Epilogue

1.2K 101 9
                                    

Awan kelabu tampak mulai menghiasi langit dan menghalangi sinar matahari menerangi bumi. Halilintar serta (Name) sedang berziarah ke makam Amyla.

(Name) menatap sendu batu nisan yang bertuliskan nama lengkap Amyla dan gundukan tanah yang sedikit ditumbuhi rumput. Ia pun mencabuti rumput-rumput yang sudah panjang agar terlihat lebih bersih.

Kenangan saat dirinya masih kecil tiba-tiba terlintas di kepala. Ia jadi merindukan Amyla. Ia selalu saja merindukan sang kakak yang meski tidak jarang dilihatnya dalam wujud lain.

(Name) segera menyeka air matanya agar tidak terjatuh.

"Sering-sering gentayangin aku ya kak," (Name) tersenyum kecil sambil mengelus batu nisan di hadapannya

Halilintar tersenyum sendu menatap makam di depannya. Ia tidak banyak bicara ataupun berekspresi.

Halilintar meletakkan sebuket bunga mawar putih kesukaan Amyla yang dibungkus dengan kain hitam transparan kemudian diikat dengan pita putih.

"Tenang di sana ya, cantik." gumam Halilintar

(Name) menghela napas pelan "Lebih baik kita pulang, sebentar lagi hujan."

Halilintar mengangguk singkat lalu ia membuka payung yang sempat dibawanya. Sebelum pergi, (Name) meninggalkan sebuah kecupan untuk kakaknya. Barulah ia berdiri dari tempatnya dan berjalan ke samping Halilintar.

"Dadah kak." ucap (Name) sebelum ia pergi bersama Halilintar untuk segera pulang

===== =====

Seorang anak kecil tampak berjalan memasuki rumah bersama seorang pria. Anak kecil itu berjalan kegirangan lalu memeluk kaki seorang wanita, karena ia pendek.

"Aku puyang, ma!" ujar anak kecil itu pada wanita yang dipeluknya, ternyata wanita itu adalah Ibunya

"Ihh gemes deh, gimana tadi jalan-jalan sama papa?" Ibunya menggendong si anak kecil lalu mengecup pipi chubbynya

"Ceyu!! Tadi papa ajakin aku temana-mana! Teyus kita beyi eskim!" oceh anak kecil yang bernama Thia pada Ibunya yang bernama (Name)

Kini sudah 15 tahun berlalu sejak Halilintar dan (Name) berpacaran saat masih SMK. Kini mereka sudah menikah dan memiliki anak perempuan berusia lima tahun.

(Name) mendengar ocehan anaknya dengan senyum yang tak henti mengembang. Melihat anaknya bahagia juga membuat hidupnya semakin berwarna.

"Thia abis jalan-jalan pasti capek kan?" (Name)

"Umm iya ma, Thia mau bobo." Thia

(Name) terkekeh lalu membawa anaknya ke kamarnya. Thia sendiri sudah memeluk (Name) dengan mata terpejam.

Lalu (Name) membuka kamar Thia yang tidak begitu luas. Di dalamnya ada bed, baby bed, mainan anak, dan sebagainya. (Name) membaringkan Thia di atas bed dan menyelimutinya.

Thia sudah cukup besar untuk tidur di dalam baby bed, tapi ia tetap simpan baby bed itu di sana. Siapa tau bisa diberikan pada adiknya nanti.

(Name) mengecup kening putrinya sebentar sebelum ia tinggalkan. Ia menutup pintu perlahan agar tidak mengganggu ketenangan putrinya.

Saat baru ingin berbalik badan, (Name) terkejut ketika tau Halilintar yang ternyata sudah berdiri di belakangnya.

Lalu ia pun berbalik badan "Ngagetin aja.."

Halilintar menatap (Name) dalam. (Name) tau apa arti tatapan ini, lebih baik ia kabur. Namun Halilintar menahannya.

Halilintar tampak mendekatkan wajahnya ke wajah (Name), dan (Name) langsung menahannya.

True Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang