Masa kelam

471 57 0
                                    

Setiap pulang sekolah sampai jam 11 malam, Marva bekerja dengan giat tanpa mengeluh sedikit pun.

Ada rasa lelah di balik setiap geraknya, namun harapannya akan kehidupan yang lebih baik, lebih besar dari pada apapun. Marva memaksa dirinya untuk terus beraktivitas. Sesekali ia terduduk untuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena lelah.

Ia pun menenguk beberapa gelas air putih untuk menahan rasa laparnya.

" Jadi, yang di maksud dengan pemrataan daerah adalah.. " gumam Marva yang sibuk menghafal karena besok ia ada ulangan.

" Marva, tolong antarkan pesanan atas nama bu Mia! "

" baik, Pak! " sahut Marva semangat.

Waktu semakin larut, di saat anak-anak seumurannya sudah beristirahat, ia masih berjalan kaki pulang, menuju penginapan seadanya di ujung kota.

Selama berjalan, ia hanya sibuk menghafal semua yang perlu di hafal untuk ujian besok.

" astagaaaa!!! Kesiangan aku gawat! " teriak Marva panik saat jam sudah menunjukkan pukul 06.50

" ibuuuu " panggilnya mencari si ibu sembari membuka kamarnya.

" dia tidak pulang lagi, semalam? " gumamnya, lalu berangkat menuju sekolah dengan berlari.

***
" pak! Jangan di tutup gerbangnya!! " teriak Marva dari kejauhan yang melihat satpam sekolah sudah ingin menutup gerbang.

" aduh, kamu lagi. Sering banget terlambat sih, cepat-cepat! " ujar si satpam menyuruh Marva berlari lebih cepat.

Namun, tetap saja Marva sudah terlambat sampai ke kelasnya. Ujian sudah di mulai sebelum dia datang. Marva memberanikan diri untuk masuk.

" permisi bu, maaf saya terlambat " ucap Marva pada pengawas yang saat itu ada di kelasnya.

" jam berapa ini, Marva?! Hari pertama ujian sudah terlambat. Mau jadi apa kamu?! " katanya yang marah.

" Maaf, bu. Saya kesiangan " jawab Marva.

" kesiangan gimana? Memangnya kam tidur jam berapa semalam? " tanya si ibu guru.

" dia mungkin sedang bekerja sampingan, bu! " celetuk salah satu murid dikelas itu.

" eh, kerja sampingan apa? " tanya si ibu guru yang bermaksud iba dengan keadaan Marva, Namun teman-temannya menganggapnya itu adalah sebuah lelucon.

" mungkin dia sedang mencabuti rumput sampai subuh, hahaha " bully mereka terhadap Marva.

Marva tidak membalas sedikit pun, ia hanya menundukkan kepalanya. Melihat Marva, si ibu guru pun menjadi membelanya.

" apa kalian pantas mengejek teman kalian seperti itu? Ibu harap jangan ada yang berkelakuan seperti ini lagi terhadap temannya yang lain, mengerti? " kata ibu guru.

" Marva, maafin ibu ya. Cepat duduk sana " tambahnya lagi.

Marva pun duduk, dan mulai mengikuti hari ujian pertama nya itu.

Di tengah-tengah ujiannya, tidak terasa air matanya jatuh, membasahi kertas ujiannya. Ia pun segera mengusap airmatanya. Ia menggepalkan kedua tangannya, sekuat tenaga menahan sakit di hatinya akan kenyataannya sekarang. Terlebih lagi, ia mengingat tingkah ibunya. Sekedar merasa ingin menyerah, mungkin tidak apa.

" ayah " gumamnya kecil, mengingat ayah tercintanya, yang ia tinggalkan demi ibunya.

Waktu pun berlalu cepat, jam ujian sudah akan berakhir. Marva berdiri dan mengumpulkan kertas ujiannya, yang sebagian sudah basah lalu kering karena airmatanya.

Breathe 《 VSOO 》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang