Chapter 15

810 83 3
                                    

"Jadi.. kakak ngerasa ya." (Name)

"Iya, kamu ngapain mikirin kakak sih? Kakak bukan bagian dari dunia lagi, kalau emang mau sama Hali, silahkan. Kakak kan ga hidup.. yakali kakak dan Hali bisa bersatu."

"Sekarang kamu gantiin kakak, ya. Jagain Hali. Sama kayak janji kakak ke Hali buat jagain kamu." Amyla

(Name) malah menangis.

"Hihh nangis mulu sih!" Amyla

"Hidup lagi ngapa, ga bosan jadi arwah?" ucap (Name) dengan sedikit gemetar

"Pengen meluk kakak.." (Name)

"Ga bisa. Udah ini takdirnya, yakali kakak masuk ke tubuh yang udah di bawah tanah. Terus jalan kaki sampai ke rumah, malah nakutin warga." Amyla terkekeh kecil. Senyuman Amyla terlihat lembut dan menenangkan. Tak ada yang bisa berpaling dari senyumannya jika saja dia masih hidup

"Hmphhh! Kenapa ga aku aja yang kena tabrak waktu itu terus langsung pindah alam, kakak juga malah ikut ke tengah jalan. Jadi ketabrak juga terus pidah alam kan!" omel (Name) di sela tangisnya sambil menaikkan bibir bawahnya

"Heh! Seenaknya ngomong, udah dikasih hidup enak juga malah mau pindah alam. Biarin aja begini, udah bertahun-tahun pula kejadiannya."

"Ga boleh gamon." Amyla

(Name) menghela nafas.

"Ya deh.. kakak pulang aja sana. Ga boleh lama-lama di dunia ini." ucap (Name) sambil berbalik badan

Amyla tersenyum pahit melihat adiknya dalam mode sadgirl. Ia sangat ingin memeluknya. (Name) juga sama. Mereka sama-sama merindu, namun wujud mereka sudah berbeda.

"Ga mau. Pengen hidup, jadi manusia lagi." ujar Amyla dengan bibir bergemetar

"Tapi ga bisa.. maaf ya ga bisa lama-lama. Kakak sayang kamu, kakak pergi dulu." Amyla mulai memudar

(Name) tak menjawab apa-apa karena sedang menahan suara isakannya. Ia kemudian menoleh ke belakang dan sudah tak ada siapa-siapa. Amyla sudah pulang. (Name) hanya bisa menangisinya.

Mana sempat ia melepas rindu dengan saling bercerita banyak hal dan berpelukan. Memang sudah seharusnya berbeda alam karena sudah berbeda wujud.

(Name) segera menghapus air matanya dan keluar dari gudang. Ia berjalan sambil menundukkan kepala agar tak ada yang melihat wajahnya setelah menangis. Tapi meski dilihat orang juga ga ada yang peduli.

'Harus gimana.. masih ragu.'

Saat itu juga, tiba-tiba ada yang menutup mata (Name) dari belakang menggunakan telapak tangan. (Name) awalnya agak terkejut, dan pada akhirnya ia mengetahui siapa pelakunya. Jantungnya pun langsung berdegup kencang.

(Name) menghindar agar matanya tak ditutup lagi dan berdiri beberapa cm dari orang tersebut agar tak terlalu dekat.

"Hali.. cepet banget dah balik, perasaan baru aja pulang buat mandi." (Name)

"Ngapain lama-lama? Masih jam sekolah, dan jam istirahat." Halilintar

"Iya.."

"Tadi habis nangis?" Halilintar melihat mata (Name) sedikit sembab

(Name) hanya mengangguk.

"Kelihatan banget ya.." (Name)

"Hm," Halilintar

(Name) menundukkan kepala sambil menggenggam tangannya sendiri. Ia merasa gugup. Apa sekarang waktunya jujur?

'Bilang ga ya.. gimana caranya? Sebelumnya perasaan ga pernah confess aaarghhh!' batin (Name)

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang