8. Rayyan

4.9K 241 83
                                    

Maaf ngarett ... harusnya kemarin, tapi Senin bertepatan 8.8

Yang kerjanya buruh olshop, tahulah riwehnya.

Selamat membaca kelanjutan kisah Ayana - Ilyas. Aku bawa tokoh baru nihh

"Halo, Ayana Tsana," kata lelaki yang menjadi perwakilan Muslim Women Enterpreuners yang biasa disingkat MWE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Ayana Tsana," kata lelaki yang menjadi perwakilan Muslim Women Enterpreuners yang biasa disingkat MWE. Sikap lelaki yang sok akrab terhadap Ayana tersebut membuat semua orang yang berada di minimarket pesanten keheranan.

Sejak melihat lelaki itu berjalan dengan percaya diri menuju minimarkert, mata Ayana membulat. Lelaki yang cengirannya itu seolah mengejek keterkejutan Ayana karena eksistensinya.

"Assalamualaikum, Rayyan," lirih Ayana penuh penekanan pada lelaki yang berekspresi tengil. Lelaki bernama Rayyan itu langsung terbahak dan menjawab singkat salam tersebut.

"Duh, lupa kalau sekarang berhadapan dengan Ustazah. Waalaikumsalam," kata Rayyan yang berusaha menghentikan tawanya.

Ayana dan Rayyan seakan tidak menyadari bahwa masih ada beberapa pasang mata yang mengamati interaksi keduanya. Menunggu kejelasan apa hubungan dua orang tersebut.

Dua santriwati yang membantu Ayana dalam menggagas unit bisnis pesantren, Fiza staf yang akan menjalankan operasional dan Ilyas yang menjadi pembina lomba serta program jika berhasil dan kontiyu. Semuanya menunggu siapa Rayyan selain sosok perwakilan dari MWE.

Terlebih lagi Ilyas yang sejak batang hidung Rayyan mulai terlihat dari pintu minimarket, Ia tidak lepas pindaian dari ekspresi Ayana maupun Rayyan. Gus Muda tersebut tidak menyukai bagaimana cara Ayana memandang lelaki yang bernama Rayyan. Begitu sebaliknya, Ilyas tidak suka ekspresi tengil Rayyan yang menatap pelopor adanya unit bisnis di Pesantren Al-Insan.

Ekhemmm.

Dibakar rasa tidak suka, Ilyas berdehem mengingatkan dua orang yang berinteraksi dan melupakan sekitarnya itu. Cara yang cukup sukses membuat Rayyan yang tadi fokus bertegur sapa dengan teman lamanya beralih untuk memberikan perhatian pada sekitar.

Rayyan mengalihkan perhatian pada sosok yang berdeham. Melihat dari caranya yang berdiri tegap dengan karisma kepimpinan yang terpancar Rayyan tahu bahwa lelaki itu bukan orang sembarangan. Mungkin lelaki itu atasannya Ayana.

Rayyan menarik sudut bibirnya untuk tersenyum dan sekali mengangguk menyapa lelaki yang dinilainya berkarisma sebagai bentuk sapaan kesopanan. Belum juga lisannya bersuara, pertanyaan Ayana terdengar di rungunya.

"Kamu perwakilan dari MWE, Yan?"

Rayyan menoleh ke Ayana. "Lebih tepat orang kepercayaan Bu Laras, sih, untuk program pendampingan serta pemberdayaan Muslimpreneur. Kamu apa kabar, Na?"

"Baik. Berarti kamu yang nantinya bertugas pendampingan di pondok ini?" Pertanyaan Ayana mendapatkan jawaban dua alis yang dinaikkan. Seolah dengan non verbal yang demikian mengasumsikan jawaban Rayyan iya.

Ayana's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang