Part 1 - Zeke

2K 109 1
                                    

Los Angeles, 3.40 PM

Suara riuh kendaraan terdengar begitu memekakkan telinga setiap orang yang berada di area itu. Terdengar pula suara sirene mobil polisi yang lalu lalang di setiap blok di kota Los Angeles itu, bahkan hingga sudah menjelang malam.

City of Angeles.

Sebutan yang cocok untuk sebuah kota yang selalu saja ramai ini. Salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan, bisnis, mode, hingga teknologi ini, memiliki daya tarik sendiri.

Los Angeles dipadati dengan begitu banyak bangunan yang memadati setiap sudut kota. Mulai dari bangunan tinggi hingga bangunan bernuansa kultural, terlihat menghiasi kota dengan populasi yang hampir menyentuh angka empat juta jiwa itu.

Dari kejauhan, tampak sebuah bangunan tua berlapis cat abu-abu yang terlihat sudah mulai mengelupas. Tampak coretan grafiti di beberapa bagian dinding itu, yang membuat sedikit corak pada bangunan itu terlihat cukup berwarna untuk sebuah bangunan tua.

Dari arah dalam bangunan, terdengar suara teriakan beberapa pria yang bergema ke seluruh ruangan. Ruangan besar itu tampak dipenuhi dengan beberapa orang yang tengah mengelilingi sebuah ring tinju. Kerumunan itu menyebabkan keriuhan ke seluruh penjuru ruangan.

Tampak sebuah pertandingan tengah digelar dan terlihat dua orang pria sedang beradu pukulan di atas ring.

"Ayolah, Zeke!" teriak Simon dari luar ring. "Apakah hanya itu kemampuanmu, huh?"

"Jangan memancing emosiku, Simon!" ujar Zeke.

Zeke melangkah maju dan mengarahkan jab-nya tepat di wajah lawannya, sehingga membuat pria itu bergerak mundur. Zeke pun segera melancarkan kembali beberapa pukulannya ke arah wajah serta tubuh lawannya dan berusaha untuk segera mengakhiri pertandingan sengit itu.

"Ayolah, Zeke!" teriak Simon. "Jangan sampai aku kehilangan separuh tabunganku hanya karena memihakmu!"

Para penonton pun bersorak sorai melihat pertandingan yang semakin sengit itu. Zeke terlihat tidak sedikit pun mengendurkan serangannya. Langkah dan gerakan pria itu tampak begitu lincah. Hingga akhirnya Zeke melihat sebuah kesempatan untuk menumbangkan lawannya dan BAM! Pihak lawan pun tersungkur di atas ring.

Dengan sigap, wasit menghampiri lawan dan mulai menghitung mundur. Para penonton pun turut menghitung dan beberapa orang lainnya tampak bersorak dengan keras.

Sedangkan, Zeke hanya berjalan ke sana dan kemari sambil tidak melepaskan sedikitpun pandangannya dari arah lawannya itu. Sesekali, pria itu mengusap wajah dengan lengannya karena darah mulai mengalir di pelipisnya.

"Tiga...Dua...Satu...Selesai!" teriak wasit. "Pemenangnya adalah Zeke!"

Zeke tampak mengangkat kedua tangannya ke udara. Seketika, Simon dan seluruh penonton tampak beranjak naik ke atas ring lalu menghampiri Zeke untuk memberikan selamat kepada sang pemenang.

"Sudah kukatakan bukan pada kalian, jika pria ini adalah seorang petarung yang handal, huh?" teriak Simon.

Ucapan Simon pun disambut meriah oleh seluruh penonton. Tidak sedikit orang yang menepuk bahu Zeke untuk sekedar memberikan selamat atas kemenangan ini.

Tak lama kemudian, Zeke melangkah turun dari atas ring, diikuti oleh Simon. Pria itu pun meraih selembar handuk bersih dari atas kursi lalu mengusapkan benda itu pada wajahnya.

"Tuan Zachary Reese?"

Zeke menoleh ke arah sumber suara. Tampak seorang pria berpakaian formal berdiri di tepi ring tinju. Pria itu menggunakan setelan jas berwarna abu-abu tua, lengkap dengan dasi berwarna hitam yang mencekik lehernya itu. Zeke tampak mengernyitkan kedua alisnya karena belum pernah melihat pria asing itu sebelumnya.

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang