Pete menatap kosong cangkir kopi yang ada ditangannya. Perasaannya saat ini campur aduk. Sesungguhnya dia takut menemui Pavel. Bahkan memikirkannya saja membuat kaki Pete bergetar. Tapi dia harus membantu menyelamatkan Vegas. Bagaimanapun ini semua berhubungan dengan dirinya.
"Pete"
Pete menoleh kesamping dan mendapati Pavel disebelahnya. Kaki Pete bergetar hebat. Cangkir kopi yang ia pegang ia taruh dengan hati hati karena tangannya melemah. Pete tersenyum kearah Pavel. Dia harus bersikap senatural mungkin. Jika tidak semua rencana akan gagal.
"Hei. Kau datang. Duduklah. Apa mau pesan makanan? Aku tau kau pasti lapar sekarang" tangan Pete mengambil menu disamping meja dan mulai membolak balikannya. Pete belum sanggup menatap Pavel lama. Jadi dia lebih memilih menatap menu menu didepannya.
Pavel kemudian duduk disebrang Pete. Dia terkekeh melihat Pete. Apa Pete sangat lapar? Padahal dia baru datang, tapi langsung ditanyai makan.
"Ya, aku lapar. Pesankan untukku sekalian"
-----
Pavel memegang tangan Pete yang berada diatas meja. Mengusapnya pelan dan lembut. Pavel tersenyum menatap Pete dan dibalas Pete dengan senyuman.
"Apa dingin sayang? Tanganmu seperti batu es"
"No. I'm fine. " Pete menggelengkan kepalanya cepat menyangkal ucapan Pavel. Pavel menggangguk dan menggeser kursinya mendekati Pete. Tangannya terangkat membelai pipi Pete. Pavel menatap penuh dengan puja.
Pete merasa sedikit risih melihat perlakuan Pavel padanya kali ini. Dia ingin pergi rasanya. Pete berusaha mengendalikan detak jantungnya yang menggila. Meyakinkan dirinya agar tak ketahuan.
"Sayang" Pavel memanggil Pete dengan nada menyelidik.
"Uhum.. Kenapa? " Pete menatap Pavel was was. Apakah ia sudah ketahuan? Kenapa cepat sekali? Ia belum melakukan apa apa!
"Kenapa kau sangat gugup hm? " Pavel mengusap surai Pete dan menyampirkan anak rambutnya ketelinga.
Pete bergidik dengan sentuhan Pavel. Pete tanpa sengaja memejamkan matanya erat. Ia sangat takut. Tangannya terkepal dan bergetar dibawah meja.
Kekehan terdengar dari mulut Pavel. Pete perlahan membuka matanya dan mendapati Pavel yang menutup mulutnya dengan punggung tangan sambil menatapnya. Oh Tuhan! Tamat riwayatnyanya! Pasti dia sudah ketahuan!
"Apa kau segugup ini bertemu denganku sayang? Kkk.. Itu wajar, pasti kau malu dengan hal semalamkan? Kekasihku sangat menggemaskan" Pavel memajukan tubuhnya dan mengecup bibir Pete.
Pete terdiam heran dan sedetik kemudian dia mengangguk mengiyakan jawaban Pavel. Pete tertawa kecil hingga menampakkan eye smilenya. Pete sangat bersyukur. Dia selamat kali ini. Pavel tidak mencurigainya. Dia harus melanjutkan sandiwara ini sebaik mungkin.
"Aku.. malu" cicit Pete.
"Aku paham. Oh iya, mana Venice dan Siena? Kenapa tidak bersama mereka? "
"Oh.. Itu. Hmm.. Venice dan Siena ya? Itu, mereka-"
"Sudahlah. Jangan segugup itu sayang. Aku mengerti. Kkk.. Apa perlu kita melakukannya lagi agar kau terbiasa? "Pavel menaik turunkan alisnya menggoda Pete dan mendapatkan gelengan cepat dari Pete serta lambaian tangan yang cepat didepan dadanya. Membuat Pavel lagi lagi tertawa melihat tingkah malu malu kekasihnya.
"Jangan menggodaku lagi Pavel. " Pete mencebikkan bibirnya. Pete kemudian memegang tangan Pavel dan mengusap punggung tangan Pavel dengan ibu jarinya.
"Tadi aku kerumah sakit, phi Tankhun bilang Porsche kecelakaan. Jadi aku buru buru dan lupa mengabarimu. Aku membawa Venice dan Siena karena tak mau merepotkanmu terus. Kau harus bekerja jugakan. Tapi sampai disana phi Tankhun menyandera mereka berdua. Dia tidak memperbolehkan aku membawa mereka berdua. Kau tau seberapa gila phi Tankhun" Pete memutar jari telunjuknya disamping kepala dan kemudian tertawa kecil. Membuat Pavel mengangguk dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
DiversosDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...