Sedikit disclaimer. Ini fanfic angst ya gais. Jadi emang banyak scene nangisnya. Semoga ga bosen lihat Pete nangis ya, hehe ✌
-----
Sudah lima hari Pete tinggal dirumah. Vegas melarangnya kemana mana sampai tubuhnya pulih seratus persen. Pete bingung dengan Vegas. Vegas kadang memperlakukannya dengan baik, bahkan sangat baik. Sampai kadang Pete terlena dan kembali menyukai perlakuannya. Namun kadang dia seperti iblis. Vegas seperti kerasukan. Meneriakinya. Memukulnya dan hingga kejadian terakhir membuatnya sampai tak sadarkan diri. Perubahan moodnya sangat cepat. Bahkan terakhir kali Vegas mengatakan dia sedih melihat Pete yang penuh bekas luka. Pete mendengarnya saat dia setengah tidur. Pete lagi lagi dibuat heran. Bukankah dia sendiri yang menyakiti Pete hingga seperti ini? Kenapa dia juga yang sedih? Tak masuk akal!
Pete merasakan tubuhnya sudah pulih. Ia akan bertemu orangtuanya hari ini. Hatinya sedikit menghangat karena sudah lama tidak melihat kedua orangtua yang sangat ia cintai. Mereka terakhir kali bertemu saat pernikahan. Pete ingin menemui mereka lebih cepat sebenarnya. Tapi dengan banyaknya masalah Pete mengurungkan niatnya. Ia tak mungkin menampakan wajah sedihnya pada orang tuanya. Padahal ia adalah pengantin baru.
Pete berjalan menuju kamar mandi. Melepas pakaiannya satu persatu dan mulai membasuh tubuhnya. Pete melihat dirinya yang telanjang di cermin. Menatap perutnya yang masih datar. Ia tersenyum manis. Ada jiwa lain dalam tubuhnya. Dia tak sendirian sekarang. Akhir akhir ini Pete jarang menangis. Dia sering berbagi cerita dengan anaknya.
"Maafkan papa sering berkeluh kesah padamu nak. Aku hanya punya dirimu sekarang. Jangan bosan ya denganku! Hehe" Pete terkekeh kecil sambil menepuk lembut perutnya.
"Aku ingin memberikan nama panggilan untukmu. Hmm, siapa ya bagusnya? " Pete mengetuk ngetukkan jarinya pada dagu. Matanya menerawang keatas dan berpikir keras.
"Coco. Karena aku suka cokelat. Jadi ku kasih nama Coco. It's okey? " Pete menatap perutnya dari cermin.
Tak ada jawaban.
Pete terkekeh geli. Sudah pasti tidak ada jawaban. Tidak mungkin gumpalan darah yang belum berbentuk itu bisa berbicara.
"Diam berarti iya. Baik Coco. Papa hari ini akan bertemu nenek dan kakekmu. Ketika sudah disana sapa mereka dengan sopan, okey? " Pete berjalan mengambil handuknya dan melilitkannya dipinggang. Kemudian keluar dari kamar mandi dan menuju walk in closet.
Ya, sejak ia pingsan Vegas mengurungnya disini. Kamar yang seharusnya mereka tempati berdua. Tak boleh beranjak sedikitpun dari kamar, bahkan turun kedapur saja tidak diizinkan. Kamar yang biasa ia tempati sudah dikunci Vegas. Dan tentunya kunci tersebut Vegas simpan jauh jauh.
Pete sebenarnya tak ingin disini. Mengingat fakta kamar ini bukan dirinya yang mencoba pertama kali. Pete kembali terbayang ketika Vegas dan Us yang masuk kesini untuk bercinta. Dan sekarang Pete harus tidur di ranjang yang sama, 'bekas' mereka. Hatinya sakit. Tapi tak apa. Dia tak berniat merusak hari bahagia ini. Lagi pula seminggu lagi dia akan menyerahkan surat cerai pada Vegas. Dan mengembalikan kamar ini pada pemilik seharusnya. Vegas dan Us.
Menurut Pete, Us tidak buruk. Ia baik. Pete melihat Us sangat telaten mengurusinya dihari pertama Pete bangun. Ia membantu Pete ke kamar mandi bahkan membuatkan bubur untuk Pete. Mereka sedikit mengobrol. Sebenarnya hanya Us yang menceritakan dirinya dan Pete menjawab sekenanya. Karena Pete masih sakit hati saat itu.
Pete mengetahui jika Us ternyata seorang model majalah. Dan sekarang tengah merintis karir dengan membuka toko perhiasan di sekitaran bangkok. Us menceritakan juga bagaimana dia bertemu Vegas dan bayi dalam kandungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
RandomDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...