Cassiopeia

406 63 0
                                    

" Zayden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Zayden.. " panggil Cassi yang sudah boleh keluar ruangan setelah donor darahnya untuk ibu sambungnya itu. Zayden pun dengan sigap menghampirinya, lalu memeluknya.

" kau baik-baik saja? Apakah sakit? " tanya Zayden lembut sambil membelai rambutnya. Cassi hanya mengangguk, kemudian memeluk Zayden lebih erat.

" ada apa? " tanya Zayden lagi.

" tidak, aku hanya teringat semua masa-masa menyakitkan saat melihatnya tadi di dalam ruangan " jawab Cassi.

" Cassi,. " panggil Marva memotong pembicaraan mereka.

" ada apa? " tanya Cassi dingin.

" terimakasih, sudah menyelamatkan ibu. " kata Marva.

" aku tidak menyelamatkannya, kan ayah yang memaksa ku " sahut Cassi lagi.

" kenapa kau berkata seperti itu? " ucap Marva lagi.

Cassi pun menjadi sangat terganggu oleh Marva.

" Cassi, semakin lama sikap mu semakin tidak sopan " tambah Tuan Nayaka menyambung percakapan mereka.

" ayah, tidak bisakah kau mengucapkan terimakasih pada ku? " tanya Cassi lagi.

Tuan Nayaka sejenak melirik ke arah Zayden yang berdiri di samping Cassi itu.

" sial, dalam keadaan begini justru aku mengingat dengan jelas saran dari Lili " gumam nya dalam hati.

" Cassi,.. terimakasih ya sudah menolong" ucap Tuan Nayaka yang tiba-tiba saja berubah sikap.

" kau pasti belum makan, ini tadi aku belikan roti di ..

" tidak perlu Tuan Marva, saya yang sudah membelikan istri saya makanan " ucap Zayden memotong ucapan Marva.

Cassi menatap balik sang kakak tirinya itu, ia melihat kedua bola matanya yang memerah dan menatapya dengan tatapan yang seakan bisa mengatakan semuanya tanpa berbicara.

Cassi menarik nafas panjang lalu kemudian memalingkan pandangannya ke arah lain. Entah, apa yang Cassi rasakan sekarang, semuanya bercampur menjadi satu.

Rasa benci yang sudah terpupuk didalam hatinya tidak bisa lagi melihat sisi kebaikan dari sang ayah dan kakaknya itu, terlebih lagi saat ia melihat si ibu sambungnya.

Cassi tidak tahu harus berbelasungkawa atau bersyukur, namun yang jelas ia sudah seperti ingin cepat- cepat mengakhirinya.

Ia kembali menatap suaminya untuk menenangkan diri. Cassi sedikit tersenyum kecil saat menyadari kalau kini ia tidak sendiri lagi.

" kau mau pulang? " tanya Zayden sedikit berbisik.

" sebentar lagi, aku ingin melihatnya sampai sadar " jawab Cassi.

Zayden pun tidak pernah melepaskan tangan Cassi, meski sesekali ia mengangkat telpon dari kantor untuk urusan pekerjaan yang membutuhkan wewenangnya.

Cassi duduk bersandar, ia memejamkan mata sejenak karena merasa mengantuk.

Breathe 《 VSOO 》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang