Wajah lelah sangat jelas tercetak diwajah Vegas. Sudah 2 hari sejak ia mengurung dirinya dikamar sepulang dari kediaman Pete. Vegas bahkan tak tau bagaimana dan kapan Us dan Siena pulang dari rumah sakit. Dia sangat putus asa. Rasanya malam itu dia hanya ingin ke suatu tempat yang sepi. Menghindari semua tatapan benci yang diarahkan kepadanya.
Mata tajam yang biasanya menatap bengis dan remeh orang lain itu tampak sayu. Tubuh yang bersandar pada kasur kini kembali bergetar. Tangannya meremas ujung tepi foto Pete dan dirinya yang biasa ia lihat. Foto tersebut sudah penuh dengan jejak air mata.
Ingatannya kembali ke malam dimana ia bertemu dengan Pete. Wajah Pete yang penuh rasa luka dan lelah sangat jelas terekam oleh ingatan Vegas. Bagaimana Pete bisa bertahan selama itu dengan dirinya? Dia terlalu buta. Obsesinya terlalu besar sampai sampai ia melukai orang yang harus dilindunginya.
Air mata Vegas kembali turun. Bibirnya mulai mengeluarkan isakan. Ia merengkuh foto yang ada ditangannya dan berbaring diatas lantai. Dinginnya lantai sama sekali tak membantunya menenangkan diri. Malahan dingin tersebut menusuk tubuhnya seakan menambah rasa sepi dan penyesalan di hatinya.
Pete benar. Seharusnya ia mati. Ia tak pantas hidup. Dia adalah seorang pembunuh. Pembunuh yang dengan keji dan sadar membunuh anaknya sendiri. Vegas meraung. Suara penyesalan menggema seisi ruangan. Membuat siapapun yang diluar tak berani masuk.
Dia sangat merasa bersalah pada Pete. Bagaimana punggung rapuh itu menanggung semua beban dan pukulan darinya? Ia ingat semua luka dan lebam yang ia torehkan ditubuh Pete. Bahkan dia melakukan itu dengan sadar. Dia seperti lebih buruk dari binatang.
Rasanya Vegas ingin mati. Tapi dengan semua luka dan kekejian yang ia perbuat, bukankah harus ia perbaiki lebih dulu? Tapi dia belum sanggup bertemu anaknya. Dia malu. Apa yang harus ia katakan nanti?
Matanya ingin terlelap. Sudah sangat berat. Namun ketukan dipintu dan suara pilu Siena yang memanggilnya membuat Vegas kembali bangun.
Akal dan pikirannya yang sudah hilang selama 2 hari kembali datang ketika Siena menangis memanggilnya untuk keluar.
Lagi
Dia membuat sebuah kesalahan lagi. Dia menelantarkan keluarganya dan egois mengurung diri diruangannya. Kepala Vegas berdenyut hebat ketika melihat 2 gambar terlintas dibenaknya. Dia dihadapkan degan situasi berat. Memilih antara Us dengan Siena atau Pete dengan Venice.
-----
Aku mengunjungi makam mertua dan anakku. Membawakan mereka bunga dan menaruhnya disamping batu nisan mereka masing masing.
"Selamat sore ayah, ibu. Maaf.. aku baru mengunjungi kalian setelah beberapa tahun. Bagaimana disana yah, bu? Apa surga seindah itu? Kuharap.. kalian bahagia diatas sana. Aku - " suaraku tercekat. Mataku mulai berkaca kaca dan suaraku menjadi sedikit parau. Aku tak boleh menangis disini. Setidaknya aku harus terlihat bertanggung jawab didepan ayah dan ibu.
Aku kemudian menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya. " - aku ingin meminta maaf. Maaf.. sudah mengecewakan kalian. Maaf.. sudah membuat putra kesayangan kalian terluka dan- dan tidak bahagia. Maaf.. Hiks.. Maaf aku tidak seperti harapan kalian" satu isakan lolos dari bibirku. Aku teringat petuah yang diberikan ayah untuk membahagiakan Pete sebelum menikah. Aku menghancurkan kepercayaannya. Titipan yang ia berikan sudah aku robek hingga berkeping keping. Bahkan aku belum sempat memperbaikinya. Hatiku memberat mengingat senyum tulus ayah dan ibu. Mereka sangat menyayangiku dan aku malah melukai putra mereka. Bajingan memang.
Tanganku mengusap air mata yang jatuh kepipiku dengan cepat. Aku harus terlihat seperti orang bertanggung jawab.
"Ayah.. Ibu.. Kalian tau. Selama ini ternyata aku adalah manusia bajingan. Aku.. Aku membunuh anakku- Hiks.. Aku membunuh anakku sendiri yah.. Bu.. " aku mengepalkan kedua tanganku disisi tubuhku. Aku harus mengendalikan emosiku. Aku tak bisa hanya menangis disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
RandomDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...