12. Ada Apa dengan Fiza?

3.3K 186 5
                                    

Tok .. tok, permisiii.

Masih ada yang baca cerita ini?

.
.

____Selamat membaca ____

Assalamualaikum Ning Zahira,” salam Ayana yang baru saja memasuki minimarket pesantren. Diikuti oleh Rayyan, lelaki itu juga sekadar menganggukkan kepala untuk menyapa Zahira.

Fiza yang sebelumnya berbincang dengan Zahira menjawab salam tanpa suara dengan pandangannya datar kepada Ayana maupun Rayyan.

Ayana sempat melihat alis Zahira yang  bertaut sedangkan Fiza wajahnya tampak keruh. Sebagai sahabat Fiza, ia dapat membaca ekspresi penjaga minimarket tersebut sedang kesal tapi tidak bisa meluapkan kekesalannya. Ayana merasa situasi sebelum kedatangannya ke swalayan kecil milik pesantren tersebut kurang baik.

“Waalaikumsalam Ayana,” jawab Zahira.

Setelah Zahira mengatur ekspresinya menjadi biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Fiza. Ia pun juga menyuguhkan senyum kepada Ayana dan Rayyan. “Habis darimana Na?”

“Habis keliling, Ning. Dokumentasi semua pekerjaan pemberdayaan ekonomi. Kalau Ning Zahira?” Ayana bertanya sambil ekor matanya melirik pada Fiza.

Netra milik Ayana sempat beradu pandang dengan Fiza. Hanya saja, Fiza yang membuang wajah lebih dahulu dan tetap mempertahankan wajah masammya membuat Ayana merasa aneh.

Isi kepala Ayana mencoba menerka tentang penyebab keanehan atau wajah keruh milik Fiza. Beberapa hari ini Fiza tidak heboh seperti karakter bawaanya yang sangat cerewet. Tidak banyak cerita atau lebih merepet ke gibah yang Fiza bagi kepadanya.

Keanehan lain yang Ayana rasakan ketika Fiza beberapa kali tidak melakukan pekerjaan yang Ayana delegasikan dengan baik. Semisal, Ayana yang meminta tolong jika Fiza ketika ke rumah penjahit untuk mengambil card holder yang sudah selesai, dia meminta untuk sang sahabat melakukan dokumentasi, kemudian Fiza mengatakan lupa. Hal yang jarang terjadi pada Fiza, dia teledor dengan tanggung jawabnya.

Akibatnya, hari ini Ayana harus melakukan sendiri proses pengumpulan bukti visual dan audivisual tentang programnya. Situasi yang membuat Ayana hampir saja kesal ketika ia mengajak Fiza untuk menemani berkeliling mengambil dokumentasi, sang sahabat tidak segera menjawab. Bola mata yang digerakkan secara acak seakan ia sedang mencari alasan dan di waktu bersamaan Rayyan datang. Fiza langsung mengumpankan Rayyan untuk menemani Ayana.

Seakan semesta berkonspirasi, kedatangan Rayyan pun untuk meminta Ayana melakukan pengambilan gambar dan video program pemberdayaan ekonomi. Oleh sebab itu, berakhirlah Ayana dan Rayyan yang berkeliling untuk melakukan proses dokumentasi tanpa Fiza. 

“Iya, Na. Saya sempat mendengar dari santri katanya stok swalayan banyak yang kosong.” Penuturan Zahira membuat Ayana mengkerut bingung. Tidak bisa dipungkiri Ayana menjadi bingung sekaligus khawatir akan situasi apa yang terjadi dengan Fiza. Sahabatnya itu bukan hanya tidak optimal pada pekerjaan pemberdayaan masyarakat, melainkan juga pada pekerjaan utamanya di minimarket ini.

“Maaf, saya interupsi sebentar. Na, foto-video yang ada di ponselmu bisa masukin ke Drive?” kata Rayyan.
“Udah kuunggah, Yan. Kamu coba cek di Drive Project”

“Oh, oke. Aku gunakan mejamu ya buat ngerjain laporan ke Mbak Laras,” izin Rayyan lagi.

Ayana mengangguk. Setelah itu dia kembali fokus lawan bicara sebelumnya, Ning Zahira. “Tidak biasanya Fiza begini, Ning. Tetapi Ning Zahira tidak perlu khawatir, Fiza sangat bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Sebentar lagi masalah itu tentu akan segera diselesaikannya.”

“Iya, Na. Bukan masalah besar juga, dan ini baru pertama kalinya Fiza seperti ini. Eh, Na, lagi banyak pesanan, nggak?”

“Projek pemberdayaan?” Ayana memastikan maksud pertanyaan Ning Zahira. Ia pun melanjutkan setelah melihat Zahira mengangguk. “Alhamdulillah pesanan banyak Ning, dan sudah ada yang booking sampai tiga bulan ke depan.”

Ayana's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang