13

1.9K 195 32
                                    

Aku menatap nanar pergelangan tanganku yang terbalut borgol bahan kulit dengan perban didalamnya. Borgol itu tersambung oleh tali elastis yang berujung pada pengait yang tergantung dipipa yang sudah enam hari terpasang disekeliling ruangan. Vegas membangun pipa itu sendiri disekeliling kamar. Dia ingin aku dapat mengurus diri ketika ia sedang keluar. Pipa yang ia bangun hanya dapat menjangkau kamar mandi dan ranjang. Bahkan pakaianku selalu dia siapkan setiap pagi dan menyimpannya diatas kasur.

Cih! Apa guna pakaian yang dia siapkan jika setiap malam tangan kasarnya sibuk merobek dan mengoyak pakaian tersebut? Biadab! Bahkan aku hanya ditinggal begitu saja dengan darah dan sperma kering ditubuhku. Dan tak semalampun aku mendapatinya disampingku. Dia hilang seperti kabut dipertengahan malam dan meninggalkanku seperti seorang pelacur.

Aku merasakan dingin AC bercampur udara malam menggerayangi tubuhku yang belum terbalut apapun. Aku menarik selimut kotor yang berada dibawahku hingga menutupi daguku dan mulai bergerak menyampingkan tubuhku. Erangan kesakitan tak terelekan ketika tubuhku bergerak. Seluruh badanku remuk seakan habis ditimpa batu besar.

Pandanganku mengabut ketika mengingat diriku yang selalu dilecehkan seperti budak seks yang sering diperjual belikan. Aku sudah tak berharga. Seperti daun kering yang terinjak, tersapu lalu dibiarkan membusuk bersama dengan tanah.

Suatu hari dengan sengaja bajingan itu membuka separuh pintu kamar. Dengan tatapan mata tajamnya seperti menyuruhku untuk melihatnya dan Us yang tengah berciuman panas. Tak jarang mereka bahkan sudah telanjang dan melakukan adegan seks dibalkon dalam lantai 2 itu. Aku ingin pergi. Tak ingin melihat adegan tak senonoh tersebut. Namun bajingan itu sengaja memakaikan borgol besi yang bertaut pada kepala ranjang sehingga tubuhku tetap menempel pada ranjang. Dan aku juga tidak diperbolehkan menutup mata. Atau jika tidak malamnya aku akan disiksa. Tubuhku akan dipukul menggunakan ikat pinggangnya hingga lebam dan berdarah.

Hidupku lebih rendah dibanding anjing jalanan. Mereka masih mampu mencari tempat yang nyaman untuk tidur tanpa harus ditendang ataupun disiram. Mereka juga masih mampu berlari dan bermain bersama anjing lainnya. Pernahkah kalian iri pada anjing jalanan? Bersyukurlah jika tidak. Karena aku sangat iri pada mereka.

Satu hal lagi. Apa kalian tau? Air mataku bahkan sudah kering! Ketika kupaksa untuk menangis saja sudah tidak bisa. Aku hanya bisa terdiam. Menatap diriku yang kotor dalam kosong. Jiwaku sudah pergi. Hanya meninggalkan tubuh kosong sebagai mainan tuannya.

-----

"Arrgghh!!! " aku berteriak kesetanan. Melampiaskan semua kefrustasianku dengan meremas sebotol wine digenggamanku. Aku melempar botol wine tersebut hingga pecah kearah dinding. Kemudian menatap lemah pada cairan wine yang mengalir didinding kamar.

Aku bersalah.

Aku seorang bajingan.

Aku hanya bisa mabuk dan marah. Hidupku menjadi kacau. Bahkan aku menghancurkan kehidupan orang yang sangat aku cintai.

Aku tak berani berlama lama dikamar itu bersamanya. Aku takut aku akan semakin melukainya dan semakin menyakitinya. Setiap pertengahan malam hingga subuh aku akan berada dikamar ini. Kamar yang dulunya digunakan Pete saat menghindariku.

Aku tak mampu menahan amarahku jika sudah disampingnya. Ingatan map coklat dan mulutnya yang berucap cerai berputar dikepalaku bagai video slowmo. Menyiksaku perlahan dan menggerogoti kewarasanku dari dalam. Membuatku memukul, menyiksa dan melukainya setiap hari. Bahkan aku memaksanya memenuhi birahiku yang melonjak tinggi hanya dengan mendengarnya berteriak kesakitan.

Aku seperti orang gila akhir akhir ini. Menjalani kehidupan normal dikala terang. Menyiksa kecintaanku pada malamnya. Dan menyiksa diriku sendiri menjelang subuh. Aku yakin aku tak memiliki kepribadian ganda. Aku sangat sadar melakukan semua hal itu. Aku hanya orang gila yang sangat terobsesi dengan Pete.

VEGASPETE - AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang