Setelah dua kali purnama akhirnya bisa up .....
___Selamat membaca___
"Kenapa ada pembelian baru untuk kain motif ini, sih, Na?"
"Itu pembelian dalam jumlah banyak, kamu tidak optimalkan bahan baku yang sudah ada?"
"Kamu tidak baca riwayat pesannya? Sudah jelas aku sudah melakukan sepakat warna toska kenapa bisa ada opsi lagi warna jingga?"
Omel panjang Rayyan ketika baru datang memasuki minimarket Al-Insan. Lelaki itu bahkan sampai cuma salam pendek dengan raut wajah masam. Sedangkan yang diomelin hanya diam saja tanpa menanggapi dengan wajah datar yang tenang.
Fiza terbengong ketika pertama kali melihat lelaki yang biasanya santai dan sedikit slengean itu marah. Sedangkan Ayana yang ketika masa kuliah sudah sering melihat dan mendapat amukan Rayyan mencoba memahami duduk perkara serta mencari solusi untuk meredam emosi sahabatnya.
"Rayyan, bisa tenang dulu. Ini kita miskomunikasi aja! Aku enggak tahu kalau sudah deal. Daripada kamu marah-marah, nanti kita pikirkan solusinya. Toh, stok bahan baku perca itu masih kita gunakan untuk produksi selanjutnya, kan?"
"Kamu lupa misimu apa? Ada target 1 ton kain perca bisa kamu daur ulang menjadi produk. Bukan hanya mengubah, tapi menghasilkan omset. Kalau pesanan dalam jumlah banyak kamu menggunakan kain baru, kapan target limbah konveksi selaras akan mencapai target terolah?"
"Sepertinya kamu lagi mikirin targetmu, Yan! Dan mencemaskan kegagalan itu!" potong Ayana yang mulai kepancing emosi. Dia juga tertular sebal jika rentetan omel asisten Laras itu belum terlihat ujungnya.
"Ini bukan hanya targetku, tapi kamu yang mengajukan untuk ikut misi dan program Mbak Laras!" sergah Rayyan tidak terima.
"Iyaa, nanti gampang Yan," sahut Ayana sangat enggan menyanggah lagi.
"Gampang?!" tanya Rayyan dengan sarkas. "Mau produksi dead stok?"
"Yan, bisa nggak ngomongnya dengan suasana yang lebih tenang. Enggak usah tegangan tinggi. Pasti ada solusi!" ucap Ayana sambil menghela napas yang sengaja dia perlihatkan pada Rayyan agar lelaki itu tahu dia sudah lelah mendengar amukan lelaki itu
Rayyan tidak membalas apapun, dia hanya melihat sang sahabat sekilas kemudian mengurutkan pangkal hidungnya.
Fiza yang sedari tadi ada di balik meja kasir mengunci mulutnya karena melihat Rayyan maupun Ayana sama-sama dalam situasi bersitegang. Mulutnya masam, karena melihat interaksi dua orang yang saling bersahabat itu dalam situasi memanas. Sungguh, anomali sedang terjadi.
"Kunci gudang bahan, Na!" pinta Rayyan kali ini suaranya yang kembali normal. Dia pun mengulurkan tangan guna menerima benda yang dipintanya.
Segera Ayana merogoh kunci dalam tas untuk memberikan yang Rayyan pinta.
Rayyan yang sudah memegang kunci langsung saja bergegas pergi tanpa mengucap salam
"Serem banget ya, Na," kata Fiza setelah melihat lelaki yang pernah ia incar dalam mode singa. Bahkan penjaga minimarket itu sampai bergidik melihat emosi Rayyan.
"Biasa Za, ini bukan pertama kali dia bentak gitu. Tapi, kalau udah ya udah!" balas Ayana seakan bilang bahwa yang barusan terjadi bukan sesuatu yang berarti.
"Dia cemburu? Frustasi kasih tak sampai?" tanya Fiza yang ditelinga Ayana terdengar absurd.
"Ngawur!" sanggah Ayana dengan cepatnya.
"Kali Na, siapa tahu kan?!!" kata Fiza dengan penekanan dan matanya menyipit berusaha menyakinkan Ayana bahwa yang ia katakan adalah kemungkinan besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayana's Marriage
SpiritualAyana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di sekitar pondok. Yang Ayana tahu, suaminya akan memperkenalkan diri sekaligus menjemputnya saat project p...