Reno berhasil membawa orang tuanya ke hadapan orang tua Naya walaupun hanya ayahnya saja yang ikhlas untuk datang. Meskipun anggota keluarga yang lain terlihat terpaksa. Termasuk Raina, yang lebih memilih menghindar agar tidak bertegur sapa dengan Naya.
Dua keluarga itu sepakat untuk menikahkan Reno dan Naya hari ini juga dengan acara yang sederhana. Tidak mengadakan resepsi, dan tanpa pesta.
Semua berjalan dengan lancar. Saudara-saudaranya menyaksikan dengan tenang. Tak ada yang berusaha merecoki urusan Reno.
Setelah sah secara agama, dan catatan sipil. Mereka lanjutkan dengan makan bersama di sebuah restoran yang tak jauh dari penginapan keluarga Reno.
Keluarga besar itu makan bersama dengan minim kecanggungan. Aryo dan putra memiliki frekuensi yang sama dalam topik pembicaraan.
Entah kenapa Naya cepat akrab dengan istri Dika. Naya diberikan tips-tips seputar kehidupan bayi.
"Kamu mau liat dia?" lembut Naya bertanya pada Bian, anak Dika, yang sejak tadi memandangi Rolan yang sedang tertidur di kereta dorong bayi, dan terlihat ingin menghampiri.
"Sini." Naya mengayunkan tangannya untuk Bian mendekat.
Awalnya Bian ragu sambil menatap Ibunya. Setelah mendapatkan persetujuan, akhirnya dia melihat makhluk yang lebih kecil darinya. Jari telunjuk dari tangan mungil itu menyentuh pipi Rolan dengan senyumannya.
"Dia ini sepupu kamu." Naya mengenalkan Rolan pada Bian.
Orang dewasa yang ada di situ tersentuh melihat interaksi Bian terhadap Rolan.
Hari menjelang malam, sebelum keluarganya pulang, Putra memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Reno. Kotak itu berisikan sebuah kartu akses berserta kunci, buku catatan, dan beberapa barang milik ibunya.
.
Selagi menunggu Naya mandi, Reno tertekun membaca buku catatan milik ibunya. Kenapa dia baru tahu sekarang tentang buku itu?
Buku itu bertuliskan perkiraan masa dirinya menjalankan setiap jenjang pendidikan hingga lulus, tertulis juga jumlah pemasukan dan pengeluaran yang Ibunya dapatkan, serta curhatan dari sang Ibu untuk anaknya.
Di halaman akhir buku itu, terdapat surat untuk Reno. Ditulis beberapa hari sebelum ibunya meninggal.
---
Untuk Reno, anakku.
Ibu takut gak bisa menemani kamu di hari pertama masuk sekolah. Mungkin juga ini hari terakhir Ibu bisa lihat kamu.
Maafin ibu gak bisa selalu ada di samping kamu. Maafin ibu gak ada waktu kamu lulus SD, SMP, SMA, kuliah, sampai kamu cari kerja, dan ibu juga gak bisa hadir dampingi saat kamu menikah dengan pasangan yang kamu pilih nanti.
Semoga kamu tumbuh jadi anak yang baik. Maafin ibu juga sudah bikin kamu lahir dengan keadaan yang seperti ini.
Ibu
---
Buliran-buliran bening lolos dari mata Reno sepanjang membaca tulisan tangan ibunya. Selain rindu, dia seakan bisa merasakan kesakitan yang diderita oleh Ibunya saat itu. Kini dirinya hanya bisa berandai-andai sang ibu ada di samping dirinya.
Pintu kamar mandi terbuka, Reno belum sadar Naya menghampirinya.
"Ren."
"Hhh—" Reno mendongak, lalu menghapus air matanya. Namun, dia masih ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air di Atas Awan
ChickLitMengandung anak dari lelaki yang dia sukai, akibat dari kesalahannya sendiri. Merelakan kehidupannya demi merawat dan menghidupkan sang buah hati. Belum lagi buah hatinya mendapatkan penolakan dari sang ayah kandung, membuat dirinya semakin bersung...