Chapter 5

989 109 3
                                    

Mereka pun tiba di rumah (Name).

"Makasih ya. Perasaan seharian aku ini ngerepotin." (Name)

"Memang." Halilintar

(Name) bersweatdrop.

"Ya udah lain kali kakak repotin aku ya. Biar impas ye kan," (Name)

"Hm."

"Mau diantar?" Halilintar

"Ga perlu. Sekali lagi terima kasih."

"Dadah." (Name)

Halilintar segera pulang menuju rumahnya yang tak jauh dari rumah (Name). Ia melihat Halilintar yang mulai menghilang dari depannya, kemudian (Name) segera berjalan ke dalam rumahnya.

Baru saja akan berjalan, Bi Ina sudah menghampiri (Name).

"Selamat datang, non. Bibi kira siapa yang berhentiin mobil- eh kaki nona kok bisa luka?" Bi Ina

"Nanti aja interogasinya, Bi. Mending kita masuk dulu." (Name)

"Oh baiklah, Bibi bantuin ya." Bi Ina

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, (Name) langsung duduk di sofa ruang tamu.

"(Name) yakin ga perlu diganti lagi perbannya?" Bi Ina

"Yakin banget, Bi. Udahlah ga perlu khawatir begitu hehe." (Name)

"Ya udah deh."

"Eh eh tadi siapa yang anter (Name) pulang? Denger-denger kayak suara cowo," Bi Ina

"Kupingnya Bibi masi sehat banget ya sampe bisa denger dari dalam." (Name)

"Ya dong, jangan-jangan cowo itu.." Bi Ina

"Temen!" (Name)

"Bibi ga usah mikir macam-macam. Dia tetangga kita, Bibi tau ga?" (Name)

"Yang mana?" Bi Ina

"Yang kembar tujuh baru pindah ke sini tu." (Name)

"Emm ohh itu, iya Bibi tau. Salah satunya yang sering pakai baju coklat ga jarang Bibi lihat ke pasar." Bi Ina

"Ya kembarannya yang itu memang rajin." (Name)

"Ah andai Bibi punya suami kayak begitu." gumam Bi Ina

"Emang suaminya Bibi gimana?" (Name)

"Bibi udah lama ngejanda, non. Itu si mantan suami brengsek, dulu malah minta cerai. Ya udah Bibi iya aja, toh kerjaannya cuma main ke bar, udah berhenti kerja lagi, minta duit terus ke Bibi sampe kere." Bi Ina

(Name) jadi kikuk. Ia tak pernah kepikiran tentang itu.

"Oalah! Bunuh aja Bi, bunuh!" (Name)

"Pengennya begitu, tapi Bibi ini anak alim." Bi Ina

Mereka berdua pun sama sama tertawa.

"Oh iya, Bi, aku mau nanya," (Name)

"Iya silahkan." Bi Ina

"Gimana sih masa kecil aku tuh?" (Name)

Bi Ina tampak terkejut. Tiba tiba (Name) menanyakan tentang itu, apa yang harus Bi Ina jawab?

"Ga mungkin kan Bibi udah selupa itu." (Name)

"Ayo dong Bi ceritain! Aku ga tau dan sekarang pengen tau." (Name)

"Emm itu Bibi bukannya lupa.. tapi ga ingat. Lagipula Bibi di sini kan cuma pembantu." Bi Ina

(Name) tampak memikirkan jawaban dari Bi Ina.

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang