Aku menutup pintu mobilku dengan kuat. Menyisir rambutku kebelakang dengan frustasi. Mataku terpejam. Bibirku terkatup rapat. Menahan emosi untuk tidak membunuh pemuda disampingku.
"Apa kau sudah gila hah?! Shit!!! "
"Kau kira aku memperlakukanmu dengan baik selama ini karena aku mencintaimu heh? Jangan mimpi Us! Sampai kapanpun aku hanya mencintai Pete! " aku mencengkram pipi Us yang memerah bekas tamparan Pete. Rasanya ingin aku meremukkan rahang ini sekarang juga.
"Dan apa? Kau bilang kau hamil? Jangan bercanda! Aku selalu memakai pengaman. Hentikan omong kosongmu Us! " Aku mendorong kasar wajah Us. Berani beraninya dia mempermainkanku.
Aku mendengar Us mulai tertawa. Tawa kecil yang lama lama berubah menjadi tawa menakutkan. Apa dia kerasukan?
"Lucu sekali kau Vegas. Haha. Hanya mencintai Pete? Tutup omong kosongmu! Kau tak mengerti apa itu cinta, Vegas. Aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Hanya itu yang perlu kau pahami" Us menatapku sengit dan kemudian berubah sayu. Tangannya mulai menangkup pipiku. Wajahnya mulai mendekat mencoba mencium bibirku.
Aku mendorong bahu Us menjauh. Kekehan kembali terdengar. Us tertawa sangat kencang.
"Hei Vegas. Kau tak ingat 2 minggu yang lalu? Setelah sekian lama kita melepas rindu? Dimana letak pengamanmu huh? Disini ada anakmu Vegas. Darah dagingmu. Jadi jangan berani berani untuk meninggalkanku Vegas. Jangan menikah dengan Pete. Menikahlah denganku" jemari Us menelusuri pipiku dan perlahan turun menuju daguku. Tangannya yang lain mengambil tanganku dan meletakkannya diatas perutnya.
Ah, sial! Malam itu aku terlalu mabuk untuk sekedar mengingat. Aku hanya mengingat keintimanku dengan Pete! Ya memang aku tidak menggunakan pengaman dengannya. Tapi aku tidak mengira juga melakukan hal yang sama dengan pemuda ini. Damn!!!
"Kau harus bertanggung jawab Vegas. Aku tak mau anakku lahir dengan satu figur orang tua-" Us mendekatkan wajahnya kesisi kepalaku. Tepat disebelah telinga. "-atau aku akan mengumumkan hal ini ke media. Malam ini" bisik Us seduktif. Kurasakan lidahnya yang menjilati daun telingaku.
"Aku sudah memberitahukan hal ini pada pengacaraku. Jika kau membunuhku sekarang, sama saja dengan menggali kuburanmu sendiri Vegas" Us menjauhkan dirinya dari tubuhku. Menyilangkan tangannya didepan dada dan menatapku centil.
Aarrrghh!!!
Aku berteriak kesetanan dan memukul dashboard mobilku. Tampak ujung kepalanku memerah karena benturan keras. Sial!
"Aku pasti akan bertanggung jawab. Tapi aku tak akan meninggalkan Pete" aku melajukan mobilku keluar dari apartemen Pete.
-----
Sudah 2 jam Pete terus menerus menangisi keadaannya. Rambutnya tampak acak acakan. Matanya bengkak. Terdapat jejak air mata dipipi dan pelipisnya. Lengan bajunya juga tampak sangat basah karena menyeka air mata dan ingusnya selama menangis. Lehernya sampingnya dihiasi jejak darah yang sudah mengering. Ruang tamunya tampak berantakan. Semua benda yang semula tertata rapi di rak pajangan kini telah jatuh dan hancur berkeping keping. Tak memikirkan seberapa mahal hiasan hiasan yang terbuat dari keramik itu.
Terlihat Pete kini tertidur beralaskan lantai marmer yang dingin. Bibirnya sesekali meracau tidak jelas. Tidurnya sama sekali tidak nyaman. Dan digenggamannya yang sudah longgar terdapat satu pisau dapur dengan darah mengering dibagian tajamnya.
Pete mulai gelisah dalam tidurnya. Badannya bergerak acak. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Ia berjengit karena rasa tidak nyaman mulai memasuki alam sadarnya. Pete perlahan membuka mata. Tapi hanya setengah. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Badannya kaku tak bisa digerakkan. Setelah berdiam selama beberapa menit, Pete mencoba bangkit dan mendudukkan dirinya. Ia kembali bermenung. Pikirannya kosong. Sama sekali tidak memikirkan apapun. Matanya lurus kearah pisau yang sudah tergeletak dilantai. Wajah datarnya mulai dituruni air mata -lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGASPETE - Agreement
AcakDISCLAIMER : Cerita ini hanya fiksi belaka, semua kejadian didalam cerita ini hanya dapat terjadi di wattpad. Tidak disarankan untuk yang berumur dibawah 18 tahun. Tidak dianjurkan untuk mencontoh adegan kekerasan yang terjadi, diharapkan kebijakan...