Part 32 - Way Out

472 44 11
                                    

Berulang kali Zara berusaha untuk menyadarkan dirinya. Berulang kali pula pandangannya masih tampak menggelap. Tampaknya kepala wanita cantik itu terbentur lantai ruang bawah tanah, namun untungnya kedua tangannya masih sempat melindunginya.

Kedua mata Zara tampak mengerjap dan wanita cantik itu berusaha untuk membukanya. Kepala Zara rasanya sakit bukan main. Ia pun tampak memegangi kepala serta bahunya yang terasa perih bak terbakar.

"Apa kalian pikir aku akan mengkhianati Jansen Krueger, huh?" ujar Valensky. "Itu adalah hal terbodoh yang pernah aku dengar."

Valensky pun terlihat menjentikan jarinya seperti memberikan instruksi kepada anak buahnya. Tak lama kemudian, tampak sebuah lapisan kaca bergerak menutupi bagian atas ruang bawah tanah itu sehingga adanya pembatas antara ruangan atas dengan ruangan bawah tanah itu.

"Dan kau, Nona Cantik." ujar Valensky. "Betapa senangnya Jansen Krueger jika mengetahui bahwa pujaan hatinya kini berada di tempat ini bersamaku."

Zara tampak menatap Valensky dengan tajam. Betapa emosinya wanita cantik itu ketika mendengar ucapan Valensky. Bukan hanya karena jebakan sialan ini, namun juga ketika pria berpakaian nyentrik itu mengungkit urusan pribadinya.

"Kalian tahu, Jansen akan memberikan imbalan yang besar kepada pihak manapun yang berhasil menemukanmu dalam keadaan hidup atau mati." ujar Valensky.

Seketika, kedua alis Zara pun mengernyit saat mendengar ucapan Valensky. Apakah ucapan pria nyentrik itu benar, bahwa Jansen Krueger membuat sayembara hanya untuk mencari keberadaannya?

Ini artinya Zara tengah diburu dan menjadi incaran  banyak orang. Hal ini pasti dipicu oleh pelacak ditubuh Zara yang sudah dilepaskan oleh Zeke dan Adriano. Dan hal itu membuat Jansen Krueger kehilangan jejak Zara. Pantas saja, pria Jerman itu mencari Zara sampai-sampai membuat sebuah sayembara.

"Aku akan membunuhmu terlebih dahulu." ujar Zara. "Kau tahu itu?"

Zeke yang tengah berdiri sambil menengadah ke arah Valensky, pun kemudian meraih sebuah senjata api dari saku celananya lalu mengarahkan benda itu kepada pria berpakaian nyentrik itu.

"Keparat!" teriak Zeke.

Dooorrr Dooorrr Dorrrr!

Tanpa ragu, Zeke tampak melepaskan tembakannya ke arah Valensky, namun penutup kaca yang memisahkan ruangan atas dengan ruang bawah tanah itu pun menghalangi peluru itu. Tawa Valensky pun kembali pecah ketika melihat Zeke menembakkan beberapa peluru itu ke arahnya.

"Percuma saja kau menghabiskan pelurumu itu, Tuan." ujar Valensky. "Kaca ini anti peluru."

Valensky tampak melambaikan tangannya ke arah Zara dan Zeke seraya menyunggingkan senyum mengerikan itu di wajahnya.

"Ini adalah akibatnya karena kalian telah mengancamku." ujar Valensky. "Dan kalian akan merasakan akibatnya."

Tawa Joseph Valensky pun kembali pecah. Pria berpakaian nyentrik itu pun lantas pergi meninggalkan Zara dan Zeke lalu menghilang entah kemana.

Zeke tampak memeriksa earpiece yang masih terpasang di telinganya. Lalu, pria tampan itu pun terlihat berusaha keras untuk menghubungi Cam dan Cliff.

"Cam? Cliff? Apa kalian bisa mendengarku?" ujar Zeke. "Halo?"

Tidak ada jawaban sedikit pun dari Cam dan Cliff dari balik earpiece. Tampaknya tidak ada sinyal di dalam ruang bawah tanah itu.

"Sial!" ujar Zeke.

"Habislah sudah kita di tempat ini, Zeke." ujar Zara. "Apa yang harus kita lakukan?"

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang