

"Sebagian informasinya didapatkan oleh Lady Biondina."

Wajah Eirine tiba-tiba berubah menjadi dingin saat mendengar nama itu.
"Sudah kukatakan untuk bersikap profesional saat bekerja denganku."

"Saya hanya memberitahu Yang Mulia ratu sumber informasinya."

"Tidak perlu." Count Ares terdiam saat mendengar penolakan keras dari ratu kekaisaran utara.

"Dan untuk permata sihir yang kau dapatkan bersama Carlix waktu itu, bagaimana kau mendapatkannya?"

"Mengenai itu, anda pasti sudah tahu. Yang Mulia mengorbankan dirinya sehingga saya bisa mendapatkannya dengan mudah."

I'm Only Meant to be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang