Tok ... tok ....Ilyas mengalihkan fokus dari laporan kegiatan pondok ke pintu masuk ruangannya. Dia mempersilakan orang yang berada di balik pintu untuk masuk.
Ilyas mengenali perempuan yang masuk itu. Sudah dua kali bertemu di lingkungan pesantren namun dirinya tidak tahu siapa nama dan sebagai apa perempuan tersebut di pesantren. Yang jelas dari cara berpakaiannya, wanita tersebut bukan santri.
Ilyas pun merasa ada magnet tersendiri yang membuatnya memerhatikan perempuan dengan style yang modis untuk di lingkungan pesantren. Tunik selutut yang berpadu dengan kulot yang senada.
"Assalamualaikum, Gus," salam Ayana saat dirinya dan Ilyas hanya dipisahkan oleh meja.
"Waalaikumsalam warahmah," jawab Ilyas sambil memperhatikan Ayana. Sedangkan yang diperhatikan tidak berani membalas pandang.
"Gus, saya hendak meminta tanda tangannya," kata Ayana yang sejak tadi mendekap map berkasnya.
"Siapa nama Anda dan sebagai apa di Pesantren al-Insan? Mohon maaf, saya belum mengenal satu-persatu orang di pondok ini," tanya Ilyas penuh kehati-hatian, takut menyinggung lawan bicaranya.
"Saya Ayana, Gus. Pengajar mata pelajaran tarekh* untuk kelas Tsanawiyah-Aliyah**," ucap Ayana masih belum berani melihat paras apalagi beradu pandang dengan putra Kyai Marwan.
"Silakan duduk dulu," ucap Ilyas sambil mengulurkan tangan untuk meminta berkas yang masih di dekapan Ayana.
Ketika sudah memegang dan membaca judul proposal, alis Ilyas berkerut.
"Proposal bisnis kreasi dari kain perca," Ilyas mengeja judul yang tertera di halaman sampul. "Ini untuk kegiatan apa, ya, Ustazah?" tanya Ilyas.
"Saya dan Fiza sedang pengajuan untuk ikut lomba perencanaan bisnis yang diadakan oleh Muslim Women Enterpreuners, Gus."
Tentu saja ini aktivitas asing yang pernah Ilyas dengar di pesantren al-Insan. Apa kegiatan ini sudah biasa diikuti namun abinya belum pernah cerita apa-apa?
"Maaf Ustazah Ayana, apakah al-Insan sudah sering ikut lomba-lomba semacam ini?"
"Belum pernah, Gus. Ini pertama kalinya program diajukan."
"Bisa jelasin secara singkat apa latar belakang mengikuti lomba ini, berapa potensi keberhasilannya, manfaat untuk pesantren apa dan apa dukungan yang bisa diberikan pesantren untuk mengikuti lomba ini?"
Ayana yang begitu antusias mempresentasikan perihal proposal rencana bisnis tanpa sadar dia mengangkat kepala dan matanya mengarah pada Ilyas. Hanya saja pandangan fokusnya seakan kabur. Ayana benar-benar hanyut dengan isi kepalanya yang dijabarkan melalui lisan.
Penjelasan Ayana begitu mengalir. Dari menjelaskan latar belakang bahwa dia ingin membantu perekonomian masyarakat sekitar pondok, ikut peduli dengan pengurangan limbah kain dan menghasilkan nilai, menambah income untuk keuangan pesantren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayana's Marriage
SpiritualAyana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di sekitar pondok. Yang Ayana tahu, suaminya akan memperkenalkan diri sekaligus menjemputnya saat project p...