Terpaan angin pagi mulai menyapu wajah pria yang berdiri disamping trotoar jalan. Tangannya mulai bergesekan seiring rasa dingin yang terus menerus mencoba masuk kedalam tubuh seakan ingin menyentuh tulangnya. Cuaca dingin dengan awan yang sudah mulai tidak bersahabat mulai menampakan tetesan air yang perlahan lahan mulai membasahi jalan besar dihadapannya.
"ehmm.." gumaman disertai senyuman manis terpatri dibibir sang empu. Hatinya sedikit bergetar damai kala merasakan aroma hujan yang bercampur debu aspal yang menguar keatas. Tidak banyak memang yang menyukai aroma ini. Tapi entahlah, aroma ini mampu menenangkan pikirannya yang tengah kacau.
Sangat kacau
Ingatan kejadian dimalam satu minggu yang lalu kembali menghampirinya. Dimana kekasihnya kembali memohon pengampunannya yang entah sudah keberapa kali. Kesalahan yang sama terus terulang. Apakah dirinya memang tidak cukup? Apakah rasa sayangnya tidak cukup? Apakah perlakuannya selama ini tidak cukup? Ah.. Bukan, bukan dirinya yang tidak cukup. Hanya saja kebetulan dia bertemu pria yang sangat brengsek dan kebetulan jatuh cinta. Sehingga berapa kalipun kesalahan diulang, berapa kalipun juga dia akan memaafkan.
Tapi entahlah untuk kali ini. Hatinya terlalu sakit. Sangat sakit hingga tulang tulangnya terasa sangat ngilu. Hah.. bahkan kekasihnya tidak menusuknya dengan pisau, tapi kenapa seluruh badan hingga persendiannya menjadi sakit sangat luar biasa?
Satu katapun tak dapat dilontarkannya malam itu. Badannya hanya mematung. Bahkan untuk memukul dan menampar saja dia tak mampu. Dia hanya mampu menatap usaha kekasihnya yang terus menerus bergumam maaf. Bahkan air mata kekasihnya juga berlomba lomba membasahi tangannya yang digenggam oleh kekasihnya.
Tak terasa bendungan air mulai terbentuk dimatanya. Bersamaan dengan hujan yang mulai deras hampir membasahi hoodie abu yang ia kenakan. Sendal hitamnya mulai mengajak sang empu kembali ke apartemen sekedar meneduhkan badan. Sepertinya memang hanya sial yang selalu berpihak padanya. Bahkan hanya sekedar untuk mencari makanpun dia tak diizinkan.
-----
"Hai Pete" aku merasakan tangan menepuk bahu kiriku. Pelan, seperti ada rasa takut dan rasa bersalah dari tepukan itu. Ku alihkan pandanganku menuju orang yang masih berdiri dibelakangku. Kepalanya yang biasa selalu congkak menatap kedepan sekarang hanya lemah menunduk.
"Ya, kenapa?" Tidak, sedikit pun aku tidak ingin bersikap dingin pada pria dihadapanku ini. Sebut saja karena sudah terlalu lama kenal. 8 tahun bukankah cukup lama?
"Aku tau kau mungkin tak ingin melihatku bahkan mungkin kau tak ingin mengingatku lagi. Aku tau semua ini salahku. Maafkan aku telah membuatmu bertemu pria brengsek sepertiku" mata tajamnya yang selalu menatapku teduh mulai kulihat. Raut memelas yang sarat akan rasa bersalah sangat kulihat disana. Tapi apa benar dia merasa bersalah? Aku tak yakin.
"..."
"Maafkan aku Pete" sudah seminggu dia terus datang dan menunggu di depan apartemenku setiap pagi. Dengan wajah yang sama, kondisi yang sama dan kalimat yang hampir sama. Entahlah, dia hanya disini pagi dan aku tak tahu dia kemana setelah itu. Mungkin bekerja atau malah asik bercumbu dengan pujaannya yang lain.
Bibirnya terus mengatakan maaf tapi entah kenapa tidak satu katapun yang mampu melunakan hatiku. Tidak, aku tidak menuduhnya tidak tulus. Sepertinya hatiku yang sudah membatu.
"Apa sudah selesai Vegas? Aku pamit kembali kedalam" kakiku berputar membelakanginya dan berjalan 3 langkah sampai didepan pintu apartmenku. Tanganku mulai menggeser penutup passcode apartemen dan memasukkan nomor yang dibutuhkan.
"Kau sudah menukar passwordnya ternyata" lirih Vegas yang mencapai telingaku. Aku hanya bisa tersenyum miris mendengar ucapannya. Sudah terhitung dua hari aku menggunakan password baru ini. Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi berbaikan dengan Vegas. Dan menurutku harus dimulai dengan hal hal kecil seperti password misalnya. Aku tak ingin tanggal hari pertama kami pacaran menjadi perusak usahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
RandomDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...