4. Khitbah & Menikah

5.5K 291 42
                                    

Maaf, untuk keterlambatan update. Selamat membaca_

 Selamat membaca_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beruntung!!!

Kata itulah yang menggambarkan jalan Ayana dalam business planning competition. Setelah dikabarkan Ilyas bahwa proposalnya approve setelah Ayana melakukan revisi bahwa pendamping lomba yang awalnya Ning Zahira diganti Ilyas sendiri.

Ayana sempat merasa heran. Hanya saja perasaanya yang bungah lebih mendominasi daripada keheranannya karena seorang Gus turun tangan sendiri dalam mendampingi lomba non-keagamaan.

"Cie ... yang seneng proposal di approve, Gus tamvan!"* ucap Fiza saat Ayana memberitahu perihal lolosnya proposal lomba dari pengurus pesantren.

Ayana langsung memeluk Fiza untuk menyalurkan kebahagiaannya. "Seneng banget, Za! Sejak lulus kuliah udah enggak senang-senang di wirausaha. Padahal dulu aktif banget di kegiatan mahasiswa perihal bisnis."

Fiza mengangguk. "Semangat, Na!" pekik sahabat Ayana yang ceriwis.

Selain sahabat yang sangat mendukung idenya keberadaan Ilyas sebagai pendamping lomba menjadi anugerah. Putra Kyai Marwan itu sangat membantunya untuk menciptakan produk yang tepat dari olahan perca. Ayana yang awalnya berpikir bahwa produk kain sisa tersebut akan dijadikan pakaian, karena brainstrorming dari Ilyas membuat produk itu lebih sederhana dan universal.

"Saya respek dengan ide kamu ini. Mengolah limbah perca menjadi tote bag, pouch, sajadah traveling dan card holder. Dengan dasar mengurangi limbah pakaian di mana saya juga pelaku adanya limbah tersebut semakin banyak. Orang yang bergerak di bidang yang sama dengan saya tentu membutuhkan orang-orang sepertimu. Sosok yang mampu mengelola limbah agar punya nilai ekonomi dan tidak semakin merusak bumi," ucap Laras salah satu juri lomba.

Selaras Hadikusuma adalah satu dari lima juri kompetisi perencanaan bisnis tersebut. Banyak perempuan Indonesia figur dan bangga akan sosok wanita yang biasa dipanggil Mbak Laras, salah satunya Ayana. Pembisnis pakaian merek lokal tetapi tembus di pasar Internasional. Tidak hanya melakukan impor, Laras bahkan memiliki gerai di Paris, London dan New York.

Ayana sudah melambung dipuji sang idola dan untuk menyembunyikan histerisnya dia menyuguhkan senyum begitu lama. Dalam hati dia begitu yakin telah merebut hati juri.

"Kenapa terbesit ide produk-produk tadi, Saudari Ayana?" tanya Laras lagi.

"Sebelum memutuskan untuk produk tadi, sebelumnya juga terpikir aksesoris kecil seperti bros dan jepit rambut. Selain itu juga terbesit pakaian seperti atasan, daster dan ...,"

Ayana kembali mendapatkan flow dalam presentasinya. Segala pertimbangan ia sampaikan. Aksesoris kecil yang secara pembuatan mudah tetapi nilai jualnya sangat rendah. Sedangkan pakaian memiliki tingkat kerumitan yang lebih karena harus membuat pola pakaian, menjahitnya perlu skill dan ada standart yang lebih khusus lagi dan hal itu sepadan dengan harga jualnya lebih mahal.

Ayana's MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang