Aku menyesap rokok ke tigaku malam ini. Pikiranku melayang mengingat kejadian siang tadi dibandara. Dimana aku kesana untuk menjemput Macau yang baru saja menyelesaikan studi S2nya di Imperial College. Tak kusangka aku menemukan seseorang yang selama ini kucari.
Setelah lima tahun aku kembali melihat wajahnya. Bukan dari foto, tapi secara nyata. Saat pertama kali melihatnya hari ini, aku sangat ingin memegang tangannya dan menariknya kedalam pelukanku. Aku sangat merindukannya. Sangat sangat rindu.
Tapi mengingat dia pergi meninggalkanku dan keluar bersama dokter itu, membuat hatiku sakit. Emosiku yang sudah lama stabil kembali memuncak. Aku melayangkan pukulan kuatku kearah tiang penyangga sehingga menyebabkan sendi tanganku terluka. Tangisan ketakutan Siena sukses membuatku menurunkan emosiku. Aku mendekap tubuh Siena erat dan mengusap punggungnya sambil memohon maaf.
Ternyata kecurigaanku selama ini benar. Mereka telah berselingkuh dan juga mempunyai seorang anak. Kukira aku salah selama ini menuduhnya sudah berselingkuh. Aku menggelengkan kepalaku heran. Dia berlagak sok suci dengan menuduhku berselingkuh. Tapi apa? Dia juga sama.
Tok Tok Tok
"Ya, masuk" sahutku saat mendengar ketukan dari pintu ruang kerjaku.
Aku memutar tubuhku untuk melihat siapa yang masuk keruanganku. Aku menunjuk sofa dengan dagu mengisyaratkan agar Us dapat duduk disana. Aku berjalan kearah sofa yang bersebrangan dengan Us dan mendudukinya.
"Ada apa Us? " aku menatap wajahnya yang sedikit tirus saat ini. Namun masih cantik seperti biasa.
"Hmm begini. Porsche mengundangku menghadiri acara pernikahan temannya. Dan kau tau aku tak bisa menolaknya karena kami baru saja bekerjasama menyelesaikan runway boutiquenya bulan lalu. Aku... ingin mengajakmu pergi bersamaku. Apa kau bisa? " Us memainkan ujung kemejanya dan menatapku penuh harap.
Aku terdiam cukup lama. Aku bingung harus menerima tawarannya atau tidak. Pasalnya sejak aku dan Pete bercerai mereka juga seperti memusuhiku. Aku tidak tau apa Pete menceritakan perihal hubungan kita atau tidak. Namun jika Porsche belum menggunakan tinjunya sepertinya Pete tak menceritakan apa apa.
"Vegas. Kau tau aku tak bisa kesana sendiri. Temani aku kali ini. Kumohon" Us menautkan alisnya sedih. Aku kasihan padanya. Akhirnya aku mengangguk setuju untuk pergi menemaninya.
"Terimakasih" Us tersenyum bahagia, ia berjalan kearahku dan mengecup pipiku. Tak masalah bukan. Ia istriku sekarang.
"Ayo makan. Kasihan Siena pasti sudah kelaparan" ucapku. Aku berjalan mendahului Us dan keluar dari ruang kerjaku. Sudah pukul 8 malam. Aku tak mau Siena merengek karena orang tuanya belum turun untuk makan.
-----
Suara dentingan sendok dan garpu memenuhi ruang makan keluarga Teerapanyakul. Tak ada satupun yang bicara dan fokus dengan makanan masing masing. Table manner. Jika tidak terlalu penting sebaiknya tidak bersuara.
Beberapa saat kemudian setelah semua anggota keluarga menyelesaikan makan malam, mereka menuju keruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang makan. Tayangan film kartun yang terputar membuat mata Siena terpaku dan fokus dengan yang dilihatnya. Sesekali ia bersorak ketika Dora menanyakan apa yang harus dia pilih untuk mendaki gunung bersalju. Gelak tawanya juga mengisi seluruh ruangan ketika Boots tak sengaja tergelincir karena salju yang licin.
Vegas dan Us hanya mengamati gadis kecil mereka yang terlihat sangat hiperaktif. Senyum tipis terpatri dibibir mereka masing masing.
"Siena, lusa apa kau mau ikut pergi ke pesta bersama Daddy dan Mommy? "
Us menginterupsi kegiatan Siena yang sedang loncat kegirangan ketika Dora mengikuti saran yang ia teriakan. Siena melihat mommy nya yang berada dibelakang tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
AcakDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...