Part 28 - One More Time

294 41 1
                                    

Zeke tampak berjalan kesana dan kemari di lorong itu. Pria tampan itu terlihat sangat gelisah, bahkan hingga sesekali mengusap kepalanya dengan kasar.

Entah sudah berapa lama Ben dan Zara berada di dalam kamar tidurnya itu berdua saja. Entah apa yang keduanya bicarakan sehingga harus memakan waktu selama ini.

Cam dan Mel yang sejak tadi memperhatikan Zeke pun tampak menatap pria tampan itu dengan heran. Keduanya terlihat begitu heran mengapa Zeke tampak begitu gelisah.

"Apa kau tidak bisa duduk dengan tenang, huh?" ujar Cam.

"Mengapa pembicaraan di antara Zara dan Jenderal begitu lama?" ujar Zeke. "Apa terjadi sesuatu di dalam?"

"Apa kau mengkhawatirkan Zara?" ujar Mel.

"Tentu saja, Mel." ujar Zeke.

"Tenang saja, Jendera tidak akan melakukan sesuatu kepada Zara." ujar Mel. "Kurasa Benjamin Curtis adalah salah satu jenderal terbaik yang pernah kutemui ."

Terbaik?

Secara prestasinya, Ben memang jenderal bintang lima tang memiliki segudang prestasi. Pria paruh baya itu pun sering kali mendapatkan penghargaan karena jasanya dalam bidang militer.

Namun di sisi lain, Zeke mengetahui bahwa pria itu terkadang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang ia inginkan. Dan sepengetahuan Zeke, Ben pernah melakukan hal di luar nalar untuk meraih hal yang diinginkannya itu.

Zeke pun menghentikan langkahnya lalu pria itu tampak menghampiri Cam dan Mel.

"Itukah yang kau ketahui tentang Benjamin Curtis?" ujar Zeke. "Huh, jika kalian tahu rekam jejak pria paruh baya itu, tentu kalian tidak akan begitu tenang seperti ini."

"Benarkah?" ujar Cam. "Katakan kepada kami apa yang kau dengar mengenai Jenderal."

Zeke tampak mengehla nafasnya terlebih dahulu sebelum pria tampan itu benar-benar menceritakan apa yang diketahui olehnya mengenai Ben. Cam dan Mel tampak mengernyitkan kedua alis mereka ketika mendengar ucapan Zeke.

Ben yang mereka kenal tidak pernah melakukan hal yang diceritakan oleh Zeke. Sejujurnya, Cam tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Zeke. Rasanya semua itu bertolak belakang dengan apa yang diketahui oleh Cam, selama ia bekerja di bawah komando Ben.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu pun terbuka. Ben tampak mempersilahkan Zeke, Mel, dan Cam masuk kembali ke dalam kamar tidur itu.

Dengan sigap, Zeke segera melangkah masuk ke dalam kamar itu dan mengarahkan pandangannya ke arah Zara. Wanita cantik itu terlihat...baik-baik saja. Tidak ada luka baru di wajah maupun tubuhnya.

Tampaknya semua itu hanya pikiran liar Zeke saja. Namun, ekspresi wajah Zara memang terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya. Raut wajah wanita cantik itu tampak lebih dingin dari sebelumnya.

"Nona Haven dan aku baru saja membuat kesepakatan." ujar Ben. "Dan Nona Haven menyetujui untuk membantu kita dengan semua persyaratan yang kita setujui bersama."

"Apa kesepakatan yang kalian setujui?" ujar Zeke.

Ben tampak menyandarkan tubuhnya pada kursi kayu itu. Pria paruh baya itu pun meyilangkan kakinya lalu membakar sebatang cerutu Kuba favoritnya.

"Itu hanya menjadi pembicaraan antara aku dan Nona Haven, Tuan Reese." ujar Ben.

Zeke tampak mengeraskan rahang dan mengepalkan kedua tangannya. Pria tampan itu tidak menyukai hal ini.

"Lalu, apakah Nona Haven memiliki petunjuk untuk membuka kata sandi itu?" ujar Zeke.

Ben dan Zara tampak saling beradu pandangan. Lalu, pria paruh baya itu pun memberikan isyarat kepada Zara untuk mengatakan informasi apa yang diketahui olehnya.

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang