Nabila

10.3K 403 0
                                    

"Kak Reno!!" panggil seseorang. Tanpa permisi, pintu kamar Reno dibuka dengan kencang.

Tubuh Reno diterjang dengan pelukan seorang perempuan.

"Na, lepas! Raina!!" Reno melepas pelukan perempuan yang bernama Raina itu.

"Aku kangen tau sama kak Reno. Papa bilang kakak ada di rumah, langsung deh aku pulang." Penjelasan Raina yang Reno pun tidak ingin mengetahuinya.

Reno segera menghindar dan menahan agar Raina tidak memeluknya lagi. Bahkan perempuan itu ingin menciumnya.

"Na, aku mau nikah, lupain semuanya. Kita gak pernah punya hubungan apapun."

Raina mengerutkan dahinya. "Kakak lupa? 'Kan kakak yang ambil ciuman pertama aku."

"Kamu! Kamu yang ambil ciuman pertama aku," bantah Reno.

Tolong, dia hanya ingin cepat-cepat keluar dari rumah ini dan menyelesaikan semuanya. Kalau bukan karena tuntutan dari Aryo, dia juga tidak ingin menginjakkan kakinya lagi di rumah terkutuk itu.

×_+

"Ini buat kakak." Raina yang berumur 15 tahun memberikan sekotak susu coklat kepada Reno yang berumur 18 tahun.

"Sini aku bantu obatin." Raina mencoba mengambil alih handuk basah yang ada di tangan Reno.

"Gak usah. Na. Nanti mereka liat." Reno menolak baik-baik.

"Mereka gak ada kok, papa sama mama lagi pergi, kak Dika belum pulang, terus tadi aku liat kak Adri langsung pergi naik motor abis mukulin kakak." Reno terkekeh pelan mendengar penjelasan dan tingkah lugu Raina.

Raina segera mengambil handuk di tangan Reno, kemudian menekan pelan memar di ujung bibir laki-laki itu.

"Hhh—" Reno meringis menahan perih di bibirnya.

"Kak Adri kenapa mukulin kakak lagi sih?" ucap Raina sedikit kesal.

Di dalam rumah itu selain bu Yanti, ada Raina yang peduli dan mau menerima kehadiran Reno.

Ketika anggota keluarga yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, Raina akan mencuri kesempatan untuk bertemu dan bermain dengan Reno.

Raina sering menyatakan cintanya, tapi Reno tidak pernah menganggap serius dan menganggap sebagai candaan saja. Apalagi pada saat itu Raina merupakan remaja yang sedang menjalani pubertasnya, bisa saja itu cuma cinta sesaat.

"Na—" Mata Reno tidak berhenti menatap gadis mungil di depannya.

"Hmm?"
"Setelah lulus SMA nanti, aku harus pergi dari rumah ini." Pergerakan tangan Raina seketika berhenti.

"Maksud kakak?"
"Aku udah diterima di kampus yang aku mau, kampus itu di luar kota. Mau gak mau aku harus pergi dari sini." Tangan Reno menggenggam tangan Raina.

Wajah mereka semakin lama semakin dekat, dengan jarak hanya beberapa sentimeter saja.

Reno menyadarkan dirinya dan menjauhkan tubuhnya dari Raina. Tanpa satupun kata yang keluar, dia bangkit, lalu berjalan ke arah kamarnya.

Sampai di kamar, Reno mengatur napasnya, memejamkan mata, menunduk dengan tangan yang bertumpu pada meja belajarnya.

Dengan sadar dia merasakan, tangan seseorang melingkar di perutnya.

"Lepas. Na. Aku gak mau ngerusak kamu." Ketika membalikkan badannya, Reno mendapatkan sebuah kecupan singkat di bibirnya.

Raina sedikit berloncat untuk mendaratkan kecupan itu karena tubuh Reno yang terlalu tinggi untuknya.

Air di Atas AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang