6

1.6K 173 15
                                        

Aku sudah berada dipintu masuk altar. Ditemani oleh ayah yang mengusap tanganku. Memberikan ketenangan agar aku tidak gugup. Aku menarik tangan ayah agar melihat kearahku. Ayah memalingkan wajahnya kearahku dan tersenyum.

"Jangan gugup, nak. Ayah disini" ayah mengeratkan genggamannya pada tanganku.

"Ayah. Ayah bahagia aku menikah hari ini? Apakah ibu juga bahagia? " tanyaku. Berharap ayah menjawab tidak dan aku bisa membujuk mereka untuk pergi dari sini. Namun kehendak berkata lain. Ayah mengangguk senang.

"Ayah dan ibu bahagia nak, melihatmu akan menikah dengan pria yang kau cintai. Ayah lega menitipkanmu dengan Vegas. Ayah yakin dia akan membahagiakanmu lebih dari kami. Sebenarnya ayah cukup sedih melepas putra kesayanganku satu satunya kepelukan pria lain. Tapi aku tak dapat menahanmu selalu disisiku nak. Ayah sudah tua dan tak tau kapan akan dipanggil. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu" ayah menatap mataku. Matanya tampak berkaca kaca. Aku memeluk ayah erat. Sangat erat. Inilah takdirku. Menikah dengan Vegas.

Pintu masuk kemudian dibuka. Aku melepaskan pelukanku. Dan berjalan menuju..

..Nerakaku

-----

Aku bersama Porsche dan Pol berjalan mendekati bintang utama hari ini. Mereka tengah sibuk menyapa dan bercengkrama dengan beberapa tamu penting. Pete kemudian menyadari bahwa kami menunggu mereka tak jauh dari posisinya. Dia tersenyum lebar dan melambaikan sedikit tangannya tanpa mengangkatnya. Bibirnya bergerak tak bersuara seakan berkata "tunggu".

Penampilannya sangat luar biasa cantik. Dengan tuxedo putih gading yang tampak pendek dari depan dan memanjang kebelakang sebatas lututnya, tak lupa inner kemeja merah yang ujung tangannya diberi renda panjang hingga menutupi tangannya. Kakinya terbalut celana dengan warna senada dan memberikan kesan jenjang. Dia sungguh menawan. Andai aku yang disampingnya sekarang. Betapa beruntungnya aku. Seharusnya aku bertemu dia lebih cepat dibanding Vegas. Karena aku yakin aku pasti bisa membahagiakannya lebih dari Vegas. Bahkan aku tak akan berani berselingkuh dibelakangnya. Bagaimana mungkin aku bisa berselingkuh ketika pasanganku sesempurna Pete. Tak ada yang kurang. Tak ada celah. Sangat sempurna. Bahkan aku berani jamin malaikat saja iri dengan dirinya.

Tak lama kulihat tamu penting yang mengobrol dengan mereka beranjak pergi. Pete melihat Vegas dan mengatakan sesuatu. Vegas membalasnya dengan senyuman dan melangkah mendekati kami. Benar. Sekarang dia sudah milik orang lain. Tak ada tempat spesialku dihatinya. Bahkan sekedar membayangkan memilikinya pun sudah tak boleh. Hanya boleh dekat sebagai teman. Tidak lebih.

"Akhirnya kalian datang. Aku merindukan kalian" Pete mulai memeluk kami satu persatu dan melepaskannya. Senyumnya terkembang indah. Tapi tak seindah biasanya. Ada kesan getir disana. Tapi hanya sekilas. Mungkin perasaanku saja.

"Akhirnya kau yang duluan Pete. Ternyata ramalan semasa kuliah bohong total. Hahaha. Selamat ya. Aku turut bahagia" Porsche mengulurkan tangannya menjabat tangan Pete dan Vegas.

"Terimakasih Porsche. Kau harus segera menyusul. Segeralah mencari kekasih. Ponselku selalu berisik karena kau. Haha"

"Kubiarkan kau kali ini Pete karena ini hari bahagiamu. Kalau tidak- " Porsche menggerakkan tangannya vertikal didepan leher. "-tamat riwayatmu"

"Berani sekali kau mengancam Pete didepan Vegas, Porsche. Kuharap kau masih bernyawa sampai dirumah nanti. By the way selamat untuk kalian berdua. Selamat berbahagia dan menempuh hidup baru" Kinn membelah kedekatan antara aku dan Porsche. Menyalami keduanya seraya memeluk mereka satu persatu.

Porsche memutar bola matanya malas dan pergi melenggang jauh. Dia tak suka berdekatan dengan Kinn. Katanya dengan melihat ujung rambutnya dari jauh saja sudah membuatnya mual.

VEGASPETE - AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang