24

1.8K 163 34
                                    

"Lepaskan semua pelacak pada tubuhmu Pete" Pavel yang berdiri didepan pintu menyilangkan tangannya didepan dada dan menatap Pete dengan penuh dominasi.

"Aku tak menggunakannya" Pete mengelak. Tak mungkin ia melepas harapan satu satunya. Senjata terakhirnya.

"Ck, kau mau aku menelanjangimu dan melepaskannya atau kau sendiri yang melakukannya? " Pavel berjalan mendekati Pete dan meraih kancing baju Pete. Tangannya mulai membuka kancing tersebut dari atas.

Grep

Pete memegang erat tangan Pavel ketika tangan Pavel mulai beralih pada kancing kedua. Sudah cukup semua malu yang dia peroleh. Dia tak ingin dipermalukan dan dilecehkan lagi. Mata yang biasa menatap hangat itu kini berubah penuh dengan kilat kebencian.

"Biar aku lepas sendiri" ucap Pete dengan penuh penekanan.

"Baiklah. Lakukan disini"

"Jangan gila! Aku tak mungkin membuka bajuku disini! " Pete menggeram tertahan mendengar permintaan Pavel. Akal sehatnya sudah hilang rupanya.

"Pfftt.. Jangan malu Pete. Lihatlah sekelilingmu, kau terlihat paling cantik jika bertelanjang seperti itu-" Pavel mengelus dagu Pete dan kemudian ibu jarinya bergerak menekan nekan bibir bawah Pete. Jakun Pavel bergerak keatas bawah menelan saliva, hanya melihat dan meraba bibir Pete saja membuat libidonya naik.

Pete menepis tangan Pavel kasar. Napasnya memburu menahan emosi yang kapan saja siap untuk keluar. Telinganya sangat panas mendengar ocehan Pavel. Dia bukan pelacur! Yang dengan mudah memperlihatkan tubuhnya untuk orang lain.

"-Sial! Lepaskan disini atau kuperkosa kau sekarang! " Pavel mencengkram pipi Pete kuat. Matanya menatap marah kearah Pete. Berani sekali jalang ini!

Pavel mendorong Pete keatas kasur dan kemudian merangkak diatas tubuh Pete. Matanya menatap Pete penuh nafsu. Pete mencengkram kedua bahu Pavel kuat. Matanya menatap Pavel dengan takut.

"Pavel! Pavel! Sadarlah! Jangan begini.. Kumohon.. Sadarlah! " Pete berteriak dihadapan wajah Pavel sambil memohon. Mata Pavel sudah diselimuti kabut nafsu. Telinganya tak lagi mendengar rengekan Pete.

Pavel mencium bibir Pete yang mengundangnya sedari tadi. Melumat, menghisap dan menggigit daging merah muda itu secara ganas seakan akan madu keluar disana. Pavel tak ingin melepaskan makanannya. Dia begitu lapar. Dan hanya tubuh dibawahnya ini yang dapat mengenyangkannya.

Pete merintih kesakitan disela ciuman sepihak Pavel. Dia tak menikmati satupun gerakan Pavel. Pete memukul mukul dada Pavel sekuat yang ia bisa. Air matanya kembali membanjiri wajahnya.

Pavel mencoba menyusupkan lidahnya kerongga mulut Pete. Tapi Pete merapatkan giginya agar tidak ada kesempatan untuk Pavel masuk. Pavel menggigit keras bibir bawah Pete untuk memancingnya berteriak. Namun Pete tetap mempertahankan giginya agar terkatup rapat meskipun anyir darah dari bibir bawahnya masuk dan menyirami lidahnya.

Pavel menggeram, ia sangat marah ketika keinginannya tak dituruti. Pavel menjauhkan wajahnya dari Pete. Tangannya kemudian beralih keleher Pete dan mencekik Pete dengan kuat.

Pete merasakan cengkraman dilehernya semakin menjadi jadi. Wajahnya mulai memerah menahan sesak. Gigi yang ia katup dari tadi akhirnya terbuka untuk meraup beberapa oksigen yang ada disekitarnya. Tangannya mencoba melepaskan tangan Pavel dari lehernya. Menepuk nepuk tangan Pavel yang tak mau lepas dari leher tersebut.

"Phah... Vel.. Akhh-akkhuu.. Akan.. Mel-lepass.. Kanhh.. Disinhh.. "

Seketika Pete meraup semua oksigen yang ia butuhkan setelah Pavel melepaskan tangannya dari leher Pete. Tangan Pete mengelus ngelus jejak cekikan yang ada dilehernya. Wajahnya yang memerah kembali normal dan beberapa batuk keluar dari mulutnya. Pete mengatur napasnya menjadi lebih baik. Kepalanya terasa sedikit pusing karena kekurangan oksigen.

VEGASPETE - AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang