Rolan

9.6K 470 1
                                    

Naya merasakan gerakan bayinya dengan jelas, mengakibatkan dirinya terbangun dari tidur, dan seakan anak dalam perutnya meminta sesuatu.

"Ren—" panggil Naya pada Reno yang berada di belakangnya.

"Reno." Naya kembali menggerakan tangan yang memeluk perutnya.

"Hhh—kenapa, sayang?" Reno belum sepenuhnya sadar, matanya sekadar mengintip.

"Aku mau es krim," pinta Naya. Sedangkan Reno berusaha membuka matanya yang masih mengantuk.
"Hah? Ini jam berapa?" Reno meraih ponselnya yang berada di laci dekat kasur.

"Jam dua pagi, Nay. Nanti aja ini masih kepagian." Reno kembali menutup matanya.

"Yaudah." Naya menghempaskan tangan yang ada di perutnya.

Reno menghela napas pelan, "Emang es krim yang kemaren udah abis?"

"Masih ada," jawab cepat Naya.
"Itu masih ada."

"Ya emang, 'kan aku bilang, 'aku mau es krim', bukan nyuruh kamu beli lagi." Seketika Reno mengerti apa yang dimaksud Naya.

"Oh—Iya, iya, aku ambilin es krimnya." Reno pun berjalan keluar menuju dapur.

Tak membutuhkan waktu yang lama, dia kembali dengan kotak es krim di tangannya. Naya tersenyum sumringah melihat es krim yang dibawa Reno.

Naya bersandar pada dipan kasur sambil memakan es krim, dan Reno tiduran sambil memeluk perut Naya.

"Kita belum kasih nama anak kita," racau Reno. "Kalo namanya Rolan, gimana?" usulnya.

"Rolan?" tanya Naya.
"Namanya ganteng 'kan? Kayak aku," kata Reno sambil menaikkan satu alisnya.

"Apa sih, kepedean banget." Naya menyikut lengan Reno.
"Emang aku ganteng."
Naya tidak menanggapi, lanjut menikmati es krimnya.

"Padahal tadinya kalo anak kita cewek, aku mau namain dia Nabila."
"Kenapa Nabila?"

"Nama mantan aku."
"Hhh—" gerutu Naya, lalu mencubit lengan Reno, yang dicubit malah tertawa.
"Bercanda, sayang."

"Pasti mantan kamu banyak," tuduh Naya.
"Gak, cuma dua doang. Nabila sama Bianca."

"Kamu gak bisa lupain mereka ya." Naya menuduh lagi.
"Bukan gak bisa lupain, mantan aku 'kan dua doang, jadinya keinget terus. Udahlah lupain aja. Sekarang 'kan aku punyanya kamu." Reno menenangkan Naya dengan pelukan, dan ciuman di bibir.

×_+

Sinar matahari menembus jendela kamar dan membangunkan Reno dari mimpinya. Reno terbangun dan mendapati Naya yang tidak ada di sampingnya. Mungkin dia sedang membantu Ibunya masak.

Sudah seminggu lebih Reno menginap di rumah orang tua Naya. Seperti biasa di pagi hari Elena menyiapkan sarapan untuk sang suami sebelum berangkat kerja. Reno dan Naya juga ikut makan bersama.

Karena, tidak ada kerjaan, setiap harinya Reno hanya bisa membantu pekerjaan rumah ala kadarnya saja. Kadang membantu Naya yang sedang mencuci piring atau membersihkan halaman, dan memenuhi segala macam permintaan Naya.

"Kalian jadi mau cek kandungan?" tanya Elena kepada sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara.

Mendengar suara Ibunya, Naya refleks melepas pelukan Reno.

"Jadi kok, Mah," balas Reno dengan senyuman.
"Kalau gitu siap-siap."

"Mama juga siap-siap. Mama juga ikut." Naya menyuruh Elena untuk ikut.
"Kok mama ikut?" Ibunya malah bingung.

"Emang mama gak mau liat cucu mama." Mata Elena berbinar, tidak sabar ingin melihat cucunya.

Mereka pun bersiap-siap untuk pergi. Tadinya Reno memiliki ide nakal untuk mandi bersama dengan Naya. Namun, ide mesumnya ditolak mentah-mentah.

"Padahal 'kan biar cepet," gumam Reno.

Sambil menunggu Naya selesai mandi, dia berkeliling memutari kamar, hingga sebuah buku menarik perhatiannya. Buku itu berada di meja belajar Naya karena penasaran, dia buka buku itu, membaca lembar demi lembar.

Terlihat dari matanya penuh rasa bersalah, padahal baru beberapa lembar awal yang dia baca. Selain curhatan, dia juga melihat foto-foto hasil USG kandungan anaknya, yang setiap bulan berkembang.

Pintu kamar mandi terbuka, Reno dengan cepat menutup buku yang baru saja dibaca olehnya. Lalu kakinya melangkah menghampiri Naya. Dipeluknya tubuh mungil itu yang masih terbalut handuk.

"Maafin aku." Reno memeluk Naya dengan erat.
"Kamu kenapa tiba-tiba—" bingung Naya.

"Aku abis baca diari kamu. Aku sebrengsek itu ya dulu." Reno merefleksikan dirinya dengan melihat kembali dan merenungkan berbagai hal buruk yang telah dia lakukan kepada Naya.

Sudut bibir Naya terangkat, tangannya mengelus lengan Reno pelan.
"Aku udah maafin kamu, bahkan sebelum kamu minta maaf. Kalo brengsek, ya mungkin iya," ucap Naya sambil tertawa kecil.

"Tapi aku masih kesel sama kamu." Reno menatap Naya heran. Apa masih ada kesalahan yang belum termaafkan?

"Itu bukan diari, tapi jurnal."

'Yailah, kirain apaan,' pikir Reno dalam hati. Sifat-sifat Naya yang seperti ini yang Reno masih harus beradaptasi.

"Emang apa bedanya isinya curhatan juga 'kan."
"Terserah aku dong nyebutnya apa, aku yang nulis," sewot Naya.
"Iya, sayang. Maaf ya." Reno kembali memeluk Naya.

Selagi dipeluk, Naya bisa merasakan suatu gundukan menempel tepat di bawah perut buncitnya yang dilapisi handuk.

"Ekhmm—udah kamu mandi sana." Tidak hanya Naya, Reno pun menyadari sentuhan itu.

"Kita belum pernah 'main' lagi loh. Terakhir ya awal kita ketemu. Yang di hotel 'kan gak jadi," celetuk Reno, matanya tertuju pada belahan dada Naya yang menyembul ingin keluar.

"Nanti! Kamu nikahin aku dulu," tolak Naya.
"Foreplay aja lah, Nay," rengek Reno seperti anak kecil meminta mainan pada Ibunya.

"Enggak!" tukas Naya dan melototi Reno.
"Udah sana mandi." Dia mendorong Reno untuk masuk ke kamar mandi.

Ketika sudah dipastikan Reno sedang mandi. Naya membuka handuk yang dia pakai. Memandangi tubuh buncitnya pada cermin lemari. Dielus pelan perutnya, dua bulan lagi anaknya akan lahir. Dia tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Namun, di sisi lain, ada ketakutan dalam dirinya. Bagaimana jika terjadi hal yang tidak inginkan saat melahirkan?

Takut dan khawatir akan hal yang belum terjadi dan belum jelas hasilnya itu sangat menghabiskan tenaga.

×_+

Tersenyum Reno melihat wajah anaknya yang terpampang pada layar monitor. Terlihat kepala, mata, hidung, bibir pada wajah kecil itu pun ikut tersenyum.

"Anaknya sehat," kata sang dokter sambil mencetak hasil USG.

Elena yang pertama kali melihat cucunya itu pun bahagia dan senang mendengar pernyataan dokter. Dia seperti mengingat kembali kenangan saat mengandung Naya. Namun, dulu teknologi belum secanggih sekarang, yang bisa melihat kandungan secara 4D.

Ketika ditanya apa keluhannya, Naya menjawab, semakin perutnya berkembang, bayinya semakin aktif bergerak, dan kadang terjadi di malam hari yang mengakibatkan dirinya semakin sulit untuk tidur.

Sang Dokter menyarankan untuk tetap bergerak aktif dan berolahraga ringan seperti berjalan santai di rumah, senam hamil, atau yoga ibu hamil. agar dapat beradaptasi dengan perubahan bentuk dan penambahan berat badan. Hal ini juga dapat membantu mengatasi persalinan.

Reno juga disarankan untuk membuat Naya merasa nyaman dan tenang selama hamil hingga menjelang persalinan.

Naya akan melakukan pemeriksaan tiap dua minggu sekali. Nantinya menginjak kehamilan bulan terakhir pemeriksaan menjadi satu kali per minggu.

Namun, bulan depan, Reno sudah mulai bekerja, Naya hanya akan ditemani Ibu dan ayahnya saja saat cek kandungan. Mungkin sesekali Reno akan mengunjunginya pada hari libur.

.

Air di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang