Chapter 10

865 91 4
                                    

Seisi kelas langsung hening. Mereka terkejut saat ada seseorang yang berdiri di ambang pintu. Ia merupakan si anggota OSIS yang terkenal dingin juga galak, yaitu Halilintar.

"Keributan di kelas ini menarik perhatian, jadi saya datang dan kebetulan melihat ini." Halilintar

Halilintar menghampiri (Name) yang sedang terduduk dengan lemas di lantai lalu membantunya berdiri. Untungnya perban yang membalut luka operasi itu cukup kuat sehingga tak lepas saat terkena pukulan.

"Saya peringatkan kalian,"

"Jika tidak, hadapilah Wakasek." Halilintar

Orang-orang itu seketika ciut. Tak ada yang berani jika sudah berhadapan dengan Wakasek, apalagi jika sudah marah.

"M-maafkan dia, s-saya sebagai wakil ketua di sini merasa menyesal telah membully (Name). Lain kali kami tak akan mengulangi kejadian serupa."

"Saya pegang kata-katamu." Halilintar segera pergi dengan (Name)

Mereka berjalan menuju UKS.

"Kak Hali, lepaskan tanganku," (Name)

Halilintar menghentikan langkahnya lalu melepas tangan (Name). Ia berbalik badan dan menatap gadis di depannya.

"Aku tak apa-apa, perbannya juga tak terbuka." (Name)

'Sakit sih..' batin (Name)

"Aku tau perbannya tak terbuka. Tapi rasa sakitnya terasa lagi." Halilintar

"Nanti juga hilang sendiri kok, ga usah ke UKS." (Name)

"Kau yakin?" Halilintar

"Tapi aku yang tak yakin." Halilintar memegang tangan (Name) dan mengajaknya masuk ke UKS

Namun (Name) tak bergerak sama sekali.

"Sejak kapan.. kakak jadi seperhatian ini?" (Name)

"Sejak sekarang. Kenapa?" Halilintar

"Oh ya, panggil aku dengan santai saja. Jarak usia kita tak sejauh itu." Halilintar

"Loh aku kan adik kelasmu, biar sopan aja." (Name)

"Kita berteman, tak usah pedulikan usia atau apapun." Halilintar

"Tapi-"

"Panggil saja Hali."

"Eehh kemarin saja kau memarahi Lany karena dia memanggilmu dengan nama." (Name)

"Memangnya siapa dia, aku tak menyukai orang seperti itu. Malah sembarangan padaku."

"Tapi jika denganmu, tak ada aturan semacam itu." Halilintar

(Name) merasa agak aneh. Tapi tak lama kemudian ia membuang jauh-jauh pemikirannya itu, lagipula yang Halilintar katakan tak salah.

"Baiklah, Hali." (Name)

"Aneh rasanya manggil nama!" (Name)

"Biasakanlah." Halilintar mengelus pucuk kepala (Name)

"Sudah tak terasa sakit lagi?" Halilintar

(Name) mengangguk sekilas. Ia merasa nyaman dengan elusan tangan kekar Halilintar di kepalanya. Ia pun memegang tangan Halilintar agar tetap berada di kepalanya.

"Hali tak marah kan?" (Name)

"Untuk?" Halilintar

(Name) melirik arah lain, lalu menggeleng

"Aku harus ke kelas. Kau masih ingin membiarkan tanganku di atas kepalamu?" Halilintar

"Hmph.. ya udah deh." (Name) sedikit cemberut

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang