Prologue

2.6K 175 2
                                    

Evano (Ayah): 40 tahun
Dina (Ibu): 38 tahun
Bi Ina (pembantu): 39 tahun
BoEl: 17 tahun
(Name): 16 tahun

──⁠─

Suatu pagi di sebuah SMK, (Name) sedang berdiri sendirian di depan kelasnya yang berada di lantai dua, sambil berpegangan di kusen jendela yang terbuka melihat keluar. Ia tampak sedang melamun.

'Akhir-akhir ini pikiranku rasanya selalu diganggu ... tapi aku tak tau apa itu dengan jelas.' batin (Name)

Entah disaat sedang terjaga ataupun tidur, tak jarang ada orang yang sama dalam pikiran ataupun mimpinya. Bahkan saat sedang sendiri, ada sesuatu yang tak kasat mata menganggunya.

'Arghh, sumpah, aku tak tau! Aku tak tau apa-apa!' batin (Name)

(Name) memutuskan untuk berjalan-jalan saja di sekitar sekolah. Saat sedang berjalan-jalan, tak jarang ia mendengar orang orang yang sedang gibah secara tak sengaja.

Saat itu, ia tak sengaja melihat seorang laki-laki. (Name) memperhatikannya sekilas, meski ia selalu melihatnya karena laki laki itu merupakan kakak kelas yang populer. (Name) selalu merasa familiar setiap melihat wajahnya.

'Kak Halilintar ... apa dulu aku pernah bertemu dengannya?' batin (Name)

Tak lama kemudian bel masuk kelas berbunyi. (Name) yang kini sedang berada di lapangan sekolah, langsung berlari menuju ruang kelasnya.

Untungnya ia cepat, jadi ia sudah sampai di kelasnya sebelum guru datang. Saat (Name) baru sampai, suasana kelas sedang ramai. (Name) pun segera pergi ke tempat duduknya.

"Heh! Anak aneh, bersihkan tempat itu,"

'Kan bisa bersihin sendiri.' (Name) bersweatdrop

"Bersihkan saja sendiri." ucap (Name) dengan ketus.

"Ihh udah berani ya?! Nurut aja kek!"

"Kamu kan punya dua tangan, dua kaki, masih sehat pula. Gak usah nyuruh-nyuruh."

Plak!

Gadis itu menampar (Name). Gadis tersebut merupakan ketua kelas di sana, sifatnya memang sombong dan suka membabukan siapa saja bahkan laki laki juga ditaklukan dengan mudah oleh Lany. Bahkan sekarang Lany sedang bersama circle-nya.

"Aku ketua kelas di sini! Aku yang berkuasa!" ucap Lany

Seisi kelas langsung mengalihkan perhatian pada Lany dan (Name).

"Sepertinya Lany memang membenci anak aneh itu."

"Bukan hanya dia kok."

"Anak itu tampak menjijikkan. Mungkin dia itu sudah gila sehingga selalu bicara sendiri karena tidak punya teman."

Lany menyeringai.

"Lihat? Aku yang berkuasa, bawahan harus menurut." Lany melempar sapu ke arah (Name).

Entah secara sengaja atau tidak, Lany melempar sapu tersebut ke arah (Name) sehingga pegangan sapunya mengenai kening (Name) lalu kening mulus gadis itu berdarah.

"Ups~ berdarah ya, obati sendiri sana."

(Name) tak menjawab apa apa, ia langsung melempar sapu tersebut ke arah Lany dan pergi dari kelas menuju UKS. Seisi kelas langsung menertawakannya. Lany menyeringai puas setelah dapat membully (Name) di hadapan seisi kelas.

(Name) berlari ke UKS yang memang agak jauh dari kelasnya. Setibanya di sana, ia langsung mencuci luka di keningnya lalu mengobatinya. (Name) menempelkan plaster khusus luka di atas lukanya itu.

(Name) langsung terduduk di atas salah satu kasur pasien di UKS. Ia jadi tak ada niat lagi untuk ke kelas, meski guru sudah datang.

'Apa-apaan dah ...'

SKIP

(Name) membuka matanya perlahan. Lalu ia terkejut, dan langsung duduk.

'Berapa lama aku tadi pingsan?!' batin (Name)

(Name) menoleh ke arah jam dinding di UKS dan ternyata baru jam 09.02.

'Oh ... baru jam istirahat ternyata,'

(Name) segera turun dari kasur pasien UKS. Baru saja ia ingin menapakkan kaki ke lantai, ada yang masuk ke dalam. Ia melihat wajah orang itu dan langsung tau.

'Ini kan, Kak Gempa ya ... adiknya Kak Halilintar,' batin (Name)

"Sudah sadar ya," ucap Gempa, lengkap dengan senyuman ramah.

"Iya?" sahut (Name)

"Aku tadi sempat ke sini untuk mengambil plaster luka, lalu tak sengaja melihatmu sedang terbaring dalam keadaan yang sepertinya sedang pingsan." jelas Gempa

"Oh begitu ..."

"Kenapa pagi pagi bisa pingsan? Apa kamu tidak sarapan, atau sedang sakit?"

"Eh, aku sehat-sehat saja kok, terima kasih sudah perhatian."

"Kamu yakin? Jika memang sakit, lebih baik pulang. Ini 'kan sekolah, bukan rumah sakit."

"I-iya, kak ..."

Gempa hanya menggelengkan kepala.

"Kakak boleh pergi kok." ucap (Name) tiba-tiba

Gempa jadi sedikit terkejut. Ia pikir (Name) mengusirnya, namun sesaat kemudian ia ingin pergi dari UKS. Lalu Gempa pun permisi pada (Name) untuk segera pergi dari sana.

(Name) pun turun dari kasur pasien dan ingin keluar dari ruangan UKS. Ia mengintip dari balik pintu UKS ke arah luar yang ramai karena banyak yang berlalulalang ataupun sedang duduk cakep. Kemudian, ia pun berjalan keluar.

'Tak ada yang mau berteman denganku ... karena mereka hanya melihatku dari luar. Mencaci dengan kata 'anak aneh'.' batin (Name)

(Name) tak sengaja tiba di depan kantin, dan melihat seseorang yang membuatnya merasa familiar. Siapa lagi jika bukan Halilintar. Halilintar tidak sendirian, ia sedang bersama kembarannya yang lain.

Perlahan-lahan (Name) pergi dari situ sebelum ada yang menyadarinya saat ia sedang memperhatikan Halilintar.

Walaupun, sebenarnya Halilintar menyadarinya tapi ia hanya diam tanpa menatap balik.

'Apa gadis itu (Name)? Wajahnya sangat mirip,' batin Halilintar

Loh, Halilintar kenal dengan (Name)?

To Be Continued

Masih ingat dengan buku ini?

[Revised : 29 April 2023]

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang