19. Deep Talk (A)

4.9K 210 3
                                    

Hari yang melelahkan itu akhirnya terlewati Ayana sudah bisa kembali beristirahat. Ini adalah ke dua kalinya dia masuk ke dalem yang di huni oleh Ilyas.

"Jangan langsung istirahat Ayana. Ambil wudu, kita tunaikan salat sunnah rakaat," titah Ilyas ketika keduanya memasuki dalemnya sendiri.

Acara yang sebenarnya selesai menjelang zuhur, membuat pasangan yang baru saja mempublikasi pernikahannya tersebut tidak bisa langsung beristirahat. Keduanya masih bercengkrama sama keluarga besar sampai habis Isya di dalem utama.

Baru setelah memunaikan salat Isya', Ilyas dan Ayana pamit untuk kembali ke dalem milik Ilyas untuk beristirahat

"Kamu kalau ingin membersihkan diri, bisa pakai kamar mandi yang di kamar, Ayana. Aku akan pakai yang di dekat dapur."

Ayana mengangguk saja dengan apa yang Ilyas titahkan. Dia sudah pernah menginap di sini, memasuki kamar pribadi lelaki itu yang sekarang menjadi kamar mereka berdua.

"Pakaianmu ada di lemari ujung paling timur. Kamu bisa mengganti dengan pakaian dengan yang ada di dalamnya."

Benar saja, di bilik lemari paling ujung tersebut sudah terdapat beberapa gamis, setelan dan piyama yang sepertinya memang sudah disiapkan untuknya. Ayana mengambil setelan rayon untuk digunakan di rumah. Keberadaannya yang hanya berdua dengan mahram, membuat Ayana membulatkan tekad untuk tidak memakai kerudungnya, apalagi Ilyas juga pernah melihatnya tanpa penutup kepala.

Setelah keluar dari kamar mandi, ternyaa Ilyas sudah selesai mandi bahkan sudah terlihat tampan dengan baju koko biru muda berpadu dengan sarung dongker yang kini sudah bersila di atas sajadah. Di belakang shaff tersebut sudah tergelar sajadah dan mukenah di atasnya.

Setelah menunaikan salat dua rakaat dan zikir, Ilyas menyuruh istrinya untuk beristirahat lebih dulu sedangkan Ilyas yang belum mengantuk menggatakan akan membaca buku terlebih dahulu.

Ditinggal sendiri di dalam kamar membuat Ayana kebingungan sendiri. Dia sudah mencoba berbaring, memejamkan mata, berjalan mondar-mandir di dalam kamar tetapi tidak kunjung membuat dia tenang dan bertahan lama dengan apa yang sedang dilakukan. Oleh karenanya, Ayana memutuskan untuk menyusul Ilyas yang katanya akan melakukan aktivitas Ayana di ruang tamu agar tidak mengganggu istrinya yang akan beristirahat.

Dalem milik Ilyas bukanlah dalem yang berukuran besar. Huniannya itu adalah rumah dengan satu lantai, dua kamar tidur dan hanya salah satunya yang ada kamar mandi dalam serta ruang tamu yang berangkap menjadi ruang keluarga beserta dapur yang menyatu. Jadi, ketika Ayana yang membuka pintu

"Sini, duduk," kata Ilyas sambil menepuk sisi sofa yang dia duduki.

"Kenapa belum istirahat?" tanya Ilyas ketika Ayana sudah duduk di sisinya.

"Belum mengantuk. Gus Ilyas kenapa di sini, tidak menemani saya di dalam?"

"Aku belum mengantuk Ayana. Hari ini pun hari yang cukup padat dan melelahkan. Aku pikir kamu membutuhkan istirahat dan aku tidak akan mengganggu kamu dengan aktivitas membaca di dalam kamar."

Perempuan yang sudah menerima takdirnya sebagai istri seorang gus itu mengangguk. "Ayana sempat berpikir ketika Gus Ilyas mengajak untuk menunaikan salat sunnah karena Gus akan meminta saya menunaikan kewajiban sebagai istri."

Ilyas sedikit mengeryit kemudian meletakkan buku yang sedang dia baca ke meja di depannya. Lelaki itu pun memberikan fokus attensi kepada istrinya. "Pernikahan itu isinya bukan sekadar menyalurkan syahwat, tetapi akan di isi lebih banyak dengan komunikasi dan kompromi yang mangarah pada tercapainya tujuan dari pernikahan itu sendiri Ayana."

Ayana sepakat tentang itu. Terlebih lagi dirinya dan Ilyas menikah tanpa melalui proses saling mengenal dan pacaran terlebih dahulu. Jadi, akan banyak perlu mereka bahas dan saling memahami.

Ayana's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang