Chapter 8

801 93 3
                                    

(Name) sudah dibawa ke rumah sakit dan sedang ditangani oleh dokter di ruang UGD. Halilintar sedang menunggu di luar, berharap dokter keluar dengan membawa kabar baik.

Flashback

"(Name)! Lepas tutup matanya!!"

CITTT!!

"Myla!! (Name)!"

Flashback end

'Tidak.. Tuhan, kumohon jangan biarkan (Name) menyusul kakaknya..' batin Halilintar

'Aku berjanji padanya agar menjaga adiknya dengan baik, meski..'

Cklet...

Pintu UGD terbuka, dan dokter menghampiri Halilintar.

"Ada sesuatu, dokter?" Halilintar

"Kami membutuhkan donor darah untuk pasien secepatnya-" dokter

"Izinkan saya untuk mendonorkan darah untuknya. Siapa tau golongan darah kami sama." Halilintar

"Baiklah, ikuti saya." dokter

Halilintar diajak ke ruang transfusi dan ternyata golongan darahnya sama dengan golongan darah (Name). Kemudian suster segera mengambil darah Halilintar untuk didonorkan pada (Name).

Beberapa menit kemudian, suster selesai mengambil darah Halilintar dan membawa kantung berisi darah tersebut ke ruang UGD. Halilintar merasa lemas setelah diambil darahnya, namun ia tak ingin diam saja di atas kasur pasien.

"Tuan, anda jangan bangun dulu. Beristirahatlah hingga merasa lebih baik." ujar suster

SKIP

Lama Halilintar tertidur di ruang transfusi, lalu ia pun terbangun. Ia tak tau sudah selama satu jam tertidur di sana. Halilintar pun beranjak dari kasur pasiennya dan langsung pergi ke depan ruang UGD.

Namun di sana tampaknya sudah sepi. Kebetulan ia melihat dokter yang menangani (Name) tadi dan segera bertanya.

"Oh iya, pasien sudah dipindah ke ruang rawat. Kau bisa menjenguknya." dokter

"Baiklah, terima kasih dokter." Halilintar segera pergi ke ruang rawat yang dimaksud

HALILINTAR P.O.V

Aku membuka pintu ruang rawatnya dan (Name) tampak terbaring sambil memejamkan mata. Akhirnya aku bisa bernafas lega setelah (Name) bisa diselamatkan. Meski saat ini dia belum sadar?

Aku berjalan ke arahnya dan duduk di kursi di dekat kasur pasiennya. Aku mengambil salah satu tangannya yang tidak diinfus dan menggenggamnya. Tangannya terasa hangat dan lembut. Lalu aku mengecupnya.

Aku menatap wajahnya yang tampak begitu tenang. Dan juga.. cantik.

Jangan salah paham, aku hanya memujinya. Apalagi dia ini kan perempuan.

"Kapan mau bangun hm?" ucapku meski aku tak tau didengar atau tidak olehnya

"Aku minta maaf, Myla. Aku tidak pandai menjaga adikmu.. aku juga minta maaf padamu, (Name). Pernah menyalahkanmu atas kematian Myla." gumamku

"Hm?.. apa yang.. kak Hali bilang? Aku tak dengar.. dengan jelas."

HALILINTAR P.O.V END

"K-kau sudah sadar?!" tanya Halilintar dengan agak terkejut

"Iya belum lama sih," ucap (Name) sambil cengar-cengir lemas

"Ngomong-ngomong, kau tadi.. menyebut nama Myla?" (Name)

Halilintar tidak menjawab pertanyaan (Name).

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang