2

2.6K 258 13
                                    

Kuhirup aroma khas espresso yang baru saja diantarkan oleh pelayan yang disertai beberapa kue kering sebagai pelengkap. Menikmati senja dengan memandang langit dan danau buatan yang berada tepat dibelakang rumahku dari balkon terlihat menenangkan bukan. Tak henti hentinya senyumku mengembang mengingat nanti malam aku akan bertemu Pete untuk membicarakan pernikahan kami. Ah.. Aku bisa gila karnanya. Aku sangat mencintai lelaki mungil itu.

Aku mulai membayangkan bagaimana nantinya kita akan hidup bersama. Dia yang selalu belarian kecil kesana kemari mengurusku dan anakku. Bibir mungilnya yang sesekali mencebik lucu ketika kugoda. Kecupan kecupan ringan yang diberikannya pada wajahku. Tangkupan tangannya yang menghangatkan wajah dan tanganku. Ugh, semua yang ada pada dirinya sangat aku suka. Lama lama aku bisa gila jika membayangkannya.

Namun senyumku mulai sirna saat tiba tiba teringat permasalahanku yang belum selesai dengannya. Aku tak tau bagaimana perasaanku saat ini. Aku yakin, sangat yakin seribu persen bahwa aku mencintainya. Tapi akupun tak dapat melawan hasratku untuk sekedar mencicipi remahan sedangkan hidangan utamanya sudah digenggamanku. Kadang remahan terlihat menarik dan menggiurkan hingga sayang untuk diabaikan dan dibuang.

Hanya beberapakali. Tak sampai sepuluh kurasa, mungkin sembilan? Entahlah, tapi aku yakin tak menghianatinya sebanyak itu. Biarkan aku sedikit membela diriku okey?

Aku akui aku memang egois dan keras kepala. Semua yang aku mau harus aku dapatkan. Tanpa terkecuali Pete. Aku seperti kerasukan setan ketika sudah bersamanya. Dan aku harus memastikan dia menjadi milikku. Tak apa dengan sedikit paksaan. Bahkan aku yakin ayah dan ibu pasti sangat menyukaiku. Setelah 8 tahun bersama, aku selalu menghormati dan menyayangi mereka seperti orang tuaku sendiri. Apalagi ibu sangat hangat padaku. Tak seperti ibuku-atau aku lebih sering memanggilnya mama. Mama selalu sibuk dengan papa. Menemani papa setiap kali bekerja ataupun mengurus butiknya sendiri.

Jangan salah paham dulu. Mereka tidak jahat. Mereka tidak seperti kebanyakan orang tua yang sering menelantarkan anaknya demi harta. Mereka baik padaku dan adikku-Macau. Hanya saja mereka terlalu sibuk. Tanpa tau kami membutuhkan mereka. Dan kehangatan yang kubutuhkan dapat kutemui di keluarga Puttha. Meski mereka juga sibuk seperti papa mama. Tapi mereka selalu menyempatkan diri untuk sekedar makan dan mengobrol dengan anaknya. Mendengar celotehan anaknya dan menanggapi dengan antusias. Ah.. Aku sangat ingin memiliki keluarga ini.

Kurasa sudah cukup kegiatan bersantai sore hari ini. Aku tak mau mengecewakan calon mertua dan calon istriku dengan kurang sempurnanya aku malam ini. Setidaknya aku akan berusaha sedikit untuk tampil lebih tampan. Ya seharusnya kalian tahu, penampilanku tidak akan berubah banyak karena aku memang sudah sangat tampan.

-----

Decakan kagum menggema di bagian ruang tamu rumah keluarga Teeraphanyakul. Melihat calon menantunya yang masuk dengan langkah cenderung kecil karena tidak ingin mendahului orang tuanya. Senyum manis dipaksakan terpatri dibibirnya. Setidaknya dia masih sangat menghargai dan menghormati sepasang suami istri yang menyambutnya dengan tangan terbuka. Tanda ingin dipeluk. Pete pun membalas pelukan yang diberikan Nyonya Teeraphanyakul disertai usapan lembut dipunggungnya.

"Kau terlihat menawan nak. Apakah ini calon menantu mama? Bukan peri atau bidadari" ucapan Nyonya Teerapanyakul diiringi oleh kekehan ringan semua orang yang berada diruang tersebut terkecuali Pete yang hanya melemparkan senyuman tipis layaknya orang yang malu setelah dipuji. Pete hanya menggunakan kemeja putih berbahan sutra kebesaran yang tampak jatuh dan sedikit memberi kesan lekukan tubuh terlebih pada pinggang rampingnya. Bagian depan kemeja tersebut dimasukkan kedalam celana bahan hitam yang menyempit dibagian paha dan melebar dari lutut kebawah. Tak lupa beberapa aksesoris yang menghiasi lehernya yang sedikit terekspos karna kemeja v-neck yang ia gunakan. Sedikit berdandan tidak masalah bukan? Dia tak mau mempermalukan orang tuanya. Jadi dia pikir dia harus memberikan penampilan yang baik malam ini

"Bagaimana denganku ma? Bukankah aku juga tampak luar biasa? Kau hanya memandang Pete dari tadi" balas Vegas yang tak mau kalah. Ingin menjadi pusat perhatian juga tampaknya.

"Oho, dengan calon istrimu sendiri kau masih cemburu Vegas? Ckckck, sepertinya pembicaraan pernikahan ini kita batalkan saja besan. Aku takut nanti Pete tidak dapat bahagia karna terlalu sering dicemburui oleh Vegas"

"Aw, bukankah aku anakmu ma? Bagai-"

"Vegas putra ibu sangat luar biasa tampan malam ini. Kau terbaik nak, tak tertandingi" sela Nyonya Puttha yang diselingi senyuman manis yang tak beda jauh manis dari senyum yang dimiliki Pete. Tak ingin perdebatan ibu dan anak ini berlanjut. Dan memang, malam ini Vegas terlihat sangat tampan. Dengan setelan kemeja maroon dan vest hitam dibadannya terlihat begitu pas. Oh jangan lupakan jas senada tersampir ditangan kanannya yang juga dihiasi jam tangan rolex keluaran terbaru. Rambut rapi yang ditata kearah kebelakang dan meninggalkan sedikit anak rambut yang menggantung didepan dahinya. Perfect.

"Mari Tuan dan Nyonya Puttha. Kami telah menyediakan sedikit jamuan. Mohon maklumi jika tidak sesuai selera anda"

"Ah, kau bisa saja Khan. Aku tau ini pasti lebih dari sedikit" Kekeh Tuan Puttha menanggapi kerndahan hati Tuan Khan Teerapanyakul

-----

Aku tersenyum miring melihat pria yang tengah berdiri disamping kolam dan terus mencoba mencuri pandang kearahku. Ugh, menyebalkan.

Setelah perjamuan makan malam dan pembicaraan mengenai pernikahan kami yang akan dilaksanakan kurang lebih 2 bulan dari sekarang. Mengingat aku harus bersanding dan menjadi pasangan hidup semati dengan pria disebelahku ini rasanya buruk. Bukan, bukan parasnya. Kuakui dia tampan, sangat sangat tampan. Apalagi malam ini, aku sempat terpana beberapa saat namun segera kututupi dengan memeluk mama.

Aku hanya merasa bukan ini jalan yang seharusnya. Bukan begini pernikahan seharusnya. Dimana para calon pengantin masih melukai dan terlukai. Bagaimana nanti jika kami menikah? Aku takut. Takut kalau kalau kejadian kejadian seperti sebelumnya terulang kembali. Aku ingin pernikahan layaknya layaknya pasangan lain. Yang menikah karena memang ingin.

Kutarik napasku dalam dalam. Dan ku hembuskan secara perlahan. Mencoba mengontrol perasaanku yang meluap luap luar biasa sedih. Aku tak mau mengecewakan siapapun malam ini. Cukup hanya aku.

"Pete, terimakasih mau menikah denganku" kurasakan salah satu tanganku diraih dengan dua tangan besar. Ibu jari Vegas mengusap lembut punggung tanganku menyalurkan rasa sayangnya. Kenapa dia harus bersikap seperti ini? Dan kenapa hatiku masih berdebar karena perilakunya. Aku benci diriku.

Aku menatap tanganku yang berada didalam genggaman vegas. Kilauan cincin yang dipaksakan terpasang dijari manisku terlihat -entah kenapa-cantik saat ini. Benar. Aku belum melepas cincin yang ia berikan. Dua alasan kenapa aku masih mau memakainya. Pertama aku memang tak ingin terjadi apapun pada ayah. Aku tidak ingin menjadi anak yang bodoh dan durhaka karena keegoisanku. Aku tau perusahaan ayah tak bergantung dan tak memiliki sangkut paut dengan keluarga Vegas. Namun belakangan ini tender tender yang didapatkan perusahaan ayah dapat mudah dimenangkan karena perusahaan lain tau bahwa aku dan Vegas tengah menjalin hubungan. Aku tak ingin ayah sedih. Kedua, ya mungkin aku masih saja bodoh meski sudah kubilang aku tak mau menjadi bodoh. Aku masih berharap. Sedikit saja. Agar bajingan didepanku ini benar benar berubah.

Mataku bergerak menuju matanya yang menatapku teduh. Aku tau tatapannya tak pernah berubah meskipun telah 8 tahun berlalu. Sama, masih terlihat penuh cinta. Satu satunya alasan kenapa aku masih menaruh harap walaupun sedikit.

"Vegas berjanjilah padaku, jika kau merasakan debaran pada orang lain, berpisahlah denganku" tangan yang sedikit lebih besar dariku ku genggam erat menandakan aku bersungguh sungguh dengan ucapanku

"Ya, aku berjanji sayang, aku berjanji" Vegas merengkuh tubuhku kedalam pelukannya. Kurasakan lelehan air mata mulai menjalari pipiku. Aku tak minta banyak. Hanya satu. Aku ingin bahagia.

Tuhan, semoga keputusanku tepat kali ini.

TBC

choizeep
2022, Agustus 17

VEGASPETE - AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang