Masih ada yang lanjut baca cerita ini, yaaaaa?
Terima kasih banyak yaaa :)
___Selamat Membaca ____
“Kamu kenapa sih, Za? Aku punya salah sama kamu?” ungkap Ayana yang sudah tidak tahan atas sikap Fiza yang sudah seminggu ini selalu menghidarinya dan tidak bercerita banyak. Bahkan ajakan bicara dari Ayana dijawab singkat. Ini pertama kalinya sejak tujuh tahun persahabatan terjalin, Fiza bertindak dan marahan sedemikian lama tanpa Ayana tahu kesalahannya.
Ketegangan di antara dua wanita yang sudah seperti saudara sejenak itu terjeda saat pintu minimarket ada pengunjung yang datang. Apalagi yang datang adalah putri satu-satu Kyai Marwan yang memasuki unit usaha tersebut membuat Ayana urung untuk mendesak Fiza berbicara dan memperjelas masalah yang terjadi di antara keduanya.
“Assalamualaikum, Na, Mbak,” ucap Liliya menyapa dua perempuan yang berada di dalam supermarket.
“Waaikumsalam, Ning Liya.” Ayana dan Fiza mejawab serempak dengan disertai oleh senyum. Meski dua orang yang bersahabat itu tidak dalam suasana yang baik, keduanya tidak melupakan etika berhadapan dengan putri kyai dan hukum menjawab salam.
Liya pun membalas mengembangkan senyum dengan begitu lebar ketika bertemu orang yang sedang ia cari. LIya sempat ke ruang ustazah, hanya saja kata pera pengajar di sana Ayana sedang ada di minimarket. Kini, saat Ayana sudah di hadapannya, Ning Liya memberikan pelukan kepada ustazah sejarah islam tersebut.
Ayana yang beberapa kali mendapatkan perlakuan hangat dari keluarga Kyai Marwan nyatanya masih merasa aneh, dia terkejut ketika Liya yang memeluk dirinya, begitupula dengan Fiza yang sampai melototkan mata. Dia tidak tahu kalau Ning Liya sehangat dan seakrab itu dengan Ayana.
Sepengatahuan Fiza, selama 7 tahun di Pesantren Al-Insan, Ayana hanya dekat dengan dirinya. Jika dengan yang lainnya sebatas formalitas sebagai sesama warga di Pesantren Al Insan. Ayana pun bukan orang yang berprestasi sehingga berulangkali berinteraksi dengan keluarga Dalem, terlebih lagi Ning Liya yang sudah ikut suaminya, tidak lagi tinggal di lingkungan Al-Insan.
Fiza semakin mencoba menerka-nerka bagaimana hubungan keakraban yang terjalin antara Ning Liya dengan sahabatnya itu dan sejak kapan? Dia sangat yakin ada cerita yang Fiza tidak ketahui. Jika netranya melihat Ning Liya hanya memeluk Ayana tidak dengan dirinya. Padahal, dia dan Ayana sama-sama ada perempuan di ruangan itu juga.
"Na, ikut saya ke dalem, ya,” ajak Ning Liya. Fiza semakin memicingkan mata penasaran. Jika di ingat-ingat memang Ayana beberapa kali di panggil ke Dalem. Terakhir Ayana bilang bahwa dia di suruh ke rumah Kyai Marwan tersebut diminta untuk bantu memasak dan menemani belanja.
Fiza mencoba membuat kesimpulan jika keluarga Dalem suka dengan masakan Ayana. Karena Fiza pun mengakui bahwa Ayana adalah represertasi perempuan yang lemah lembut dan jago masak. Itulah keuntungan baginya yang berteman dengan Ayana. Fiza yang suka ke pasar untuk tawar-menawar dan Ayana yang akan mengolah masakan menjadi rasa restoran.
Di saat Fiza dengan segala kemampuannya mencoba menebak-nebak alasan di balik keakraban putri kyai dengan sahabatnya, Ayana malah mencari alasan untuk menolak ajakan dari Ning Liya.
Terakhir kali Ayana berinteraksi dengan keluarga pengasuh Pesantren Al-Insan adalah seminggu yang lalu. Saat ia dan Rayyan terkena teguran dari Nyai Farhah dan juga Ilyas karena senantiasa pergi berdua. Kejadian yang sebenarnya tidak ada syariat yang Ayana atau Rayyan langgar, namun ia merasa aib dan tidak terima akan tuduhan berkhalwat sehingga Ayana selalu mencari alasan untuk tidak datang memenuhi panggilan dari keluarga Kyai Marwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayana's Marriage
EspiritualAyana tidak tahu tentang lelaki yang menikahinya. Saat khitbah dan akad terjadi, dirinya sedang mempersiapkan program pemberdayaan masyarakat di sekitar pondok. Yang Ayana tahu, suaminya akan memperkenalkan diri sekaligus menjemputnya saat project p...