Part 39 - The Black Door

242 16 1
                                    

Mykonos
21 jam menuju 48 jam

Mykonos tidak pernah sepi dari hiruk pikuknya. Bahkan hingga menjelang tengah malam, kota itu masih diramaikan dengan hingar bingarnya.

Dari kejauhan, tampak sebuah jip hitam tengah melaju dengan cukup cepat, membelah jalanan yang dipadati dengan kendaraan. Terlihat Zeke lah yang berada di balik kemudinya.

"Dua blok lagi, belok kanan." ujar Mel.

Dengan sigap, Zeke pun membanting stir-nya, mengikuti arahan Mel. Pria tampan itu terlihat sangat lihai mengemudikan jip itu di tengah padatnya lalu lintas.

Hingga akhirnya, tibalah jip yang dikendari oleh Zeke berhenti di titik lokasi yang di arahkan oleh Mel. Tampak sebuah bangunan bernuansa modern, yang dihiasi dengan lampu-lampu dan sebuah signage bertuliskan 'Jackie O' pada muka bangunannya. Tebakan Zeke, ini adalah sebuah klub malam.

"Jadi, titik lokasi itu adalah sebuah klub malam, huh?" ujar Zeke.

"Apa kau yakin ini lokasinya, Mel?" ujar Cliff.

"Hmmm...Bisa dikatakan sembilan puluh persen aku yakin." ujar Mel.

"Berarti ada sepuluh persen pria gila itu tidak ada di tempat ini." ujar Cam.

Dari dalam mobil, keempat agen NSA itu tampak memperhatikan klub malam itu dengan seksama. Sekilas, tempat itu terlihat seperti klub malam pada umumnya. Namun, menurut penelusuran Mel, Jackie O adalah sebuah tempat di mana para mafia mengadakan pertemuan bisnis dan tentu salah satunya adalah Joseph Valensky.

"Apa kau yakin Valensky ada di tempat ini, Mel?" ujar Zeke.

"Yakin." ujar Mel. "Dari hasil penyelidikkan, Valensky akan berada di Jackie O malam ini."

"Baiklah kalau begitu." ujar Zeke.

Tanpa membuang waktu lagi, Zeke pun segera melepas sabuk pengamannya dan bersiap untuk keluar dari dalam mobil jip itu.

"Tunggu. Apa yang kau lakukan, Reese?" ujar Cam. "Apa kau yakin? Bagaimana jika Mel keliru dan kita hanya akan membuat kekacauan lainnya?"

"Kita tidak punya banyak waktu lagi."  ujar Zeke. "Apa kau akan berdiam diri di dalam jip ini sambil menerka-nerka kemungkinan sepuluh persen itu, huh?"

Zeke benar. Waktu mereka tidak banyak. Empat puluh delapan jam adalah waktu yang sangat singkat untuk menemukan Zara dan membawanya kembali ke markas NSA.

"Sebaiknya kita segera masuk ke dalam klub malam itu." ujar Zeke.

Zeke tampak mengeluarkan sebuah senjata api dari dalam laci jip lalu memasangkan sebuah peredam pada senjata itu. Pria itu pun lantas memasukkan beberapa butir peluru ke dalam senjata api itu.

"Apa senjata itu benar-benar diperlukan?" ujar Mel.

"Apa kau berharap kita akan duduk manis dan bercakap-cakap, sambil menyesap secangkir teh hangat bersama Valensky?" ujar Zeke sambil menyunggingkan senyumnya.

"Apa kau lupa, jika mereka membombardir kita terakhir kali kita menginjakkan kaki di kota ini, huh?" ujar Cam.

"Aku tidak akan masuk ke tempat itu tanpa senjata api, kau tahu." ujar Cliff.

Kali ini, Mel hanya dapat membungkam mulutnya saat Zeke, Cam, dan Cliff menyudutkannya. Wanita itu hanya ingin semuanya berjalan dengan damai dan lancar. Walaupun ia tahu betul itu hanyalah khayalannya belaka.

Cam dan Cliff pun turut mempersiapkan senjata api mereka. Tak lupa, sebuah earpiece dipasangkan pada telinga agar mereka dapat saling berkomunikasi.

Tak lama kemudian, Zeke, Cam, dan Cliff melangkah keluar dari dalam mobil jip hitam dan berjalan masuk menuju klub malam itu. Ketiganya pun tampak menyelinap ke dalam klub malam itu melalui pintu belakang. Tentu saja, untuk menghindari tertangkap basah oleh anak buah Valensky.

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang